PROFIL KONDISI FISIK
ANGGOTA PAMOR PESERTA
EKSPEDISI 7 PUNCAK
NUSANTARA
(Studi Deskriptif terhadap anggota Pamor)
Yuliana
Dr. Hj. Nina
Sutresna, M.Pd
Drs. Satriya
Universitas
Pendidikan Indonesia
Abstrak
Pada dasarnya banyak orang menyadari pentingnya melakukan
olahraga, mereka melakukukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan,
diantaranya untuk menjadi sehat, untuk berprestasi, untuk pendidikan, dan untuk
berekreasi. Setiap alasan tersebut pasti ada berbagai tujuannya, serta
karakteristik dengan jenis ketrampilannya. olahraga di alam terbuka misalnya
merupakan salah satu jenis olaharaga untuk berekreasi yang banyak diminati
berbagai tingkatan umur.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana gambaran
komponen kondisi fisik dari daya tahan cardiovacular, fleksibilitas, kekuatan
serta daya tahan kekuatan anggota pamor peserta ekspedisi 7 puncak nusantara.
Untuk dapat menjawab permasalahan penelitian tersebut, maka dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif, penelitian ini menggunakan sampel penelitian
dengan cara pengetesan terhadap 10 orang peserta ekspedisi 7 puncak nusantara.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, bahwa dapat digambarkan
komponen fisik dari Push – up dan Back - Lifts memperoleh hasil
20% dan termasuk kedalam kategori sempurna.
Komponen fisik dari leg dynamometer memperoleh hasil
10% dan termasuk kedalam kategori baik
sekali, komponen fisik Back Dynamometer, Squat Jump,
Flexometer memperoleh hasil 30% dan termasuk
kedalam kategori baik,
serta komponen fisik hand dynamometer, lari 15 menit memperoleh hasil 20% dan termasuk kedalam kategori cukup. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa gambaran kondisi fisik anggota pamor peserta ekspedisi
7 puncak nusantara termasuk ke dalam kategori baik.
Kata
Kunci : Kondisi Fisik, Ekspedisi.
PENDAHULUAN
Berpetualang
mendaki gunung (Ekspedisi) merupakan olahraga penuh tantangan yang membutuhkan
berbagai keterampilan antara lain kemampuan menguasai ilmu medan peta
dan kompas, panjat tebing, olahraga arus deras, survival serta pertolongan
pertama pada kecelakaan. Seperti yang diungkapkan Ramdhan (2011 : 1) menyatakan bahwa Mendaki
Gunung adalah suatu olahraga keras penuh petualangan dan kegiatan ini membutuhkan
keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan
tantangan seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada dasarnya bahaya dan tantangan
tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dari berbagai rintangan alam.
Argumentasi seseorang melakukan kegiatan pendakian gunung didasari pada
kepuasan secara psikis yang dialami oleh pendaki. Sebagaimana dikemukakan oleh
pendaki gunung legendaris asal Inggris Sir George Leigh Mallory. Dikalangan masyarakat seseorang yang
memiliki hobi mendaki gunung sering diidentikkan dengan orang yang memiliki
kekuatan di atas rata-rata. Sudah banyak orang yang mendaki gunung menghadapi
berbagai tantangan alam. Tantangan tersebut ternyata merupakan hal yang mereka
cari, dengan begitu mereka merasa lebih kuat ketika menghadapi hidup.
Banyak orang yang
mengartikan bahwa seseorang yang suka naik gunung merupakan orang hebat dan
kuat, karena beranggapan orang tersebut dapat melewati tantangan dari alam.
Mendaki gunung saat ini banyak dijadikan sebagai media pembelajaran bahkan
menjadi mata kuliah wajib disalah satu Program studi yang ada di Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Ilmu Keolahragaan dan dikenal dengan
mata kuliah Olahraga Petualangan.
Dilain
pihak banyak orang yang gemar mendaki gunung tergabung dalam kelompok pendaki
gunung mereka menamakan diri pecinta alam. Berpetualang mendaki gunung
merupakan salah satu kegiatan utama mereka disamping kegiatan lainnya yang
biasa dilakukan. Kelompok pecinta alam berpetualang mendaki gunung secara
bersama dan sistematis melalaui pembelajaran dari alam dengan mendaki gunung
yang dijadikan sebagai sebuah bentuk ekspedisi baik di lakukan oleh perorangan
maupun kelompok.
PAMOR
(Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga) merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang aktivitasnya banyak diarahkan pada kegiatan
pecinta alam antara lain pendakian gunung, panjat tebing, olahraga arus deras, susur goa, susur pantai, jurnalistik. Sebagai organisasi minat khusus dalam bidang pecinta
alam, berada ditengah-tengah mahasiswa olahraga diharapkan mampu mencerminkan
pola fikir dan pola tindak yang ilmiah. Organisasi ini merupakan wadah belajar
untuk mengembangkan tanggap pribadi, tanggap kelompok bahkan tanggap terhadap
masyarakat dan lingkungan yang lebih luas.
Untuk
mewadahi kegiatan mahasiwa, PAMOR senantiasa berusaha memberikan pelajaran
serta pengalaman melalui kegiatan yang mampu merangsang anggota untuk berfikir,
berusaha, memecahkan masalah yang di hadapi dengan melakukan kegiatan di alam
terbuka sebagai media pembelajaran. Salah satu kegiatan PAMOR adalah melakukan
kegiatan pendakian gunung dengan mengadakan sebuah ekspedisi pendakian gunung.
Ekspedisi merupakan petualangan yang memerlukan persiapan, perencanaan,
perlengkapan serta hal lain yang dibutuhkan dalam petualangan tersebut.
Anggraeni (2009 : 14) menyatakan bahwa “Ekspedisi
ialah suatu perjalanan jauh dan panjang sehingga memakan waktu cukup lama yang
dilakukan seorang atau sekelompok orang untuk tujuan petualangan ataupun
ilmiah”. Salah satu ekspedisi yang sedang dilakukan adalah Ekspedisi PAMOR 7
Puncak Nusantara yang mana merupakan tindak lanjut ekspedisi sebelumnya yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2011.
Ekspedisi
7 Puncak Nusantara ini mengacu dan didasarkan
pada puncak gunung/pegunungan yang tertinggi di tujuh pulau/kepulauan utama di
Indonesia, pembagian menjadi tujuh pulau/kepulauan utama itu yakni Pulau
Sumatera dengan Gunung Kerinci (3805 mdpl), Pulau Jawa dengan Gunung Semeru (3676 mdpl), Kepulauan Lombok dengan Gunung Rinjani (3726 mdpl), Kalimantan dengan Gunung Bukit Raya (3278
mdpl), Sulawesi dengan Gunung Latimojong (3478 mdpl), Kepulauan Maluku dengan Gunung Binaiya (3027 mdpl),
Pulau Irian dengan Gunung Cartenz Pryramid (4884 mdpl). Berdasarkan atas pengelompokan data
tersebut
maka dipilihlah tujuh buah puncak gunung yang tertinggi di masing-masing
pulau/kepulauan tersebut bukan
dari tingkat kesulitannya.
Faktor – faktor yang seringkali menimbulkan masalah
dalam pendakian apabila tidak dipersiapkan dengan baik antara lain terkait
dengan kesiapan fisik, mental, dana, perlengakapan, peralatan, dan lain-lain.
Masalah
yang paling besar dihadapi bagi semua anggota yaitu masalah
fisik, peserta ekspedisi harus mempunyai fisik yang baik dari setiap komponen
fisik daya tahan cardiovascular, fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan
keuatan. Setiap anggota harus membagi waktu mengatur
jadwal, hampir seluruh waktu digunakan untuk berkegiatan. Ekspedisi 7 Puncak
Nusantara merupakan kegiatan ekstrim karena boleh dibilang pelaksanaan
ekspedisi ini adalah nekad.
Ungkapan
ketua pelaksana Dwiki Prayoga Menzano (dalam Wawancara : 23 Agustus 2012 jam
18.45 di Driving Range) menyebutkan bahwa “Ekspedisi
ini dilakukan nekad, dikarenakan dari tujuh orang hanya lima orang yang
melakukan pendakian tahap pertama karena dari segi biaya tidak memenuhi namun
telah siap baik dari segi mental apalagi segi fisik.”
Pada
prinsipnya kondisi fisik merupakan suatu hal yang penting untuk ekspedisi
karena kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan kemampuan untuk mencapai
tuntutan prestasi yang optimal. Pentingnya kondisi fisik sebagai fondasi
terwujudnya prestasi yang maksimal, terutama dalam pendakian gunung belum ada
standar baku dari kondisi fisik itu sendiri, dimana pada keadaan alam terbuka
sebuah gangguan sangatlah besar kemungkinan terjadi, apalagi tujuan dari sebuah
petualangan di pendakian alam terbuka itu adalah untuk tujuan prestasi maka
kondisi fisik dari seorang atlet yang melakukan pendakian sangatlah penting.
Dari
beberapa ungkapan dalam latar belakang diatas membuat penulis terinspirasi
untuk menjadikan sebuah kajian penelitian.
Sehingga dalam penelitian ini penulis berusaha mengulas kondisi fisik
para pendaki gunung dalam skripsi yang berjudul “ Profil Kondisi Fisik Anggota
Pamor Peserta Ekspedisi 7 Puncak Nusantara.”
PEMBAHASAN
Melatih fisik sebelum ekspedisi
pendakian gunung penting dilakukan, Karena itu akan berpengaruh pada kondisi
pendaki saat berada dialam bebas pegunungan. Dalam pendakian gunung ada
beberapa pengetahuan yang harus dimiliki seorang pendaki, seperti penggunaan kompas, peralatan, teknik pendakian,
perbekalan. Namun semua itu tidak akan ada artinya apabila tidak ditunjang
dengan kemampuan fisik yang
baik. Pada prinsipnya untuk mendaki
gunung seperti ekspedisi dibutuhkan kekuatan dan daya tahan otot
tertentu, serta memiliki kapasitas VO2 Max yang baik. Hal ini perlu sekali
untuk mengatasi tipisnya oksigen
didaerah ketinggian, serta mengatasi beratnya beban yang dibawa oleh pendaki.
Kondisi fisik ekspedisi pendakain gunung
sebagaimana dijelaskan bahwa pada prinsipnya untuk mendaki gunung seperti ekspedisi dibutuhkan kekuatan dan daya
tahan otot tertentu, serta memiliki kapasitas VO2 Max yang baik. Hal ini perlu sekali
untuk mengatasi tipisnya oksigen
didaerah ketinggian, serta mengatasi beratnya beban yang dibawa oleh pendaki.
Dengan demikian peneliti dapat
menyimpulkan beberapa komponen yang diperlukan dalam ekspedisi pendakian gunung
yang digunakan. Mendaki gunung adalah kegiatan fisik yang berat. untuk berjalan
berjam-jam bahkan berhari-hari dalam pencapaian puncak membuat daya tahan
(endurance) harus menjadi pondasi utama dikarenakan semakin tinggi dataran
tersebut, maka semakin tipis kandungan oksigen yang ada disekitarnya, mengingat
dimana dalam berat beban yang harus dibawa oleh pendaki dan lamanya berjalan
untuk mencapai ketinggian puncak gunung juga memerlukan kekuatan serta yang
paling penting adalah kemampuan fleksibiltas seorang pendaki yang wajib
diperlukan agar tidak terjadi cidera. Komponen – komponen fisik yang dominan diperlukan dalam pendakian
gunung meliputi daya tahan cardiovascular, kekuatan, fleksibilitas hal tersebut
dijelaskan oleh Schurman (2009 : 4) yang disarikan oleh penulis sebagai berikut
: “Outdor sports components hiking,
trekking, back packing is Aerobic and Anaerobic conditioning, Upper and lower
body strength, fleksibility, skill and cross training.”
Melihat data diatas dapat dikerucutkan bahwa para
penggiat alam ketika ingin melakukan pendakian gunung dalam bentuk ekspedisi
komponen yang harus dibutuhkan adalah Daya tahan cardiovascular, kekuatan, daya
tahan kekuatan dan fleksibilitas. Dari semua
paparan kerangka
berfikir diatasbahwa kondisi fisik sangat diperlukan untuk melakukan pendakian.
Komponen kondisi fisik tersebut meliputi daya tahan kardiovascular, kekuatan
dan fleksibilitas agar mampu untuk melakukan pendakian gunung dalam beberapa
hari sehinggga mampu untuk mencapai puncak. Lokasi penelitian bertempat di
Laboratorium Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang
Olahraga Stadion Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan
individu atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010 : 173)
menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan
Dantes (2012 : 37) mendefinisikan bahwa “Sejumlah kasus yang memenuhi
seperangkat kriteria tertentu, yang ditentukan peneliti”. Dari
penjelasan para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah
sekumpulan subjek penelitian dalam sebuah organisasi. Dalam penelitian ini
adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga
(PAMOR). Dengan demikian sampel
penelitian adalah atlet ekspedisi 7 Puncak Nusanta Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga (PAMOR) yang berjumlah 10
orang. Adapun langkah –
langkah pengambilan data di lapangan penulis tempuh yaitu Menetapkan
populasi, Sampel penelitian, Instrumen
Penelitian, Pengambilan dan pengumpulan data melalui
tes dan pengukuran, Analisis data, Menetapkan
kesimpulan.
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Tujuan metode
deskriptif adalah untuk memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang.
Mengenai metode deskriptif dijelaskan oleh Dantes (2012 : 51) bahwa penelitian
deskriptif diartikan sebagai “Suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya serta untuk
memperoleh informasi mengenai keadaan sekarang ini.”
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan instrument berupa tes komponen-komponen
kondisi fisik untuk olahraga di alam terbuka. Adapun klasifikasi tes kondisi
fisik yang penulis gunakan adalah sebagai yaitu Kekuatan (Kekuatan
otot lengan dan bahu: Hand Dynamometer,
Kekuatan otot tungkai: Leg Dynamometer, Kekuatan otot punggung:
Back Dynamometer), Daya tahan otot(Daya tahan otot lengan dan bahu: Push Up, Daya tahan otot tungkai:
Squat Jump, Daya
tahan otot punggung: Back Lifts), Fleksibilitas (Flexometer), Daya tahan umum(Balke Test).
KESIMPULAN
Mengacu
uraian yang telah dikemukakan serta hasil pengolahan dan analisis data, maka
kesimpulan dari penelitian ini bahwa komponen fisik dari Push – up dan
Back - Lifts memperoleh Hasil yang sempurna. Komponen fisik dari leg
dynamometer memperoleh hasil yang baik sekali,
komponen fisik back
dynamometer, Squat Jump, Flexometer memperoleh hasil baik, serta komponen fisik
hand dynamometer, lari 15 menit memperoleh hasil yang cukup.
Berdasarkan
analisis data yang mengacu pada norma penilaian kondisi fisik dapat disimpulkan
bahwa anggota pamor yang mengikuti ekspedisi 7 puncak nusantara pada umumnya
berada dalam kondisi fisik yang baik sebagai salah satu persyaratan untuk
melakukan ekspedisi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni,L. (2009). Profil
Manajemen Ekspedisi Panjat Tebing Anggota Pamor.Skripsi pada PJKR FPOK
UPI.Bandung : tidak diterbitkan
Arikunto,
S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
Cholil, D. (2007). Bahan Ajar Tes Kemampuan
Komponen Fisik Dasar Cabang – Cabang Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Bandung.
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Giriwijoyo, S. & Sidik, D.(2012). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Harsono.
(1988). Coaching dan Aspek – Aspek
Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma.
Nurhasan, & Cholil, D.H. (2007). Modul Tes
dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Ramdhan, A. (2011). Analisis Kebutuhan Yang Mandukung Keberhasilan Pendakian Gunung. Skripsi
pada IKOR FPOK UPI Bandung : tidak diterbitkan
Satriya, Sidik,D.J &
Imanudin. (2010). Metode Kepelatihan
Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
Schurman, C. (2009). The Outdoor Athlete. Amerika: Champaign.
Sidik, Jafar.D (2008). Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung:
FPOK UPI.
Sajoto. (2005). Pembinaan
Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Ikip Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar
berita olahraga, industri olahraga, healthy life style, ekstrakurikuler olahraga, konsultan olahraga, tour guide & fasilitator.