BAB I
Program Pengajaran Pendidikan Jasmani
Masa
Sekarang
Program Pendidikan jasmani
dapat
dipandang sebagai
gabungan dari
personal,
tujuan, isi, aktivitas mengajar, dan cara
pengajaran guru. Melalui sejarah di Amerika Serikat, P-12 Program
Pendidikan jasmani sudah mencerminkan teladan
lebih besar dalam budaya Amerika, aneka pilihan dan kebutuhan masyarakat
mengenai aktivitas fisik, dan kecenderungan
dalam sistem pendidikan. Seperti anda akan lihat, tujuan, isi, dan instruksi pendidikan jasmani sudah meningkat dan akan berlanjut dalam cara-cara pendekatan baru
dalam program sekolah yang dirancang
dan bagaimana proses belajar mengajar dilaksanakan.
Perkembangan
Tujuan Pendidikan Jasmani di U.S.
Pada awal 1800, program pendidikan jasmani formal yang kita temui di sekolah-sekolah
secara khas adalah pelatihan fisik untuk mencerminkan
tujuan utama yaitu mengajar disiplin
tipe militer. Penekanan pendidikan ditujukan pada
penanaman nilai aktivitas fisik.
Dengan
penetapan itu sistem
sekolah negeri di U.S. dan kemunculan berbagai
format olahraga baru, yang terakhir sekitar 1800 penyempurnaan visi dari
pendidikan jasmani bisa didorong ke arah suatu perluasan tentang tujuan. Di th 1879 Dudley
Sargent, seorang Profesor
Pendidikan jasmani di Harvard, merinci empat tujuan
utama dari pelatihan fisik,
yaitu: harus higienis, mendidik, rekreasi/menghibur, dan memperbaiki, (Van Dalen & Bennett, 1971).
Sargent juga mengenali kemampuan seperti
aktivitas untuk meningkatkan disiplin diri dan karakter. Tujuan pendidikan
jasmani masih terkemuka hari ini (Siedentop,
1998).
Beberapa system senam diperkenalkan pada tahun 1800an. Dua diantaranya mencapai keunggulan, walaupun masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda. Sistem Jerman, yang dipimpin oleh Friedrich Jahn, diharapkan untuk mengembangkan generasi muda pada tugas kewarganegaraan dan suatu keinginan untuk membuat badan sehat, tangkas, dan kuat. Sistem Jahn's adalah juga digunakan
untuk mempromosikan militer dan politik ke luar. Sistem lain yang didasari pada tradisi olahraga adalam sistem senam
Swedi. Kumpulan mengenai tujuab sistem ini berkaitan dengan pengembangan fisik sesuai dengan disiplin untuk belajar tepat, sederhana, dan pergerakan indah. Tujuan dan sasarn
yang berbeda, antara sistem
Jerman dan sistem Swedia menyebabkan keduanya dipertemukan dalam konfrensi
Boston 1895, yang tujuannya untuk menemukan suatu sitem
yang terbaik untuk kurikulum
pendidikan jasmani di Amerika. Tapi tidak satu pun
sistem yang menang.
Sekolah-sekolah tidak memilih program berbasis senam, tetapi kebanyakan memilih
program yang bebasis olahraga.
Setelah
pergantian abad,
sasaran dan tujuan pendidikan jasmani di U.S. tetap dikembangkan. Mereka dengan
jelas dihubungkan ke filosofi baru, seperti pembangunan bidang pendidikan, dan
perundang-undangan yang mempengaruhi sistem
pendidikan yang diterima di lingkungan sekolah. Para
pemimpin bidang pendidikan diantaranya G. Stanley Hall, Charles Eliot, dan Yohanes Dewey, mengembangkan
dan memperluas konsep pendidikan yang diterima di sekolah meliputi pengalaman dasar dan pengalaman tambahan belajar. Di tahun 1910, Clark
Hetherington menguraikan
empat tujuan
utama "Pendidikan Jasmani," yang digambarkan secara
langsung dari pengembangan
bidang pendidikan, meliputi:
1. Pendidikan organ
- pengembangan
otot dan rangka.
2. Pendidikan gerak - pengembangan
ketrampilan dalam aktivitas neuromuscular.
3. Pendidikan karakter -
pengembangan moral,
sosial, dan karakteristik
pribadi.
4. Pendidikan intelektual - pengembangan teori, pengetahuan ekspresif (Van Dalen
& Bennett, 1971).
Antara
tahun 1950 dan 1990 pendidikan
jasmani tetap mencoba mencapai program
sekolah yang didasarkan pada kombinasi dari sasaran Hetherington's dan
tujuh prinsip utama. Tetapi dalam priode yang sama kita menyaksikan suatu perubahan berangsur-angsur. Aktivitas dasar olahrga
adalah are
isi
utama dari pendidikan jasmani pada masa itu, dan menekankan pada pengembangan komponen psychomotor Pengembangan Karakter,
dari keikutsertaan dalam
olahraga kelompok dan individu, adalah juga sangat dihargai sebagai sasaran
pendidikan jasmani. Perkembangan berjalan terus, pengembangan pendidikan organik
mulai untuk mempunyai
suatu posisi lebih kuat dalam sasaran pendidikan jasmani. Hal tersebut
berdasarkan hasil riset bahwa kebugaran cardiovaskular dan otot anak-anak muda di
U.S rendah (Kraus & Hirschland, 1954 ; Ross & Gilbert, 1985).
Penekanan pendidikan samani pada periode selanjutkan menekankan pada sasaran
Hetherington's yaitu pendidikan
jasmani mengembangkan unsur
intelektual. Sasaran itu tebagi atas dua bagian. Pertama, melalui pendidikan jasmani menghasilkan secara ilmiah pengetahuan baru
yang bisa diterapkan oleh
guru dan siswa. Ke dua, filosofi bidang pendidikan yang
yang telah mulai memperkenalkan gagasan untuk belajar interaktif Pendidikan jasmani, yang yang dimasksud
adalah pengembangan siswa
kreatif, ekspresif, dan
kemampuan intelektual
menjadi
perhatian utama
Pada tahun 1990-an pendidikan jasmani adalah suatu profesi yang mencari
sasaran nyata antara empat tujuan utama dari Hetherington's, yang dikemas kembali. Pada kenyataannya
ada banyak jenis yang semuanya bersaing untuk menjadi
yang terbaik dalam menghadapi masa milenium. Disini nampak bahwa hampir tiap-tiap profesional individu dan tiap-tiap kelompok profesional berpendapat bahwa program pendidikan
jasmani agar tetap dipertahankan
di
setiap
sekolah. Di tahun 1992
Asosiasi Nasional untuk Olahraga Dan Pendidikan Jasmani (NASPE) menghasilkan Program Pendidikan Jasmani yang bermutu. Hal ini untuk menghasilkan para siswa menjadi "orang yang secara fisik terdidik." Menurut NASPE dokumen yang
dihasilkan adalah:
Apakah keterampilan yang dipelajari memuat keterampilan fisik yang
diperlukan.
1. Gerak
yang menggunakan konsep hubungan
kesadaran badan, kesadaran ruang, dan usaha.
2. Menunjukan kemampuan dalam suatu variasi keterampilan manipulatip,
locomotor, dan non-locomotor.
3. Menunjukan kemampuan dalam mengkombinasikan
keterampilan manipulatip, locomotor, dan non-locomotor yang
bisa
dilakukan
secara individu dan
kelompok.
4. Menunjukan kemampuan berbagai aktivitas fisik.
5. Menunjukan
kecakapan dalam aktivitas
fisik.
6. Adakah
mempelajari
bagaimana
cara belajar
ketrampilan baru. Ambil bagian
Secara teratur aktivitas fisik.
7. Ambil bagian meningkatkan kesehatan melalui aktivitas fisik sedikitnya tiga kali seminggu.
8. Pilih salah satu aktivitas fisik
yang
dapat membekalinya.
Apakah Secara Fisik Cocok
9. Mencapai
nilai untuk memelihara
kebugaran jasmani.
10. Disain program kebugaran yang sesuai
dengan prinsip latihan serta bermanfaat
untuk aktivitas fisik.
11. Identifikasi manfaat , biaya-biaya, dan kewajiban yang berhubungan dengan aktivitas fisik yang
dilakukan.
12. Kenali faktor keselamatan dan resiko yang berhubungan dengan
keikutsertaan aktivitas fisik.
13. Menerapkan konsep dan prinsip kepada pengembangan ketrampilan motorik.
14. Mahami dengan baik dalam keterlibatan aktivitas fisik yang
cocok.
15. Mengetahui aturan,
strategi,
dan perilaku yang sesuai
untuk
aktivitas fisik
terpilih.
16. Memahami keikutsertaan aktivitas fisik dapat mendorong kearah multicultural dan pemahaman nasional.
17. Mahami aktivitas
fisik dapat menyediakan
kesempatan untuk kenikmatan diri.
Nilai-Nilai aktivitas fisik dan Kontribusinya terhadap gaya hidup sehat.
18.
Menghargai hubungan dengan orang lain yang diakibatkan oleh keikutsertaan adalam aktivitas
fisik.
19.
Mengakui peranan aktivitas fisik untuk
kesehatan dan kesejahtraan.
20. Menghargai perasaan
dalam aktivitas
fisik. (diambil dari
NASPE, 1992).
NASPE menekankan kepada sasaran berbeda dan berbagai tujuan. Jika dokumen ini adalah petunjuk program pendidikan jasmani untuk era millennium, itu
jelas kita harus mendapatkan suatu sasaran atas biaya yang lain dan menyepakati
bahwa orang terdididik, lebih dari yang
lain-lain, seseorang yang menunjukan
pengetahuan lengkap, ketrampilan,
keikutsertaan reguler, kebugaran terkait dengan
kesehatan, dan nilai-nilai aktivitas fisik yang cukup akan membuat ia menjadi bagian integral dari
hidupnya, sekarang dan selanjutnya.
Perkembangan
Isi Program Pendidikan
Jasmani di U.S.
Tujuan pendidikan jasmani dari setiap jaman masing-masing, mengkombinasikan kecenderungan dan keikutsertaan sosial, yang mempunyai peranan besar
dari kesejarahan pendidikan
jasmani. Isi mengacu pada pokok dan aktivitas
yang
diajarkan kepada siswa agar dapat mencapai tujuan program
tersebut. Para
guru harus memahami tentang konsep gerak. Pada awalnya program
pendidikan jasmani ditekankan pada pelatihan fisik , yang mencerminkan sasaran yang dibatasi pada hasil. Programnya berisi tentang
latihan fisik. Siswa diajarkan
membelah kayu, mempelajari
formasi baris berbaris,
memelihara kebun sekolah, berjalan kaki dan latihan perang-perangan. Program pada Round Hill School adalah yang pertama
dalam memperluas isi pelajaran
dengan mengkombinasikan beberapa unit olahraga di alam terbuka,
sebagai tambahan untuk pelatihan fisik.
(Van Dalen & Bennett,
1971).
Kurikulum
dasar senam mengarah kepada suatu
visi filosofi pengembangan
program yang lebih
luas untuk
pendidikan jasmani
di sekolah. Jumlah olahraga
kompetitif yang dikembangkan Amerika Serikat
atau yang dibawa dari negara-
negara lainnya melalui gelombang imigrasi yang kedua. Dari tahun 1850 sampai
1900, banyak dari olahraga popular
masa sekarang mulai dipelajari di sekolah- sekolah di Amerika, mencakup bolabasket (memisahkan antara laki-laki
dan perempuan), bola voli, tenis,
baseball, bulu tangkis, dan golf.
Periode
dari 1900 sampai
1950
dominasi
isi
dasar kurikulum
program sekolah, dapat dihubungkan
dengan Tujuan yang dinyatakan Hetherington's dan adopsi profesi sebanyak tiga dari Tujuh Prinsip yang ada pada tahun
1918. Olahraga telah dipandang sebagai suatu sarana efektif untuk dihubungkan dengan kesehatan, penggunaan waktu kesenangan, dan pengembangan karakter. Dua gangguan
penting terjadi yaitu Perang
Dunia 1 dan Perang Dunia
II,
kapan sekolah menengah dan perguruan tinggi menggunakan pertempuran, senam, berenang, dan aktivitas
lain untuk membantu perkembangan pelatihan
militer. Program Pendidikan jasmani
ditekankan pada latihan
yang bersifat perbaikan untuk
mengembalikan tentara yang terluka. Isi dari program
pendidikan jasmani sekolah tinggal baru dikatakan
stabil menjelang 1950 sampai 1960.
Periode 1960 telah terjadi pertumbuhan cepat
dari kedua factor yang ada dalam pendidikan jasmani meliputi aktivitas pendidikan jasmani dan konsep
pendidikan jasmani. Dan keanekaragaman itu telah
menghasilkan beberapa faktor:
1. Perubahan
kearah isi dasar olahraga kompetitif.
2. Bagian dan
standar nasional
untuk
pendidikan jasmani.
3. Desain
untuk
pengembangan
aktivitas
yang sesuai dengan tingkat dasar, menengah,
dan tinggi, sehingga menghasilkan tiga
kurikulum yang berbeda.
4. Mempromosikan teori yang berbeda
untuk merancang isi program
pendidikan jasmani.
5. Hasil dari penelitian, terutama mengenai kebutuhan kebugaran kaum muda dan anak-anak.
6. Pengembangan dari format gerak baru (e.g., permainan
baru, olahraga "ekstrim").
7. Judul IX, yang mengamanatkan peluang sama untuk anak-anak perempuan dan wanita-wanita muda.
8. P.L
94 -142 dan aturan lain
untuk
pemasukan para siswa dengan kebutuhan
khusus dalam hampir semua kelas.
Di masa empat puluh tahun lalu, kita sudah menyaksikan suatu
tren membentuk gerak masyarakat
melalui kegiatan non-olahragaIni jelas bahwa
orang- orang masa itu ingin
mengambil bagian aktivitas gerak selain melalui kegiatan olahraga trnd juga melalui olahraga tradisional. Aktivitas permainan baru seperti,
program petualangan, panjat dinding, sket boar, sepeda gunung, surfing, jalan kaki
dan sebagainya.
Setiap tahun selalu menciptakan format yang baru supaya tingkat
keikutsertaan masyarakat lebih banyak. Melalui perubahan-perubahan tersebut telah dapat menciptakan tingkat keikutsertaan
masyarakat dengan tidak dibatasi oleh jenis kelamin dan agama. Hal ini dapat membuka kesempatan untuk setiap
orang agar dapat berperan
serta dalam mempelajari
keterampilan gerak yang
mereka minati.
Hasil yang dapat
diprediksi dalam
menciptakan suatu seimbang "orang yang secara fisik terdidik"
di sertiap waktu aneka pilihan untuk aktivitas
fisik adalah suatu
perluasan aneka pilihan isi yang ditawarkan dalam
P-12
untuk para siswa. Di bawah
ini tertera isi pengelompokan program
pendidikan jasmani yang dikelompokan
kedalam dua tingkatan kelas, lihat Gambar I.I. Hal yang penting untuk diingat bahwa seorang guru
pendidikan jasmani pada setiap tingkatan diharapkan tidak hanya
mengetahui isi program, tetapi juga program harus aman, efektif,
dan secara jelas mengajar para siswa
dengan masing-masing tingkatan
kelas.
Gambar
1.1 Cakupan Isi Kurikulum Pendidikan Jasmani
Program Dasar
Uraian Isi
|
Contoh
|
Kebugaran
Pengembangan Senam Aktivitas dansa
dan ritmik Dasar organisasi permainan
Peranan permainan Modifikasi permainan Manipulasi permainan Keterampilan
non-lokomotor Keterampilan
lokomotor Konsep gerak
|
Aerobik, Latihan sirkuit, konsep
kebugaran,
jogging, peregangan,
jalan.
Balok keseimbangan, ketangkasan, berputar Ketangkasan tangan, dan aktifitas ritmik
Berpasangnan, permainan
beregu
Sepakbola tiga lawan
tiga
Permainan dibawah aturan yang dibatasi Menangkap, menggiring,
menendang Keseimbangan,
berputar
Lompat, lempar, loncat, lari
Kecepata, tahanan
|
Program lanjutan
(menengah dan tinggi)
Uraian Isi
|
Contoh
|
Aktivitas petualangan Aktivitas air Kebugaran
Olahraga
beregu Olahraga individu Permainan
kerjasama dan
inisiatif
Aktivitas rekreasi
Aktivitas dansa
dan ritmik Permainan internasional &
tradisional
Senam
Seni beladiri
|
Menjelajah, mengembara, naik gunung
Dayung, berenang
Konsep kebugaran, lari, latihan beban
Bolavoli, softball,
baseball, sepakbola, bolabasket
Badminton bowling, golf
Permainan baru, permainan kepercayaan, inisiatip grup.
Tennis meja, hoki es
Modern dance,
ballroom dance break dance
Sepakbola Australia,
cricat
Senam lantai, senam alat
Aikido, tai chi
|
Perkembangan Pengajaran
Pendidikan Jasmani: dari Metode ke Model
Penentuan sasaran bersifat rencana dan pemilihan isi program dipilih secara
langsung kepada jenis pembelajaran yang akan digunakan
guru dalam pendidikan jasmani. Program
paling awal adalah latihan fisik yang dapat digunakan
dengan diarahkan kepada program latihan sistem militer (Van Dalen
&
Bennett, 1971).
Pelaksanaannya guru
memberikan intruksi pelajran, dan para siswa melaksanakan materi pelajaran yang guru intruksikan. Formal tindakan guru telah didasarkan pada langkah-langkah dan prosedur
yang telah direncanakan untuk dilaksanakan.
Pembelajaran
jenis ini sangat
efektif untuk mengajar kedisiplinan sesuai dengan pelajaran yang diberikan.
Sistem Olahraga senam Jerman JAHN'S telah didasarkan pada tiruan
pembelajaran, di mana guru dan siswa memperagakan
latihan sesuai dengan materi
ajar. Sistem Jerman melibatkan
banyak orang, kelompok kecil dalam
latihan, walau pun melibatkan banyak
orang, tapi sistem pengelompokan sering digunakan dalam pelaksanaan latihan. Jahn adalah guru yang pertama memisahkan kelas ke dalam kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan dalam
melaksanakan materi pembelajaran.
( Van Dalen & Bennett,
1971). Sistem swedia juga digunakan
sebagai model untuk menirukan, tetapi dalam
pelaksanaannya setiap kelompok mempunyai
seorang pemimpin. Dalam
pelaksanaannya setiap kelompok dibebaskan
untuk secara serempak menirukan apa yang dicontohkan oleh para pemimpin yang
ada di kelompoknya. Kita akan mengingat
bahwa, sasaran dan isi sitem
olahraga senam adalah sungguh sempit, sehingga metode pengajaran juga terbatas. Kedua metode
senam ini menekankan kepada metode
interaksi langsung.
Bahkan ketika terjadi perubahan isi dari olahraga senam ke pendidikan
jasmani berdasar olahraga setelah
pergantian abad, sekitar
tahun 1960-an. Ada suatu penekanan pada latihan,
pengulangan, dan pembelajarn teknik yang diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan dalam
olahraga. Sedangkan isi yang telah berubah secara drastis selama lima puluh tahun terakhir, metode
pengajaran kebanyakan menggunakan cara yang kaku yaitu
teacher-directed. Pada tahun 1962, Oberteuffer
dan Ulrich menulis:
Format metode dikatakan "Lakukan yang aku katakan. ketika aku
mengatakan itu, dan bagaimana yang aku katakan," dan harus disiplin dan tegas. Iklim formal seperti ini tidak disukai oleh anak-anak muda Amerika, sehingga metode seperti ini diragukan. Hal ini bagaimanapun tidak akan
hilang..., Ini adalah salah satu wabah pendidikan jasmani modern dan kehadirannya berarti akan mengurangi bidang pendidikan. Kerja otot
dilaksanakan oleh para siswa, sedangkan guru harus memikirkan bagaimana
cara
latihan yang harus dilaksanakan
( p. 300).
Oberteuffer dan Ulrich benar,
tetapi di tahun 1960 metode mengajar
pendidikan jasmani, dan pendidikan
secara umum, telah menemukan gagasan baru tentang bagaimana cara guru dalam melibatkan para siswa untuk menyelesaikan
materi pembelajaran. Sejak
itu telah banyak
dikembangkan metode-metode
baru
untuk mengajar pendidikan jasmani, sekarang strategi mengajar diantaranya:
1. Pengajaran
tugas
2. Pengajaran
reflective
3. Pengajaran
berteman
4. Pengajaran
berkelompok
5. Pengajaran
dasar pertanyaan
Strategi ini merupakan pengorganisasian dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, dan berfungsi sebagai acuan guru dan siswa dalam pengorganisasian kelas.
Beberapa dari strategi ini lebih menekankan
kepada interaksi guru dengan siswa secara langsung terhadap isi
materi pelajaran.
Pendekatan baru dalam
mengajar telah dikembangkan secara terpisah, dan kekurangan dari salah satunya telah membantu
para guru dalam mencari jalan keluar
dalam pengajaran pendidikan jasmani. Ketika tahun 1966
Musska Mosston memperkenalkan
Spektrum gaya mengajar dalam mengajar pendidikan
jasmani,
yang
menjadi salah
satu
buku yang pernah ditulis untuk
mengajar
pendidikan jasmani. Dalam edisi berikutnya (Mosston & Ashworth, 1994), mengemukakan
konsep suatu rangkaian yang disatukan antara gaya mengajar langsung (teacher- centered) dengan
mengajar
tidak langsung (students-centered),
yang didasari pada pengendalian pengambilan keputusan di dalam kelas.
Struktur dari tiap gaya pengajaran telah ditentukan oleh keputusan sebelumnya, berdampak pada langkah- langkah
selama dan sesudah pembelajaran.
Guru bertugas
hanya menyimpulkan, sedangkan
siswa diberi keleluasaan
untuk mengemukakan
pendapatnya.
Sekitar tahun 1980 telah
diperkenalkan pendekatan lain dalam
gaya mengajar pendidikan jasmani.
Beberapa
pendekatan
didasari oleh
persepektif Mosston's, sedangkan beberapa diantaranya berdasarkan hasil riset dalam efektivitas mengajar pendidikan
jasmani. Pengajaran yang efektiv dilaksanakan melalui riset antara hubungan guru dengan siswa di dalam
kelas. Pesan yang penting adalah bahwa prilaku siswa lebih bersifat aktif dibanding
perilaku guru, sehingga fokus berubah
dari "Apa yang sebaiknya guru
sedang lakukan?" untuk
"Apa yang sebaiknya guru lakukan agar siswa menjadi aktif di
kelas?" Oleh karena
itu,
suatu metoda pengajaran yang
efektif adalah bagaimana tindakan guru agar siswa lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran di kelas,
dan tidak harus mengajar dengan gaya mengajar yang dikembangkan oleh Mosston.
Selama perkembangan
gaya mengajar pendidikan jasmani
pada tiga dekade, muncul konsep metode yang lebih luas, atau "cara dalam menyampaikan materi pembelajaran."
Dugaan dari model pembelajaran
telah didasarkan pada suatu pandangan instruksi yang
mencakup pertimbangan
bersama terhadap teori
belajar, dalam penentuan sasaran, konteks, isi, manajemen kelas, yang terkait dalam
strategi mengajar, proses verifikasi, dan penilaian belajar
siswa. Joyce Dan Weil (1980) menggambarkan
suatu model pembelajaran sebagai "suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan
untuk bentuk kurikulum dalam pengajaran jangka panjang, untuk mendisain materi
pembelajaran,
dan untuk memandu instruksi dalam kelas" (p.1).
Metoda, Strategi,
Gaya, dan model berbeda satu sama lain. Suatu metoda,
strategi, atau gaya secara khas digunakan dalam aktivitas
mengajar jangka pendek,
kemudian berpindah kepada metode, gaya, atau strategi yang
lain. Sedangkan suatu model dirancang untuk digunakan
dalam suatu keseluruhan unit ipembelajaran
dan meliputi semua perencanaan,
desain implementasi, dan
penilaian yang berfungsi untuk unit itu. Dan bisa meliputi berbagai
metoda, strategi,
atau gaya mengajar di dalam
unit tersebut.
Model pengajaran
mempunyai dasar teoritis kuat, dan
telah menjadi banyak obyek riset dalam
implementasi dan pengembangannya. Setiap sekolah pada umumnya telah memastikan bahwa model dapat digunakan secara efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan yang sekolah harapkan.
Kebanyakan model pengajaran pada
awalnya dikembangkan untuk digunakan
di kelas. Beberapa model,
seperti yang diperkenalkan dalam
buku ini, menunjukkan harapan besar dapat menghasilkan isi
program pendidikan jasmani.
Sisa
dari bab pada bagian 1 akan menjelaskan model
pembelajaran secara lebih detil. Di sini titik kunci adalah bahwa. Perencanaan disatukan
dalam suatu materi pembelajaran
pendidikan jasmani dan berbeda
dengan metoda, strategi
dan gaya, sebagai
bagian dari suatu
perubahan dalam
mengajar para
siswa
disetiap
zaman. Saya akan berargumen bahwa model
adalah perencanaan, penerapan, dan prediksi pembelajran yang akan menjadi jal;an yang efektif untuk mencapai tujuan
belajar dalam keanekaragaman isi dari program pendidikan jasmani masa sekarang.
Tahap perencanaan menurut NASPE
merupakan orientasi hasil dimasa yang
akan datang: Standard Nasional untuk Pendidikan Jasmani (NASPE, 1995), yang
menguraikan sasaran yang bersifat perencanaan untuk semua kelas dan
menguraikan beberapa strategi pembelajaran umum menuju
keberhasilan (lihat Gambar 1.2).
Hal yang penting yang
di catat NASPE
adalah mengenali kebutuhan untuk mengajar anak-anak dalam rangka mencapai kebutuhannya. Jika program
pendidikan jasmani saat ini mengejar berbagai hasil belajar, para guru harus mempunyai metode
pembelajaran berpareasi.
NASPE mendefinisikan pendidikan meliputi tiga
daerah
utama yaitu
psikomotor, kognitif dan afektif.
Daerah psikomotor mengacu kepada kemahiran
kemamampuan gerak. Aspek kognitif mengacu kepada kemampuan berfikir,
mengingat, memahami konsep dan memecahkan
masalah. Aspek afektif mengacu kepada
sikap dan kebiasaan prilaku sosial.


Seorang yang dididik jasmani:
1. Mendemonstrasikan kompetensi dalam bergerak dan efisien dalam bergerak.
2. Mengaplikasikan konsep
gerak dan prinsip belajar dan membangun keterampilan motorik.
3. Menampilkan
sebuah aktipitas fisik dalam kehidupan.
4. Dapat memelihara kesehatan dalam level kebugaran jasmani.
5. Menunjukan
perilaku sosial dan pribadi
bertanggung jawab aktivitas fisik.
6. Menunjukan
pemahaman dan rasa hormat dalam perbedaan aktivitas pengaturan fisik.
7. Mengerti aktifitas fisik menyediakan peluang untuk kenikmatan, tantangan, ungkapan, dan interaksi sosial.
Aspek-aspek
belajar akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 2
Tidak ada "
Satu Cara Terbaik"
untuk Mengajar
Jika program pendidikan jasmani dan
para guru bekerja keras
dalam pertemuan NASPE'S (1995) standar untuk membantu para siswa menjadi
sungguh-sungguh secara phisik mendidik para orang, itu
adalah nyata yang para guru tidak
bisa instruksikan cara yang sama sejak semula, atau terbatas
pada metoda, strategi, dan gaya.
Jika program diarahkan kepada hasil belajar,
dalam lingkup tiga domain, mengajar para siswa dengan kemampuan berbeda, dan meliputi suatu
isi program yang luas di dalam
kurikulum, di sana tidak ada "satu cara terbaik" untuk mengajar pendidikan
jasmani. Setiap kali seorang guru instruksikan suatu isi berbeda, maka
berbeda hasil belajarnya, bagi suatu kelompok berbeda para siswa, yang guru harus
ubah adalah cara dalam menginstruksikan
harus lebih efektiv.
Kadang-Kadang perbedaan itu akan hanya terjadi perubahan kecil atau variasi kecil dalam beberapa pengajaran dan prilaku
belajar. Pada suatu waktu perbedaan itu akan memerlukan perubahan utama di dalam bagaimana seorang guru menginstruksikan, meminta penggunaan suatu pendekatan yang berbeda, apa yang kita
akan dalami dalam buku ini, suatu model
pembelajaran.
Model Pembelajaran: Alat
untuk Mengajar dan Belajar
Supaya
kegiatan mengajar efektif dan dapat mencapai
tiga domain dan mencakup kemampuan siswa, guru pendidikan jasmani harus mengetahui
dan menggunakan sejumlah model pembelajaran yang berbeda.l. Suatu
model pembelajaran mengacu pada suatu rencana
yang terpadu dan menyeluruh untuk
mengajar meliputi: suatu landasan teoritis, statemen dari hasil belajar yang diharapkan, pengetahuan keahlian guru, pengembangan
sequenced
dan aktivitas belajar, harapan
untuk guru dan perilaku siswa, struktur tugas unik, hasil
penilaian terpelajar, dan cara untuk memverifikasi implementasi
model sendiri. Model pembelajaran terbaik merupakan proses mata rantai teori ke proses spesifik
yang mana seorang
guru perlu mempromosikan ruang
olah raga. Masing-Masing model
adalah sejenis, seorang guru perlu mengikuti
dank membantu
para siswa belajar
pendidikan jasmani. Masing-Masing Model meminta sendiri satuan keputusan, rencana, dan tindakan guru dan para siswa. Para guru yang paling efektif
akan terbiasa dengan sejumlah
model pembelajaran model dan mengetahui model
apa yang dapat digunakan pada waktu ditentukan (tergantung pada hasil, daerah, gaya
belajar siswa, dan isi).
Salah satu
tujuan utama dari buku ini adalah untuk menyediakan
suatu pengenalan pada model pembelajaran
dalam mengajar pendidikan jasmani. Sekali
anda menjadi terbiasa dengan gagasan untuk model pembelajaran dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya, kita akan mampu menerapkan model pembelajaran tersebut pada waktu yang sesuai, dan kemudian menjadi
siap
untuk belajar.
Jika anda adalah guru
yang berpengalaman, harapanku model pembelajaran
yang cocok dengan kebutuhan
siswa dimasukan sebagai
isi dari program
pembelajarannya. Kemudian
dapat memilih
model-model pembelajaran untuk
masing-masing
unit materi pelajaran.
Serta harus dapat memodifikasi
model-model pembelajaran
tersebut agar efektif bagi
proses belajar siswa.
Dasar Model Pembelajaran
untuk Pendidikan Jasmani
Hal ini didasari oleh
pembelajaran pendidikan jasmani secara khas didasarkan pada
isi, aktivitas belajar
kepara siswa. Itu adalah, pusat pengorganisasian untuk
pembelajaran adalah paling
yang sering ditentukan oleh isi
( e.g., bolabasket,
permainan hoki, tenis, tarian aerobic), dan bukan tujuan atau model pembelajaran. Jika kamu menyebutkan isi, seorang guru akan menceritakan bagaimana ia mengajar kepada
para siswa nya: "Aku mengajar seni
memanah cara
ini...", "saya mengajar game cara ini...", "saya mengajar menari cara ini...", dan seterusnya. Dan, sebagai
profesi, kita cenderung untuk mengajar isi yang sama dengan cara yang sama ke para
siswa bermacam-macam
kelas.
Isi Unit
adalah penting, tetapi itu bukan
satu-satunya pertimbangan bagaimana cara mengajar. Ada kemungkinan
bahwa pembelajaran
akan jadi efektif, aman,
dan menyenangkan jika
isi dipertimbangkan dengan factor lain, seperti:
yang diharapkan Belajar
hasil
Konteks dan mengajar
lingkungan
Siswa kesiap-siagaan
dan langkah pengembangan
Siswa yang belajar pilihan
Prioritas Daerah
Struktur Tugas dan pola teladan
organisatoris
|
Susunan tugas pembelajaran Penilaian
pembelajaran hasil
Penilaian pembelajaran praktek
Model pembelajaran perlu mempertimbangkan semua factkr dalam mengambil keputusan bagaimana cara pembelajaran suatu unit kepada siswa. Pengorganisasian unit menjadi model pembelajaran terpilih setelah
mempertimbangkan beberapa faktor.
Di bawah suatu pendekatan model dasar, ketika satu atau
lebih faktor utama berubah, itu akan mungkin mengakibatkan
pemilihan suatu model pembelajaran berbeda, ini akan jadi benar bahkan ketika isi adalah
sama.
Ada beberapa
pertimbangan baik untuk menggunakan
suatu pendekatan
model pendidikan jasmani:
1.
Itu mengijinkan seorang
guru untuk mempertimbangkan dan menimbang beberapa
faktor sebelum memutuskan model yang akan
digunakan untuk suatu unit.
Pertimbangan ini mengenali hubungan dari beberapa faktor
dan membantu guru
untuk membuat suatu keputusan tentang pembelajaran.
2. Dengan penggunaan suatu proses mengurangi, jauh lebih mungkin bahwa model yang terpilih akan memenuhi konteks, isi, dan tujuan untuk masing-masing unit.
Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran akan secara konsisten tinggi.
3. Kebanyakan model pembelajaran didukung riset kuat sebagai dasar dalam
efektivitas dan hasil belajar.
4.
Masing-Masing model pembelajaran
dapat dipandang sebagai sejenis gambaran untuk seorang guru untuk mengikuti perancangan dan menerapkan pembelajaran. Gambaran ini membantu guru untuk membuat keputusan
sama dan sebangun ketika menggunakan suatu model.
5. Suatu model pembelajarn yang baik akan meliputi cara seorang
guru untuk mengetahui penggunaan model yang
tepat untuk mengetahui jika model sedang aktip untuk membantu para siswa mencapai hasil pembelajaran. Ini menyediakan
guru dengan umpan balik penting tentang pembelajarannya.
6. Masing-Masing model pembelajaran menyediakan para siswa dan guru dengan
uraian dari perilaku yang diharapkan, peran, keputusan, dan responsibilities-
increasing kejelasan untuk semua orang
di dalam kelas.
7. Model
Ipembelajaran yang terbaik adalah fleksibel dan mengijinkan guru masing-
masing untuk menyesuaikan model itu kepada kebutuhan pelajar yang unik dan konteks itu. Ini mengenali kemampuan para guru untuk membuat keputusan dan
pertimbangan profesional berdasar
pada
keahlian
mereka,
pengalaman, dan
situasi mengajar.
Kebutuhan akan
Berbagai Model Pendidikan
Jasmani
Kamu mengenali pendidikan jasmani, lebih dari pokok sekolah lain, menawarkan
tantangan yang paling rumit untuk para guru. Tidak ada lain
pokok memerlukan para gurunya untuk menunjuk
hasil belajar dalam
tiga
domain utama, untuk menjadi
banyak mengetahui dalam berbagai area isi, dan untuk bekerja perubahan yang terus
menerus yang belajar lingkungan. Hampir semua guru menggunakan kelas yang sama
sejak semula, tetapi pendidikan jasmani
para guru dapat mempunyai
banyak kelas: ruang olah raga, gimnasium
pelengkap, lapangan di luar, ring tinju, dan lain- lain.
Sebagai tambahan, mereka harus sering berbagi mengajar area dengan
lain para guru dan kelas.
Ikhtisar Buku Ini
Seperti
sebelumnya telah disebutkan, tujuan
buku ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mencapai
hasil belajar dalam
pendidikan jasmani. Apabila kita
mengetahui isi dari setiap model
pembelajaran pendidikan jasmani maka kita dapat memilih dan menerapkan model yang paling efektiv untuk pembelajarn pendidikan jasmani. Untuk membatu
dalam memilih,
merencanakan, menerapkan,
dan
menilai penggunaan
model
pembelajaran, maka buku ini akan menguraikan langkah-langkahnya
yang terbagi dalam beberapa bab..
Bab 2 akan menguraikan secara singkat
jenis pengetahuan yang diperlukan oleh
para guru untuk pembelajaran yang efektiv dalam pendekatan model. Seperti anda akan lihat, seorang guru
pendidikan jasmani akan mengambil beberapa
pengetahuan dasar secara serempak dalam rangka secara efektif
menyusun dan menyelesaikan
pembelajaran.
Bab
3
mengidentifikasi strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mengajar pendidikan
jasmani dari suatu pendekatan model. Strategi adalah prosedur sebelum perencanaan untuk peristiwa
yang berlangsung dalam pelajaran
pendidikan jasmani untuk tujuan jangka pendek hasil belajar.
Strategi dapat dirancang untuk
menggolongkan para siswa di dalam kelas, pengaturan tugas belajar, menjadi dan memelihara perhatian siswa, meningkatkan keselamatan, mempresentasikan
informasi, menaksir siswa belajar, dan lain-lain.
Bab
4 akan menguraikan efektivitas mengajar ketrampilan untuk
pendidikan jasmani yang bertindak sebagai tingkatan yang berikutnya membangun blok untuk
model pembelajaran. Disini diuraikan berbagai
hal efektiv yang dapat para guru lakukan sebelum, selama, dan setelah proses belajar untuk memaksimalkan potensi
belajar siswa. Pembelajaran
ketrampilan di dalam
bab ini telah diperoleh
dari riset pada mengajar kelas dan pendidikan jasmani
selama tiga dekade.
Bab
5 menyediakan suatu uraian perencanaan pelajaran dan unit menyeluruh untuk pendidikan jasmani. Menjelaskan perbedaan antara
perencanaan dan persiapan untuk mengajar pendidikan jasmani. Dalam buku ini, perencanaan dipandang sebagai
satu
rangkaian pertanyaan seorang guru dari
setiap unit
dan masing-masing
pelajaran. Sekali ketika pertanyaan telah dijawab, guru akan mempunyai suatu kesempatan
lebih baik untuk menerapkan, memadukan,
peristiwa pembelajaran yang efektif untuk semua
model. Suatu perencanaan umum diperkenalkan sedemikian
sehingga kamu dapat mempunyai suatu tempat untuk memulai fungsi
penting dalam
mengajar.
Bab 6 merupakan bab yang paling utama dalam buku ini. karena Bab 2
sampai 5 memusat pada penentuan langkah belajar,
masing-masing model
diperkenalkan pada bagian 2. Suatu model pembelajaran adalah
suatu rencana kegiatan unik, dirancang untuk memudahkan
para siswa mendapatkan hasil belajar.
Masing-Masing model menetapkan pola teladan pengambilan keputusan sendiri,
operasi kelas, dan tanggung-jawab
untuk guru dan para siswa.
Bab ini menyediakan suatu kerangka untuk menggambarkan
komponen dan dimensi dalam
menyusun model masing-masing dan menetapkannya terlepas dari model yang lain. Pengetahuan itu adalah penting
dalam membantu guru untuk memilih dan
menerapkan model
yang terbaik untuk
tiap-tiap
pelajaran.
Masing-Masing bab pada bagian 2 akan menguraikan suatu uraian yang
lengkap pada satu model pembelajaran
dalam pendidikan jasmani, berdasar pada
dimensi dan komponen yang diperkenalkan Bab 6. Model
itu adalah:
7. Pembelajaran Langsung
8. Pendekatan system untuk
pembelajaran
9. Belajar kooperatif
10. Pendidikan Olahraga
11. Pendekatan teman mengajar
12. Pemeriksaan Model
13. Game Taktis
Bab ini
akan menyediakan contoh rencana
pelajaran dan usul untuk
mengadaptasikan masing-masing model kepada berbagai konteks mengajar. Aktivitas
belajar pada ujung bab masing-masing pada sebagian
1 dan pengajaran praktek pengalaman akan membantu kita dalam menerapkan langkah-langkah
awal bagaimana cara menerapkan model
pendidikan dalam pendidikan jasmani.
AKTIVITAS BELAJAR
1. Membuat daftar keikutsertaan aktivitas phisik
pada masing-masing langkah hidup mu:
sebelum masuk sekolah, sekolah
dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, dan hadiah.
Pada langkah masing-masing uraikan: (a) motivasi untuk mengambil
bagian, (b) tujuan, dan (c) siapa yang mengajar aktivitas
masing-masing.
2.
Kembali untuk memisahkan bagian (c) dari aktivitas belajar sebelumnya.
Uraikan dengan kata-kata
sendiri metode apa yang digunakan oleh guru mu
dalam menerapkan setiap langkah. Jadilah pasti untuk meliputi derajat
tingkat kelangsungan dan formal dalam
metoda itu.
3.
Jika kamu mengajar pendidikan jasmani, melatih,
atau jadi instruktur aktivitas
pelajar phisik, uraikan metoda mengajarnya.
4. Uraikan menurut kata-kata sendiri suatu definisi untuk orang yang dididik dalam
wujud suatu daftar. Buat daftar,
jelaskan bagaimana kamu akan
memberikan pelajaran agar
membantu
siswa dalam belajar. Uraikan
juga definisi, " tidak
adil" menggunakan NASPE pada
bab!
5. Isi dari P-12 U.S. program
pendidikan jasmani telah menunjukkan suatu evolusi
jelas bersih di dalam abad yang lalu. Apa pendapat anda tentang program itu
akan kelihatan seperti tahun 2020? Apa yang harus pelajar ketahui untuk
mengambil
bagian program ini?
PUSTAKA
Mosston, M., & Ashworth,
S. (1994). Teaching physical
education (4cd.). Now
York: Macmillan.
National Association
for Sport and Physical Education. (1992). Outcomes of
quality physical education programs.
Reston, VA: Author.
National Association (or Sport and Physical Educat ion. (1995). Moving into the
future: National standards for physical education. St. Louis: Mosby.
Siedentop,
D. (1998). Introduction
to
physical education, fitness, and sport (3ed.)
Mountain View, CA: Mayfield.
Van
Dalen,
D.,
&
Bennett, B. (1971). A
world history
of physical education:
Cultural, philosophical, comparative (2ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall.
0 komentar:
Posting Komentar
berita olahraga, industri olahraga, healthy life style, ekstrakurikuler olahraga, konsultan olahraga, tour guide & fasilitator.