About Me

Minggu, 17 April 2016

PROFIL KONDISI FISIK ANGGOTA PAMOR PESERTA EKSPEDISI 7 PUNCAK NUSANTARA

PROFIL KONDISI FISIK ANGGOTA PAMOR PESERTA
EKSPEDISI 7 PUNCAK NUSANTARA
(Studi Deskriptif terhadap anggota Pamor)

Yuliana
Dr. Hj. Nina Sutresna, M.Pd
Drs. Satriya

Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Pada dasarnya banyak orang menyadari pentingnya melakukan olahraga, mereka melakukukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan, diantaranya untuk menjadi sehat, untuk berprestasi, untuk pendidikan, dan untuk berekreasi. Setiap alasan tersebut pasti ada berbagai tujuannya, serta karakteristik dengan jenis ketrampilannya. olahraga di alam terbuka misalnya merupakan salah satu jenis olaharaga untuk berekreasi yang banyak diminati berbagai tingkatan umur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana gambaran komponen kondisi fisik dari daya tahan cardiovacular, fleksibilitas, kekuatan serta daya tahan kekuatan anggota pamor peserta ekspedisi 7 puncak nusantara. Untuk dapat menjawab permasalahan penelitian tersebut, maka dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, penelitian ini menggunakan sampel penelitian dengan cara pengetesan terhadap 10 orang peserta ekspedisi 7 puncak nusantara. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, bahwa dapat digambarkan komponen fisik dari Push – up dan Back - Lifts memperoleh hasil 20% dan termasuk kedalam kategori sempurna. Komponen fisik dari leg dynamometer memperoleh hasil 10% dan termasuk kedalam kategori baik sekali,  komponen fisik Back Dynamometer, Squat Jump, Flexometer memperoleh hasil 30% dan termasuk kedalam kategori baik, serta komponen fisik hand dynamometer, lari 15 menit memperoleh hasil 20% dan termasuk kedalam kategori cukup. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa gambaran kondisi fisik anggota pamor peserta ekspedisi 7 puncak nusantara termasuk ke dalam kategori baik.
Kata Kunci : Kondisi Fisik, Ekspedisi.

PENDAHULUAN
Berpetualang mendaki gunung (Ekspedisi) merupakan olahraga penuh tantangan yang membutuhkan berbagai keterampilan antara lain kemampuan menguasai ilmu medan peta dan kompas, panjat tebing, olahraga arus deras, survival serta pertolongan pertama pada kecelakaan. Seperti yang diungkapkan Ramdhan (2011 : 1) menyatakan bahwa Mendaki Gunung adalah suatu olahraga keras penuh petualangan dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada dasarnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dari berbagai rintangan alam. Argumentasi seseorang melakukan kegiatan pendakian gunung didasari pada kepuasan secara psikis yang dialami oleh pendaki. Sebagaimana dikemukakan oleh pendaki gunung legendaris asal Inggris Sir George Leigh Mallory. Dikalangan masyarakat seseorang yang memiliki hobi mendaki gunung sering diidentikkan dengan orang yang memiliki kekuatan di atas rata-rata. Sudah banyak orang yang mendaki gunung menghadapi berbagai tantangan alam. Tantangan tersebut ternyata merupakan hal yang mereka cari, dengan begitu mereka merasa lebih kuat ketika menghadapi hidup.
Banyak orang yang mengartikan bahwa seseorang yang suka naik gunung merupakan orang hebat dan kuat, karena beranggapan orang tersebut dapat melewati tantangan dari alam. Mendaki gunung saat ini banyak dijadikan sebagai media pembelajaran bahkan menjadi mata kuliah wajib disalah satu Program studi yang ada di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Ilmu Keolahragaan dan dikenal dengan mata kuliah Olahraga Petualangan.
Dilain pihak banyak orang yang gemar mendaki gunung tergabung dalam kelompok pendaki gunung mereka menamakan diri pecinta alam. Berpetualang mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan utama mereka disamping kegiatan lainnya yang biasa dilakukan. Kelompok pecinta alam berpetualang mendaki gunung secara bersama dan sistematis melalaui pembelajaran dari alam dengan mendaki gunung yang dijadikan sebagai sebuah bentuk ekspedisi baik di lakukan oleh perorangan maupun kelompok.
PAMOR (Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga) merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang aktivitasnya banyak diarahkan pada kegiatan pecinta alam antara lain pendakian gunung, panjat tebing, olahraga arus deras, susur goa, susur pantai, jurnalistik. Sebagai organisasi minat khusus dalam bidang pecinta alam, berada ditengah-tengah mahasiswa olahraga diharapkan mampu mencerminkan pola fikir dan pola tindak yang ilmiah. Organisasi ini merupakan wadah belajar untuk mengembangkan tanggap pribadi, tanggap kelompok bahkan tanggap terhadap masyarakat dan lingkungan yang lebih luas.
Untuk mewadahi kegiatan mahasiwa, PAMOR senantiasa berusaha memberikan pelajaran serta pengalaman melalui kegiatan yang mampu merangsang anggota untuk berfikir, berusaha, memecahkan masalah yang di hadapi dengan melakukan kegiatan di alam terbuka sebagai media pembelajaran. Salah satu kegiatan PAMOR adalah melakukan kegiatan pendakian gunung dengan mengadakan sebuah ekspedisi pendakian gunung. Ekspedisi merupakan petualangan yang memerlukan persiapan, perencanaan, perlengkapan serta hal lain yang dibutuhkan dalam petualangan tersebut. Anggraeni (2009 : 14) menyatakan bahwa “Ekspedisi ialah suatu perjalanan jauh dan panjang sehingga memakan waktu cukup lama yang dilakukan seorang atau sekelompok orang untuk tujuan petualangan ataupun ilmiah”. Salah satu ekspedisi yang sedang dilakukan adalah Ekspedisi PAMOR 7 Puncak Nusantara yang mana merupakan tindak lanjut ekspedisi sebelumnya yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2011.
Ekspedisi 7 Puncak Nusantara ini mengacu dan didasarkan pada puncak gunung/pegunungan yang tertinggi di tujuh pulau/kepulauan utama di Indonesia, pembagian menjadi tujuh pulau/kepulauan utama itu yakni Pulau Sumatera dengan Gunung Kerinci (3805 mdpl),  Pulau Jawa dengan Gunung Semeru (3676 mdpl), Kepulauan Lombok dengan Gunung Rinjani (3726 mdpl), Kalimantan dengan Gunung Bukit Raya (3278 mdpl), Sulawesi dengan Gunung Latimojong (3478 mdpl), Kepulauan Maluku dengan Gunung Binaiya (3027 mdpl), Pulau Irian dengan Gunung Cartenz Pryramid (4884 mdpl). Berdasarkan atas pengelompokan data tersebut maka dipilihlah tujuh buah puncak gunung yang tertinggi di masing-masing pulau/kepulauan tersebut bukan dari tingkat kesulitannya.
Faktor – faktor yang seringkali menimbulkan masalah dalam pendakian apabila tidak dipersiapkan dengan baik antara lain terkait dengan kesiapan fisik, mental, dana, perlengakapan, peralatan, dan lain-lain.
Masalah yang paling besar dihadapi bagi semua anggota yaitu masalah fisik, peserta ekspedisi harus mempunyai fisik yang baik dari setiap komponen fisik daya tahan cardiovascular, fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan keuatan. Setiap anggota harus membagi waktu mengatur jadwal, hampir seluruh waktu digunakan untuk berkegiatan. Ekspedisi 7 Puncak Nusantara merupakan kegiatan ekstrim karena boleh dibilang pelaksanaan ekspedisi ini adalah nekad.
Ungkapan ketua pelaksana Dwiki Prayoga Menzano (dalam Wawancara : 23 Agustus 2012 jam 18.45 di Driving Range) menyebutkan bahwa “Ekspedisi ini dilakukan nekad, dikarenakan dari tujuh orang hanya lima orang yang melakukan pendakian tahap pertama karena dari segi biaya tidak memenuhi namun telah siap baik dari segi mental apalagi segi fisik.”
Pada prinsipnya kondisi fisik merupakan suatu hal yang penting untuk ekspedisi karena kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan kemampuan untuk mencapai tuntutan prestasi yang optimal. Pentingnya kondisi fisik sebagai fondasi terwujudnya prestasi yang maksimal, terutama dalam pendakian gunung belum ada standar baku dari kondisi fisik itu sendiri, dimana pada keadaan alam terbuka sebuah gangguan sangatlah besar kemungkinan terjadi, apalagi tujuan dari sebuah petualangan di pendakian alam terbuka itu adalah untuk tujuan prestasi maka kondisi fisik dari seorang atlet yang melakukan pendakian sangatlah penting.
Dari beberapa ungkapan dalam latar belakang diatas membuat penulis terinspirasi untuk menjadikan sebuah kajian penelitian.  Sehingga dalam penelitian ini penulis berusaha mengulas kondisi fisik para pendaki gunung dalam skripsi yang berjudul “ Profil Kondisi Fisik Anggota Pamor Peserta Ekspedisi 7 Puncak Nusantara.”

PEMBAHASAN
            Melatih fisik sebelum ekspedisi pendakian gunung penting dilakukan, Karena itu akan berpengaruh pada kondisi pendaki saat berada dialam bebas pegunungan. Dalam pendakian gunung ada beberapa pengetahuan yang harus dimiliki seorang pendaki, seperti penggunaan kompas, peralatan, teknik pendakian, perbekalan. Namun semua itu tidak akan ada artinya apabila tidak ditunjang dengan kemampuan fisik yang baik. Pada prinsipnya untuk mendaki gunung seperti ekspedisi dibutuhkan kekuatan dan daya tahan otot tertentu, serta memiliki kapasitas VO2 Max yang baik. Hal ini perlu sekali untuk mengatasi tipisnya oksigen didaerah ketinggian, serta mengatasi beratnya beban yang dibawa oleh pendaki.
Kondisi fisik ekspedisi pendakain gunung sebagaimana dijelaskan bahwa pada prinsipnya untuk mendaki gunung seperti ekspedisi dibutuhkan kekuatan dan daya tahan otot tertentu, serta memiliki kapasitas VO2 Max yang baik. Hal ini perlu sekali untuk mengatasi tipisnya oksigen didaerah ketinggian, serta mengatasi beratnya beban yang dibawa oleh pendaki.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan beberapa komponen yang diperlukan dalam ekspedisi pendakian gunung yang digunakan. Mendaki gunung adalah kegiatan fisik yang berat. untuk berjalan berjam-jam bahkan berhari-hari dalam pencapaian puncak membuat daya tahan (endurance) harus menjadi pondasi utama dikarenakan semakin tinggi dataran tersebut, maka semakin tipis kandungan oksigen yang ada disekitarnya, mengingat dimana dalam berat beban yang harus dibawa oleh pendaki dan lamanya berjalan untuk mencapai ketinggian puncak gunung juga memerlukan kekuatan serta yang paling penting adalah kemampuan fleksibiltas seorang pendaki yang wajib diperlukan agar tidak terjadi cidera. Komponen – komponen fisik  yang dominan diperlukan dalam pendakian gunung meliputi daya tahan cardiovascular, kekuatan, fleksibilitas hal tersebut dijelaskan oleh Schurman (2009 : 4) yang disarikan oleh penulis sebagai berikut : “Outdor sports components hiking, trekking, back packing is Aerobic and Anaerobic conditioning, Upper and lower body strength, fleksibility, skill and cross training.”
Melihat data diatas dapat dikerucutkan bahwa para penggiat alam ketika ingin melakukan pendakian gunung dalam bentuk ekspedisi komponen yang harus dibutuhkan adalah Daya tahan cardiovascular, kekuatan, daya tahan kekuatan dan fleksibilitas. Dari semua paparan kerangka berfikir diatasbahwa kondisi fisik sangat diperlukan untuk melakukan pendakian. Komponen kondisi fisik tersebut meliputi daya tahan kardiovascular, kekuatan dan fleksibilitas agar mampu untuk melakukan pendakian gunung dalam beberapa hari sehinggga mampu untuk mencapai puncak. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang Olahraga Stadion Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010 : 173) menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan Dantes (2012 : 37) mendefinisikan bahwa “Sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu, yang ditentukan peneliti”. Dari penjelasan para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan subjek penelitian dalam sebuah organisasi. Dalam penelitian ini adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga (PAMOR). Dengan demikian sampel penelitian adalah atlet ekspedisi 7 Puncak Nusanta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga (PAMOR) yang berjumlah 10 orang. Adapun langkah – langkah pengambilan data di lapangan penulis tempuh yaitu Menetapkan populasi, Sampel penelitian, Instrumen Penelitian, Pengambilan dan pengumpulan data melalui tes dan pengukuran, Analisis data, Menetapkan kesimpulan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang. Mengenai metode deskriptif dijelaskan oleh Dantes (2012 : 51) bahwa penelitian deskriptif diartikan sebagai “Suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya serta untuk memperoleh informasi mengenai keadaan sekarang ini.”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument berupa tes komponen-komponen kondisi fisik untuk olahraga di alam terbuka. Adapun klasifikasi tes kondisi fisik yang penulis gunakan adalah sebagai yaitu Kekuatan (Kekuatan otot lengan dan bahu: Hand Dynamometer, Kekuatan otot tungkai: Leg Dynamometer, Kekuatan otot punggung: Back Dynamometer), Daya tahan otot(Daya tahan otot lengan dan bahu: Push Up, Daya tahan otot tungkai: Squat Jump, Daya tahan otot punggung: Back Lifts), Fleksibilitas (Flexometer), Daya tahan umum(Balke Test).

KESIMPULAN
Mengacu uraian yang telah dikemukakan serta hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini bahwa komponen fisik dari Push – up dan Back - Lifts memperoleh Hasil yang sempurna. Komponen fisik dari leg dynamometer memperoleh hasil yang baik sekali,  komponen fisik back dynamometer, Squat Jump, Flexometer memperoleh hasil baik, serta komponen fisik hand dynamometer, lari 15 menit memperoleh hasil yang cukup.
Berdasarkan analisis data yang mengacu pada norma penilaian kondisi fisik dapat disimpulkan bahwa anggota pamor yang mengikuti ekspedisi 7 puncak nusantara pada umumnya berada dalam kondisi fisik yang baik sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan ekspedisi.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni,L. (2009). Profil Manajemen Ekspedisi Panjat Tebing Anggota Pamor.Skripsi pada PJKR FPOK UPI.Bandung : tidak diterbitkan
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Cholil, D. (2007). Bahan Ajar Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang – Cabang Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Giriwijoyo, S. & Sidik, D.(2012). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma.
Nurhasan, & Cholil, D.H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Ramdhan, A. (2011). Analisis Kebutuhan Yang Mandukung Keberhasilan Pendakian Gunung. Skripsi pada IKOR FPOK UPI Bandung : tidak diterbitkan
Satriya, Sidik,D.J & Imanudin. (2010). Metode Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
Schurman, C. (2009).  The Outdoor Athlete. Amerika: Champaign.
Sidik, Jafar.D (2008). Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung: FPOK UPI.
Sajoto. (2005). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Ikip Semarang.



0 komentar:

Posting Komentar


berita olahraga, industri olahraga, healthy life style, ekstrakurikuler olahraga, konsultan olahraga, tour guide & fasilitator.