About Me

Selasa, 22 September 2015

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar, keduanya terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan ketrampilan. Hubungan guru dan siswa serta bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15) Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini memungkinkan adanya pertukaran ide dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika dalam proses pembelajaran. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, maupun emosional. Ada tiga aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Pencapaian aspek-aspek tersebut dapat dicapai tentu dengan upaya sungguh-sungguh dari guru dan siswa, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan mampu memotivasi prestasi siswa. Salah satu kesulitan tebesar yang dihadapi oleh semua guru adalah bagaimana caranya untuk mengajak atau mengiktsertakan semua muridnya dalam proses pembelajaran tanpa memperbolehkan satu atau beberapa orang siswa mendominasi interaksi di kelas dan kesempatan belajar siswa yang lain.

BAB II
ISI
Terdapat beberapa model yang ditawarkan dan salah satunya yaitu model cooperative learning ini. Cooperative learning bukanlah model seutuhnya . Cooperative learning merupakan satu set strategi mengajar dimana kuncinya adalah saling berbagi, yang paling penting adalah pengelompokan siswa ke dalam tim belajar untuk jumlah waktu tertentu atau tugas tertentu, dengan harapan bahwa semua siswa ikut berkontribusi dalam proses belajar dan hasil akhir. Sama seperti di dalam tim olahraga, tim disini bekerja untuk mencapai satu tujuan. Dalam model ini tujuan akhir dari proses pembelajaran ini adalah melengkapi tugas pembelajaran yang diberikan oleh guru yang bersangkutan. Tugas tersebut menuntut siswa untuk berprestasi dalam performa intragrup (mencoba untuk menjadi tim terbaik sesuai dengan kemampuan mereka),  kinerja antar kelompok (bersaing dengan tim belajar yang lain), atau saling berbagi kinerja antar kelompok (konten pembelajaran sehingga mereka dapat mengajarkannya kepada murid yang lain).
Slavin (1983) mengatakan bahwa Student Team Learning atau Cooperative Learning berdiri berdasarkan dari tiga konsep :
Penghargaan terhadap kelompok.
Bagian yang paling utama dalam STL/CL ini adalah tentang tugas yang diberikan kepada tiap tim oleh guru yang bersangkutan. Semua kelompok dapat bekerja dengan tugas yang sama atau berbeda tetapi tetap berkaitan. Pada saat yang bersamaan, guru menetapkan satu atau lebih kriteria penampilan yang harus dicapai oleh kelompok, dengan catatan penghargaan akan diberikan kepada kelompok yang mencapai standar yang telah ditentukan tadi. Penghargaan tersebut dapat berupa angka kumulatif, mendapat keistimewaan atau hak khusus ketika di dalam kelas, pengakuan dari murid yang lainnya, atau dapat juga berupa nilai.
Tanggung jawab individu.
Kunci utama yang lain dari tugas belajar adalah keterangan bahwa kinerja seluruh anggota kelompok termasuk ke dalam skor atau penilaian kelompok. Dimana sebelumnya, semua murid harus ikut serta dalam kerja atau usaha kelompok, dan penting untuk diketahui bahwa semua anggota kelompok belajar dan berprestasi dengan sungguh-sungguh atau dengan potensi terbaik mereka. Hal tesebut membutuhkan peer teaching dimana kelompok dengan murid yang berkemampuan tinggi berinteraksi murid yang berkemampuan rendah untuk mampu meningkatkan kinerja kelompok secara keseluruhan. Peer teaching disini menjadi faktor yang utama dalam kinerja model ini untuk mempromosikan pembelajaran sosial tingkat tinggi dalam tim.
Kesempatan yang sama untuk berprestasi.
Proses pemilihan murid dalam kelompok merupakan hal yang harus diperhatikan. Model ini membagi orang dalam kelompok kecil (empat sampai enam orang per kelompok) di mana sebisa mungkin anggota kelompok harus berbeda atau beragam, dan semua kelompok mempunyai kesempatan yang sama dalam kinerja penampilan keseluruhannya. Kelompok belajar harus terdiri dari berbagai gender, tingkat kemampuan, pengalaman sebelumnya dengan isi pembelajaran, kemampuan kognitif, dan motivasi. Adanya perbedaan  tersebut memicu untuk terjadinya pembelajaran sosial di akhir pembelajaran dengan model ini. Keseimbangan kelompok dalam kemampuan keterampilan mendorong untuk terciptanya kompetisi yang adil serta meningkatkan motivasi para murid. Ketika keseimbangan itu tercipta, dan dengan semua kinerja kelompok dinilai, maka kemungkinan besar semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi dan tiap-tiap kontribusi akan bernilai bagi anggota kelompok yang lain.
Di dalam Cooperative learning juga terdapat 6 element prosedural yang memberikan identitas atau keunikan terhadap model ini (Cuseo,1992) :
Formasi kelompok yang dibuat secara sengaja.
Interaksi kelompok yang terus menerus.
Saling ketergantungan terhadap anggota kelompok yang lain.
Tanggung jawab individu.
Perhatian yang jelas untuk perkembangan keterampilan sosial murid.
Guru sebagai fsilitator (penyedia).
Eileen Hilke (1990) menyebutkan terdapat empat tujuan utama dari Cooperative learning ini :
Untuk mendorong terciptanya kerjasama akademik dalam proses pembelajaran (adanya interaksi) di antara murid.
Untuk mendorong adanya hubungan antar kelompok yang positif.
Untuk membangun atau mengembangkan rasa penghargaan diri murid.
Untuk meningkatkan prestasi akademik siswa
Dari semua tujuan di atas, maka sudah sangat jelaslah bahwa Cooperative learning berbasis kepada pencapaian prestasi dan proses. Maksud dari berbasis pencapaian prestasi di sini ialah bahwa model ini di desain untuk mendorong penguasaan murid terhadap unit pembelajaran, apapun itu. Penekanan yang kuat ditempatkan pada pembelajaran murid. Berbasis proses berarti bahwa cara murid berinteraksi dengan murid yang lainnya dalam rangka mempelajari isi pembelajaran itu sama penting juga, dan pada kenyataanya hal tersebut memfasilitasi tiap peningkatan prestasi murid. Ini bukan tentang “murid harus belajar untuk bekerja sama” tetapi “murid harus bekerja sama untuk belajar”.
Proses pembelajaran nya sendiri difasilitasi oleh lima elemen penting Cooperative Learning, menurut Johnson, Johnson dan Holubec (1994,p.27-34):
Saling ketergantungan yang positif antara murid.
Murid harus mengerti bahwa setiap anggota dalam kelompok dibutuhkan oleh anggota tim yang lain untuk mencapai tujuan. Tiap masing-masing anggota membawa talenta unik, pengalaman, serta keterampilan dimana hal tersebut a kelompok. Susunan bakat ini mungkin juga akan mengakibatkan konflik intelektual dalam kelompok, dimana hal tesebut membuka kesempatan atau peluang terjadinya pembelajaran sosial.
Tatap muka membuka peluang untuk adanya interaksi.
Struktur tim bisa menyebabkan siswa untuk membantu memfasilitasi, dan menguatkan karya atau hasil rekan kelompok untuk menjadi patokan, sama halnya seperti yang dilakukan dalam tim olahraga terhadap satu anggota dengan yang lainnya. Anggota kelompok pada akhirnya akan menyadari bahwa semua anggota di dalam kelompok harus mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk mencapai tujuan kelompok, hal ini bagus untuk kelompok sehingga semua anggota “maju atau berkembang bersama” serta mengambil ketertarikan yang sungguh-sungguh dalam pencapaian prestasi semua anggota kelompok.
Akuntabilitas individu atau tanggung jawab pribadi.
Cooperative learning akan berjalan baik ketika semua murid dalam kelompok berkontribusi secara merata. Sekarang, hal tersebut tidak berarti bahwa semua murid mendapatkan skor yang sama dalam penilain. Sebaliknya, ini berarti bahwa semua murid berpartisipasi penuh dalam proses kelompok dan belajar sebanyak atau semampu kemampuan mereka. Dalam rangka melakukan hal ini, guru harus membuat set dengan keadaan semua murid berpartisipasi dalam kelompok mereka dan menemukan cara untuk menilai tiap partisipasi murid tersebut. Tambahan, semua penilaian keterampilan harus menyertakan penilaian individu murid dengan berbagai cara, jadi setiap pembelajaran murid dihitung dalam penilaian. Tipe akuntabiliti ini mendorong peningkatan tingkat tanggung jawab masing masing murid.
Antar pribadi dan keterampilan kelompok kecil.
Pencapaian prestasi siswa dalam Cooperative Learning sangat bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan keterampilan pembelajaran antar pribadi ditampilkan dalam dinamika kelompok. Di sana terdapat penekanan untuk saling mengenal dan saling percaya antar anggota kelompok, komunikasi yang baik, saling menerima dan mendukung dan pemecahan konflik atau masalah. Pembelajaran sosial apa yang tidak boleh dibawa ke dalam kelompok sebagai proses awal harus di pelajari sebagai pengalaman bekerja sama.
Proses kelompok.
Untuk lebih mempertegas nilai dalam pembelajaran sosial, guru harus secara teratur membuat murid untuk merefleksikan (proses) pengalaman bersama kelompok. Proses ini harus direncanakan dalam tiap pertemuan, khususnya di bagian awal dari unit Cooperative Learning ini. Ini adalah bagian di mana mengambil alih kendali atau peran dalam pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan murid bagaimana untuk bekerja secara baik dalam kelompok dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama mereka, baik yang besifat akademik maupun yang bersifat sosial. Kunci strategi di sini ialah guru jangan secara langsung memberi tahu kepada murid bagaimana seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan sesama anggota kelompoknya. Proses tersebut harus terjadi secara tidak langsung, untuk mendorong atau membantu siswa dalam merefleksikan pemikiran mereka dalam area pembelajaran ini.
Model Cooperative Learning yang formal termasuk seperangkat strategi instruksional nya yang bisa dipakai di dalamnya, sekali lagi ini bukan hanya tentang menempatkan murid ke dalam kelompok yang kecil untuk saling belajar satu sama lainnya secara bersama-sama. Strategi tersebut bisa dipakai untuk tugas belajar yang kecil (satu atau dua pembelajaran), tugas belajar yang lebih luas (tiga sampai lima pembelajaran), atau keseluruhan unit pembelajaran. Karena waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok-kelompok dan menetapkan tugas pembelajaran kooperatif, tidak dianjurkan untuk menggunakan lebih dari satu strategi dalam pelajaran. Beberapa strategi pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk bidang studi tertentu selain pendidikan jasmani tidak akan disebutkan di sini. Strategi-strategi yang tampaknya akan menjadi strategi yang paling efektif dalam pendidikan jasmani akan disajikan kemudian dalam bab ini.
Menurut johnson, johnson, dan holubec (1994, pp.37-38) guru model Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) memiliki enam fungsi peran utama. seperti yang Anda lihat, sebagian instruksional diarahkan atau digunakan untuk membuat kelompok dan mengatur tugas belajar, dari sana, guru mengasumsikan peran secara tidak langsung dalam model ini.
Menentukan tujuan instruksional.
Guru harus menentukan tujuan akademik untuk tugas yang diberikan. konten apa yang harus dipelajari dan apa kriteria kinerja yang ditekankan di situ ? guru juga harus menentukan tujuan keterampilan sosial yang menginformasikan siswa arti dari memiliki interaksi kelompok yang baik dan proses saat mereka bekerja sama dalam tim.
Membuat keputusan preinstructional.
Guru Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) harus membuat sejumlah rencana sebelum unit dan pelajaran dimulai dalam rangka memfasilitasi interaksi siswa dalam kelompok, memberikan pemahaman yang jelas tentang tugas dari tiap kelompok, menginformasikan kepada kelompok mengenai  kriteria penampilan, mengumumkan berapa banyak waktu yang harus mereka selesaikan untuk masing-masing tugas, dan biarkan mereka tahu terhadap sumber daya instruksional (peralatan, ruang, dll) dimana mereka akan bekerja dengan hal tersebut. keputusan yang lainnyayaitu tentang bagaimana tim akan dipilih, bagaimana pembelajaran akan dinilai, dan bagaimana keterampilan sosial akan dipantau. Tidak diragukan lagi, model ini memerlukan perencanaan preunit yang akhirnya memungkinkan guru untuk mengatur proses kooperatif itu sendiri.
Komunikasikan presentasi tugas dan struktur tugas
Harus ada keseimbangan antara jumlah informasi yang diperlukan oleh siswa terhadap tugas yang diberikan, dan memberikan kriteria kerja terlalu banyak atau informasi atau latar belakang tentang cara untuk menyelesaikan tugas. Dalam tugas-tugas kooperatif  akan ada lebih banyak penekanan pada tugas terstruktur (ruang, peralatan, waktu, tim dan kriteria) daripada tugas presentasi. Ketika ragu tentang jumlah informasi untuk memberikan tugas presentasi, ini dapat  menjadi aturan yang baik daripada memberikan dugaan kurang dari satu. ini menyebabkan tim menjadi sedikit lebih akal dan untuk mencari tahu sendiri ketika mereka membutuhkan informasi lebih lanjut dari guru - dan kemudian meminta untuk itu.
Mengatur tugas cooperativ.
ketika guru telah memilih tim, menginformasikan kepada kelas mengenai tugas selanjutnya, dan memberikan struktur tugas, guru hanya tinggal memberitahu siswa untuk memulai tugas tersebut. Siswa harus diberikan informasi yang cukup supaya mereka mampu untuk memahami tugas kerja, tanpa indikasi cara bagaimana menyelesaikannya. Ketika kelompok pertama kali terlibat dalam tugas, ini akan memerlukan waktu untuk tim sehingga ada waktu untuk mendefinisikan masalah yang tertanam dalam tugas dan untuk mendapatkan solusi nya. guru perlu memonitor periode ini untuk memastikan bahwa tim bergerak ke arah yang benar.
Memantau kelompok belajar kooperatif dan intervensi yang diperlukan.
Sebagai tim yang terlibat dalam suatu tugas, guru akan memantau untuk melihat apakah tim bekerja secara kooperatif. Perlu dicatat bahwa ini tidak berarti bahwa guru memonitor kemajuan tugas, hal tersebut akan mengurus dirinya sendiri jika tim menggunakan semua sumber daya yang mereka miiki dan jika semua anggota tim berkontribusi untuk yang terbaik dari kemampuan mereka. intervensi oleh guru harus terjadi hanya ketika tim tidak bekerja secara kooperatif. kasus ini kemudian menjadi "momen mengajar" untuk pengembangan kerja sama tim keterampilan sosial dan dasar pengolahan yang terjadi pada akhir masing-masing kelas.
Mengevaluasi pembelajaran dan proses interaksi.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif terjadi di dua daerah, kualitas dan kuantitas belajar siswa dan efektivitas interaksi tim. guru menetapkan penilaian dan kriteria untuk kedua hasil. itu lebih mungkin bahwa penilaian pembelajaran akan lebih sumatif sekali ketika tim  menyelesaikan tugas masing-masing. penilaian interaksi tim harus formatif dan cukup teratur sehingga periode interaksi yang tidak efektif akan lebih sedikit dan lebih pendek.
Pembelajaran kooperatif mendapat perhatian yang lumayan cukup besar dalam beberapa tahun terakhir, baik yang mendukung ataupun yang mengkritik. Dari perhatian yang cukup besar tersebut mengakibatkan pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan dalam arti formal dari model yang dijelaskan dalam bab ini.
McCaslin dan Goood (1996) merangkum kedua sisi perdebatan pembelajaran kooperatif: Kelebihan:
Tugas cooperatif mensimulasikan cara kebanyakan orang bekerja di luar sekolah, dengan berbagi pekerjaan untuk "mendapatkan pekerjaan yang dilakukan".
Pengetahuan mata pelajaran meningkat sebagai hasil dari jumlah keahlian kelompok,dan ini selalu lebih baik dari setiap anggota tunggal.
Siswa belajar tentang disposisi tugas bersama dan tantangan kelompok.
Anggota kelompok berfungsi sebagai model yang sesuai dengan tahapan perkembangan satu sama lain.
Siswa belajar untuk mengelola dan menggunakan sumber daya manusia.
Siswa akan menghargai nilai akademik bersama dari pada bekerja dalam isolasi.
Siswa akan lebih berkembang pemahamannya mengenai diri sendiri dan orang lain dari kerja bersama ini.
Siswa dapat membuat pilihan tentang kecepatan dan proses pembelajaran itu sendiri.
Kekurangan :
Jika anggota kelompok terlalu berfokus pada produk dari tugas, dan bukan proses, maka mereka akan terlalu berorientasi produk dan kehilangan tujuan utama lainnya dari model ini.
Ketika terjadi kesalahpahaman dalam penguasaan materi, tidak ada cara untuk mengubah kesalahpahaman mereka karena interaksi dengan guru cukup terbatas.
Ketika pembelajaran lebih di tekankan dalam  proses daripada prestasi, siswa akan lebih menghargai "bersama orang lain" daripada "bekerja bersama orang lain untuk mencapai tujuan".
ada kekhawatiran bahwa satu atau lebih siswa dalam setiap kelompok menjadi figur  pemegang kekuasaan seperti halnya seorang guru.
Murid dengan pencapaian prestasi tinggi akan merasakan lebih banyak tekanan dan hal ini akan membuat ketidak proporsional an kontribusi dibandingkan siswa lain.
Terdapat  resiko dari beberapa murid untuk menjadi “pemalas dalam bersosialisasi", baik sengaja atau tidak sengaja.
Murid yang berusaha keras tetapi memberikan kontribusi yang rendah terhadap pencapaian tim mungkin merasa malu atau menjadi defensif.
Beberapa siswa membatasi kontribusi mereka (dan proses belajar mereka) untuk memberi kesempatan  siswa yang lain untuk berkontribusi.
Anda akan mencatat bahwa kelebihan adalah bagian dari desain model, kekurangan terjadi ketika model tidak diterapkan dengan benar, dan semua dapat dihindari atau dikurangi dengan perencanaan guru secara hati-hati dan pemantauan proses kelompok. dalam arti bahwa, pembelajaran kooperatif tidak berbeda dari model lain dalam buku ini, ketika diterapkan sesuai dengan desain itu, ada kemungkinan kuat bahwa model akan bekerja untuk mempromosikan jenis belajar siswa itu. Jika diterapkan secara tidak benar, model tidak akan bekerja sebagaimana dimaksud, tapi hal ini seharusnya tidak dianggap sebagai desain yang cacat dan menyebabkan guru tidak menggunakannya saat diperlukan. Sebaliknya, guru harus menyadari potensi masalah dan merencanakan untuk mengurangi atau menghilangkan kesalahan tersebut dari model.

DASAR DARI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK PENDIDIKAN JASMANI.
TEORI DAN DASAR PEMIKIRAN
Deutsch (1994) menyatakan bahwa ada tiga struktur tujuan utama dalam pendidikan: individualis, kompetitif, dan kooperatif. model seperti PSI (Bab 8) yang sangat individualistis siswa bekerja sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki sedikit interaksi dengan orang lain, termasuk guru. model seperti instruksi langsung (Bab 7) dan inquiry teaching (Bab 12) sangat kompetitif dalam arti bahwa siswa harus berusaha  sendiri untuk mendapatkan perhatian guru, untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk mempelajari isi, dan kadang-kadang melakukan analisis relatif terhadap prestasi siswa lain. Model pembelajaran kooperatif terwakili dalam buku ini dengan yang dijelaskan dalam bab ini, Sport pendidikan (pasal 10) dan mengajar rekan (Bab 11). dasar dari model ini adalah memiliki siswa yang belajar bersama-sama, dari, dan untuk satu sama lain melalui hubungan yang saling terstruktur. Pencapaian tujuan pembelajaran akademis merupakan prioritas yang diutamakan, tetapi tidak lebih penting daripada proses pembelajaran sosial dan keterampilan. Jelas, model pembelajaran kooperatif memiliki landasan dalam kelompok ketiga deutsch tentang struktur.
Desain model pembelajaran kooperatif didasarkan pada konvergensi empat set utama dari teori: motivasi, kognitif, sosial bersandar, dan perilaku. ini agak unik, karena kebanyakan model lain yang berasal dari hanya satu atau dua teori tentang belajar. Namun, semua teori memainkan peran yang sama penting dalam desain dan operasi dari model pembelajaran kooperatif ini .
Teori motivasi digunakan untuk membuat sructures yang membuat tim untuk menyadari bahwa satu-satunya cara tim untuk dapat mencapai tujuannya adalah dengan semua kontribusi dan pencapaian murid. Yang mendorong individu siswa  untuk memberikan yang terbaik, dan memulai interaksi kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Teori kognitif digunakan untuk pemberian tugas-tugas sesuai dengan tahapan perkembangan pembelajaran kooperatif dan hal ini nantinya akan memberikan takaran yang tepat dari tiap tantangan untuk tercapainya tujuan tim. jika tugas terlalu mudah, tim tidak perlu menggunakan semua sumber dayanya untuk mencapai tujuan. jika tugas terlalu sulit, anggota tim akhirnya akan menjadi frustasi, menyebabkan perbedaan pendapat dan bahkan menarik diri dari tugas.
Teori belajar sosial dimasukkan ke dalam model ketika dalam proses pembelajaran terjadi situasi mendengarkan dan menonton anggota tim lainnya. Proses timbal balik akan terjadi manakala satu siswa memperoleh kemajuan yang kemudian di bagikan kepada siswa yang lain, seringkali dilakukan dengan menunjukkan dan menjelaskan kepada murid yang lain. Guru memberikan kontribusi pada agenda pembelajaran sosial model ketika mereka menonton untuk contoh positif dan negatif dari keterampilan sosial dan menggunakannya pada "saat mengajar" untuk menyorot keterampilan interaksi yang diinginkan dan tidak diinginkan.
Teori perilaku digunakan untuk menyediakan hubungan antara proses kooperatif, keterlibatan siswa pada tugas, dan penghargaan terhadap waktu pencapaian. Tugas kooperatif yang baik mampu memberikan keterangan yang jelas kepada siswa tentang keterampilan sosial apa (perilaku) yang diperlukan dalam situasi itu, apa tujuan pembelajaran, dan apa konsekuensinya adalah untuk mencapai atau gagal pada tugas yang diberikan. Perlu dicatat bahwa siswa tidak langsung diberitahu tentang bagaimana menyelesaikan tugas-parameter yang lainnya di mana tugas selanjutnya akan ditempuh.
Alasan rasional di balik model pembelajaran kooperatif sangat mudah, seperti yang dijelaskan oleh desainer prinsip, robert Slavin (1990):
.... Struktur kooperative menciptakan situasi di mana anggota  dapat mencapai tujuan pribadi mereka sendiri jika kelompok itu sukses. Oleh karena itu, untuk memenuhi tujuan pribadi mereka, anggota kelompok harus membantu teman-teman kelompok mereka supaya kelompok mencapai kesuksesan, dan mungkin yang lebih penting, mendorong pasangan kelompok mereka untuk mengerahkan usaha maksimumnya (pp.13-14).
Seleksi kelompok yang seksama dimana akan bersama-sama untuk jangka waktu yang lebih lama dan penataan tugas-tugas kelompok untuk meningkatkan hasil belajar akademik dan sosial adalah perbedaan utama antara model pembelajaran kooperatif dengan penempatan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk tugas belajar tunggal di dalam kelas. Hal tersebut harus diingat dalam pikiran anda saat anda belajar lebih banyak tentang model ini dan menggunakannya dalam pengajaran pendidikan jasmani.

ASUMSI TENTANG PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Asumsi Tentang Pengajaran
Peran utama guru adalah sebagai fasilitator, untuk melayani pembelajaran akademik dan sosial siswa.
Guru dapat mengambil peran fasilitator setelah ia langsung menetapkan pengaturan, struktur, dan parameter dari tugas-tugas kelompok. Model dimulai dengan pengarahan secara langsung, dan kemudian menjadi tidak langsung begitu tim terlibat dalam tugas mereka.
Guru adalah orang kunci untuk memantau dan mengajar siswa dalam proses reflektif untuk pembelajaran sosial.
Guru harus mencari keseimbangan antara tujuan pembelajaran sosial dan akademik. dalam keseimbangan itu, proses pembelajaran sosial sama pentingnya dengan produk akademik pembelajaran.

Asumsi Tentang Belajar
Struktur kooperatif mempromosikan tingkat pembelajaran sosial dan akademik yang lebih tinggi daripada struktur individualistik atau kompetitif.
Kelompok mampu, akan, dan harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pribadi dan bersama.
Pembelajaran tim akan bekerja paling baik ketika kelompok bersifat heterogen dalam semua faktor, dan kelompok-kelompok yang sama akan dipertahankan selama periode beberapa pertemuan atau seluruh unit.
Semua anggota kelompok memiliki sesuatu untuk berkontribusi terhadap pencapaian tujuan kelompok
Tugas belajar harus secara spesifik menentukan kriteria untuk akuntabilitas individu, dan kinerja semua anggota ini harus diperhitungkan dalam penilaian skor tim.
"sosial yang agak malas" bisa saja terjadi, namun tidak otomatis, ini merupakan  bagian dari proses kelompok. Parameter harus dinyatakan untuk memastikan bahwa semua anggota tim berkontribusi terhadap pencapaian kelompok.
kelompok siswa dapat bekerja sama untuk mengejar dan menyelesaikan tugas tugas.

Tema Utama Untuk Pembelajaran Kooperatif: Kelompok Belum Tercapai Sampai Semua Anggotanya Dicapai.
Kedengarannya mustahil untuk mengungkapkan tema ini untuk setiap model pembelajaran. Realitas kehidupan dan perbedaan antara kemampuan siswa tampaknya akan bekerja melawan tujuan (dan tema) bahwa semua siswa harus mencapai kesuksesan dalam rangka kesuksesan kelompok. Meskipun demikian, tema tersebut menggambarkan salah satu ide yang paling penting di balik model, dan ini di desain sebagai tujuan yang harus dicapai untuk setiap aplikasi pembelajaran kooperatif. Prestasi dalam tema ini tidak berarti bahwa semua siswa dalam kelompok akan mendapatkan skor yang sama pada penilaian atau mengambil peran yang sama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Lebih dari itu, prestasi didefinisikan sebagai anggota tim yang bertanggung jawab, mengembangkan potensi seseorang secara maksimal, dan membuat kontribusi terbaik untuk keberhasilan tim.

Prioritas Belajar Domain Dan Interaksi
Pembelajaran kooperatif dirancang untuk mempromosikan peningkatan tingkat prestasi siswa, dimediasi oleh interaksi kelompok kecil dan keterampilan sosial. Hal tersebut tidak bisa terjadi jika yang selanjutnya itu tidak terjadi, yaitu membuat pembelajaran keterampilan sosial progroup prasyarat untuk belajar individu dan kelompok. Yang membuat prioritas domain untuk koperasi belajar sedikit rumit, sebagai domain afektif akan selalu berbagi prioritas tertinggi dengan tujuan utama dari tugas belajar yang diberikan. Misalnya, jika tugas yang diberikan memiliki fokus pembelajaran terutama kognitif, prioritas domain akan menjadi:
prioritas pertama (terbagi): afektif dan kognitif
prioritas ketiga: psikomotor
jika tugas yang diberikan memiliki fokus pembelajaran terutama psikomotor, maka prioritas domain akan menjadi:
prioritas pertama (terbagi): afektif dan psikomotor
prioritas ketiga: kognitif
Untuk lebih lanjutnya lagi, harus disebutkan bahwa dalam pendidikan jasmani, tugas  Cooperative learning yang baik akan menantang siswa secara merata di seluruh tiga domain, yang memerlukan interaksi kelompok yang baik dan refleksi (afektif), gelar yang tepat dari kekakuan intelektual (kognitif), dan akhirnya demonstrasi gerakan terampil (psikomotor). ketika hal ini terjadi, semua tiga domain menerima sekitar tingkat yang sama dari penekanan dan pengembangan. jika siswa atau kelompok tidak bisa belajar di semua tiga domain sama baiknya, mereka tidak akan sukses di tugas yang diberikan.
interaksi domain untuk tugas-tugas pembelajaran kooperatif kemudian menjadi sama-sama kompleks ketika semua tiga domain dibagi. Interaksi ini tidak linear - belajar dalam satu domain tidak mengikuti dari domain lainnya. lebih tepatnya, ketiga domain mengambil hubungan timbal balik di antara mereka - belajar dalam setiap domain satu tergantung pada pembelajaran di dua domain lainnya. misalnya, untuk mencapai dalam domain psikomotorik, siswa di setiap kelompok kecil harus memiliki keterampilan interpersonal yang baik (afektif) dan pemecahan masalah yang baik kemampuan (kognitif). timbal balik harus terjadi setiap saat di semua domain.
PSIKOMOTOR

KOGNITIV                                              AFEKTIF
Ini adalah hubungan dasar dari seluruh model dan menggarisbawahi perlunya bagi siswa untuk bekerja sama tidak hanya bergaul tetapi untuk belajar. fitur desain dalam model ini juga menekankan bahwa proses belajar sama pentingnya dengan produk pembelajaran.
Preferensi Belajar Siswa
Menggunakan reichman dan grasha (1974) profil untuk preferensi belajar siswa, cooperative learning kebanyakan akan bagus jika diperuntukkan bagi siswa yang termasuk dalam klasifikasi sebagai pelaku, mampu untuk bekerja sama, bersaing, dan mandiri. Siswa harus bekerja sama sebagai anggota tim belajar, mencoba untuk mencapai tujuan tim dengan segera. Siswa akan bersaing dalam tugas terstruktur mereka dimana hal tersebut akan menyebabkan adanya persaingan dengan tim belajar yang lain dalam beberapa tugas belajar yang lainnya.
Pengesahan
Penelitian Pengesahan.
Jika anda ingat lagi ke belakang, model cooperative learning ini merupakan satu set strategi pembelajaran yg di dalamnya terdapat beberapa atribut dan prosedur umum yang membedakannya dari kelompok kecil yang berbasis kegiatan belajar. strategi pembelajaran kooperatif diakui sebagai bagian dari model ini juga berbagi satu fitur lainnya: mereka semua dimulai sebagai desain pembelajaran eksperimental dan dikembangkan dari penelitian sistematis di sekolah-sekolah dan sekolah - pengaturan simulasi. di sebagian besar model yang disajikan dalam buku ini, model pertama kali dirancang dan kemudian diteliti. untuk pembelajaran kooperatif, strategi yang dirancang dan mengembangkan dari temuan penelitian sampai temuan mulai membentuk masing-masing strategi dari waktu ke waktu. ini adalah cara yang sangat ampuh untuk memvalidasi model pembelajaran karena penelitian benar-benar mengarah pada pengembangan model, bukannya digunakan untuk "melihat cara kerjanya" setelah model telah dirancang "di atas kertas". pembelajaran kooperatif telah menjadi fokus dari sejumlah besar studi penelitian dalam dua dekade terakhir. di review lebih dari seratus studi, Slavin (1995) merangkum temuan penelitian utama tentang pembelajaran kooperatif:
Dalam 64 persen dari studi, kelompok pembelajaran kooperatif memiliki pencapaian keuntungan signifikan lebih baik daripada rekan-rekan yang memiliki beberapa bentuk lain dari instruksi.
Siswa dalam kelompok belajar kooperatif meningkatkan hubungan lintas-ras secara signifikan lebih sering daripada siswa di kelompok kontrol dengan metode tradisional.
Siswa dalam kelompok belajar kooperatif meningkatkan hubungan lintas-cacat secara signifikan lebih sering daripada siswa di kelompok kontrol dengan metode tradisional.
Pembelajaran kooperatif dapat berhasil dengan siswa di setiap tingkat kelas dan dalam semua bidang subjek.
Meskipun kekayaan penelitian tentang pembelajaran kooperatif di daerah subjek begitu banyak, sedikit yang tampaknya telah dihasilkan dari pengaturan pendidikan jasmani. grinseki (1996) mengutip hanya segelintir studi tentang model pembelajaran formal kooperatif dalam pendidikan jasmani. hasil penelitian tersebut umumnya mendukung kemampuan belajar kooperatif untuk mempromosikan peningkatan kebugaran dan interaksi sosial yang positif pada anak-anak dan pengurangan interaksi sosial yang negatif. sebuah studi menarik oleh Yoder (1993) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dalam unit tari ditingkatkan baik pembelajaran sosial dan prestasi.
Efektivitas model pembelajaran kooperatif telah divalidasi dalam ratusan studi di hampir setiap wilayah subjek sekolah. fakta bahwa hanya beberapa studi telah selesai dalam pendidikan jasmani mungkin mencerminkan kebaruan model dalam subjek kami, dan tidak boleh diambil untuk mempertanyakan potensi model dalam bidang kita. mengingat kesamaan temuan dalam mata pelajaran begitu banyak sejauh ini, tidak ada alasan untuk percaya bahwa pembelajaran kooperatif tidak dapat divalidasi dari penelitian untuk digunakan dalam pendidikan jasmani. pada kenyataannya, kesamaan yang kuat antara pembelajaran kooperatif dan model pendidikan olahraga, dengan catatan penelitian sendiri awal mengesankan, adalah prediktor kemungkinan untuk temuan di masa depan pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani.

Kerajinan Validasi Pengetahuan.
Catatan validasi kerajinan pengetahuan untuk pembelajaran kooperatif sangat mirip dengan validasi penelitiannya. yaitu, model memiliki catatan mengesankan luas dan digunakan dalam bidang studi banyak sekolah dan di setiap tingkat kelas dari SD hingga perguruan tinggi. ribuan guru telah menggunakan model dan telah disempurnakan strategi instruksional untuk aplikasi spesifik situasional banyak (Slavin, 1995). ini memvalidasi tidak hanya efektifitas model, tetapi kemampuan beradaptasi untuk banyak pengaturan dan bidang studi. sebuah studi oleh stevens dan Slavin (1995) memiliki lima sekolah dasar seluruh kooperatif belajar melalui beberapa pelajaran selama dua tahun, dengan hasil positif untuk berbagai jenis mahasiswa. titik penting di sini adalah bahwa para guru di masing-masing sekolah sepakat untuk dilatih dalam penggunaan pembelajaran kooperatif dan untuk menerapkan model selama dua tahun sekolah penuh. itu adalah bukti kuat bahwa guru cukup akrab dengan pembelajaran kooperatif sebelum studi dimulai berkomitmen untuk penggunaannya untuk jangka waktu.
kerajinan pengetahuan validasi untuk pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani tidak meluas. grineski (1996) menyatakan bahwa sangat sedikit guru pendidikan jasmani menggunakan model pembelajaran formal kooperatif. sebagai gantinya, mereka menggunakan beberapa bentuk kecil-kelompok berdasarkan aktivitas belajar bahwa mereka mungkin salah menafsirkan sebagai pembelajaran kooperatif. Namun, salah satu pendidikan guru fisika di san diego tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif, dan melaporkan hasil yang sangat baik dalam peningkatan keterampilan sosial di sekolah beragam nya, rendah SES (Mercier, 1993). seperti halnya dengan validasi penelitian, kerajinan validasi untuk pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani dapat didasarkan pada keberhasilan yang mengesankan dalam mata pelajaran lainnya hingga waktu yang digunakan lebih luas dalam pendidikan jasmani. tidak ada alasan untuk percaya bahwa model ini tidak dapat bekerja untuk ratusan guru, sama seperti yang dilakukan untuk Mercier.
Intuitif Validasi
Dengan latar belakang olahraga tim begitu banyak guru pendidikan jasmani, itu harus sederhana untuk membiarkan model ini "masuk akal" di daerah subjek kita. hampir semua dari kita telah mengalami dan mengakui peran usaha tim dalam pencapaian tujuan bersama dan individu dalam pengaturan olahraga. kita semua berakar pada rekan tim, biarkan engsel kesuksesan kita sendiri pada keberhasilan orang lain, dan menarik bersama-sama untuk kebaikan bersama tim. kita juga tahu bahwa tim ini hanya sekuat link security yang lemah, atau pemutar-begitu baik semua mencoba untuk membantu setiap anggota lainnya tampil ke potensi dirinya secara maksimal. jika Anda menerapkan semua alasan mengapa olahraga anggota tim perlu bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok yang diberikan dalam pendidikan jasmani, Anda datang dengan alasan yang kuat untuk model pembelajaran kooperatif. masuk akal bahwa setiap kelompok siswa akan mencapai lebih ketika mereka bekerja bersama-sama daripada ketika mereka bekerja secara individual, dan bahwa pembangunan sosial mereka sangat ditingkatkan dengan proses yang - memberikan validasi intuitif yang kuat untuk penggunaan pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani.
Fitur Belajar dan Mengajar
Kelangsungan
Profil keterus untuk pembelajaran kooperatif didasarkan pada tiga pola yang berbeda yang terjadi selama pelajaran. Model ini sangat langsung sebagai guru memutuskan apa tugas yang diberikan akan, pilih tim, menjelaskan parameter untuk menyelesaikan tugas (misalnya, waktu yang tersedia dan sumber daya lainnya), dan menetapkan kriteria untuk perilaku unjuk kebolehan dan sosial. model menjadi berpusat pada siswa selama waktu tim terlibat untuk menyelesaikan tugas. kemudian menjadi sangat interaktif sebagai guru proses pembelajaran keterampilan sosial dengan siswa selama dan pada akhir masing-masing kelas.
Pemilihan isi
Komponen dari model pembelajaran kooperatif sangat langsung. guru menentukan serangkaian tugas yang akan mengejar tim di unit dan mengkomunikasikan kepada siswa. daftar isi formal sulit untuk menentukan sebelumnya karena guru tidak bisa sering memprediksi keterampilan dibutuhkan pembelajaran sosial di muka. kebutuhan ini akan menjadi jelas sebagai tim bekerja pada tugas yang diberikan. isi akademik juga dificult untuk daftar sebelumnya karena setiap tugas kemungkinan akan cukup besar untuk memuat hasil akademis banyak di dalamnya. daftar isi biasanya diwakili oleh serangkaian tugas-tugas belajar guru akan menetapkan kelompok sebagai unit berlangsung. bahwa proses hampir selalu diarahkan guru.
Manajerial kontrol
Kontrol manajerial sangat-guru berpusat sebelum tim mulai pertunangan mereka pada tugas-tugas belajar. guru memilih tim, memutuskan apa yang sumber daya akan tersedia, menentukan jumlah waktu yang dialokasikan untuk setiap tugas, dan memutuskan parameter di mana tim harus bekerja. setelah tim mulai mengejar tugas, kontrol ini bergeser dengan cepat kepada siswa dalam setiap kelompok koperasi. mereka membuat keputusan tentang bagaimana mengatur diri mereka sendiri, bagaimana membagi pekerjaan yang harus dilakukan, dan bagaimana menggunakan waktu yang tersedia dan sumber daya.
Tugas presentasi.
Ada presentasi tidak ada tugas oleh guru dalam pembelajaran kooperatif. bukan, guru menetapkan panggung dengan menjelaskan tugas yang diberikan dan aturan-aturan dasar tim harus mengikuti mengejar mereka itu. setelah itu terserah kepada siswa, dalam kelompok mereka, untuk menjelaskan satu sama lain apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya. diharapkan bahwa tim akan menggunakan pengajaran peer sebagai modus utama mereka mengajar.
Pola Keterlibatan
Ada dua pola utama keterlibatan dalam model ini. salah satu pola yang sangat mahasiswa-directed, terjadi di kalangan mahasiswa di masing-masing tim koperasi. mereka memutuskan siapa yang mengambil memimpin pada waktu tertentu dan menetapkan rencana keterlibatan mereka sendiri untuk mendapatkan tugas selesai. pola lain adalah interaktif, sebagai guru menggunakan pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. untuk menjadi yang paling efektif, proses ini harus memungkinkan siswa waktu untuk merefleksikan pola perilaku dan curent mereka untuk datang dengan solusi mereka sendiri ketika mereka tidak bekerja secara kooperatif dalam kelompok.
Interaksi Instruksional
Dengan dua pola keterlibatan yang berbeda akan ada dua jenis pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif. interaksi akan menjadi dua jenis yang sama seperti pola keterlibatan: hampir seluruhnya mahasiswa diarahkan sebagai tim bekerja pada tugas yang diberikan, dan interaktif ketika guru berupaya untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. saat para siswa bekerja dalam tim mereka, guru mengambil peran fasilitator dan narasumber utama. guru memfasilitasi proses kerja sama, mendapatkan tim untuk bekerja dengan kapasitas mereka sepenuhnya, guru juga berfungsi sebagai "ahli penduduk" ketika tim membutuhkan saran atau membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ide-ide mereka. guru yang paling efektif pembelajaran kooperatif adalah mereka yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran tanpa memberikan tim dengan terlalu banyak informasi atau bantuan dalam menyelesaikan tugas.
Pergerakan
Setelah guru telah memperkenalkan tugas belajar dan tim informasi berapa lama mereka harus menyelesaikan tugas, mondar-mandir dari instruksi yang sangat berpusat pada siswa. dalam tim mereka, para siswa memutuskan berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan berapa lama mereka berencana untuk menghabiskan setiap bagian dari tugas. guru akan campur tangan hanya ketika rencana tim jelas akan tidak memungkinkan mereka untuk menyelesaikan tepat waktu.
Tugas perkembangan.
Guru memutuskan kapan tugas baru akan diberikan. seperti mondar-mandir, setelah tim bekerja sama, masing-masing tim menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan kapan harus mempertimbangkan setiap bagian dari tugas selesai. memiliki rencana kerja dan mengevaluasi secara teratur merupakan bagian penting dari proses pembelajaran kooperatif.
Dominan Keterlibatan Pola
Ketika guru memperkenalkan tugas belajar dan pengolahan untuk pengembangan keterampilan sosial, model pembelajaran kooperatif hanya menggunakan satu pola keterlibatan: kelompok empat sampai enam siswa bekerja dalam tim untuk jangka waktu. semua strategi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif pada awalnya didasarkan pada konfigurasi yang, pada saat dua atau lebih kelompok akan bergabung, tetapi hanya sementara.
Memilih Anggota Tim.
Penempatan siswa ke dalam tim adalah salah satu fungsi yang paling penting bagi guru dalam model pembelajaran kooperatif. perhatikan bahwa saya mengatakan itu adalah fungsi guru, tidak diserahkan kepada siswa. itu karena proses seleksi tim harus melayani tujuan beberapa kunci dalam model pada rangka mempromosikan pembelajaran akademik dan sosial yang paling efektif mungkin. pertimbangan utama adalah untuk keragaman dalam tim dan untuk keadilan di seluruh tim (ketika tim akan bersaing satu sama lain). memiliki keragaman dalam tim mempromosikan kesadaran bakat lain, kepribadian, dan perspektif, serta menyediakan lebih luas sumber daya dengan Wich untuk bekerja tugas yang diberikan. faktor utama untuk mencapai keragaman harus mencakup: pengalaman sebelumnya di daerah konten, jenis kelamin, keterampilan, kemampuan, kemampuan kognitif, gaya belajar, ras, etnis, kemauan untuk mengambil kepemimpinan atau mengikuti, dan perilaku siswa. setiap guru mungkin memiliki faktor lain yang menjadi dasar keputusan.
Proses untuk menempatkan siswa ke tim harus dilakukan secara pribadi oleh guru dan kemudian diumumkan di kelas atau diposting. karena beberapa siswa mungkin salah paham tujuan yang lebih besar yang dilayani oleh proses seleksi, itu bukan ide yang baik untuk membuat tim seleksi acara publik atau untuk menyamakan dengan cara apapun untuk mengambil sisi untuk permainan. kita semua sadar akan potensi bahaya yang dapat terjadi dengan jenis proses seleksi. setelah tim yang dibuat, guru harus membuat siswa menyadari sumber daya manusia dan bakat di tim masing-masing, dan tidak memungkinkan siswa untuk berfokus pada kekurangan yang dirasakan tim mereka atau terlalu menganalisis komposisi tim lain. Oleh karena itu, akan sangat membantu bagi guru untuk memulai proses koperasi langsung dengan menginformasikan kelas tentang bagaimana dan mengapa tim yang dipilih dan untuk mendapatkan tim yang bekerja bersama-sama sesegera mungkin.
Inklusivitas
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk memungkinkan setiap siswa untuk dimasukkan dalam proses tim. ini dicapai dengan tiga cara. seleksi tim proses saja dijelaskan memastikan bahwa semua tim yang heterogen, terdiri dari siswa dengan beragam kemampuan, motivasi, dan kepribadian. bahwa keragaman mempromosikan interaksi antara semua jenis siswa. Kedua, semua anggota bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan tim, sehingga ada motivasi yang kuat bagi siswa untuk mendukung, mendorong, dan mengajar satu sama lain untuk memenuhi tujuan tim. ini mempromosikan partisipasi penuh oleh semua anggota tim. Ketiga, keberhasilan tim lebih mungkin ketika mengakui dan menggunakan berbagai bakat di kalangan anggotanya, mempromosikan penghargaan untuk kontribusi yang membantu tim mencapai tujuannya. Oleh karena itu, itu adalah kepentingan tim terbaik untuk menemukan cara untuk menyertakan, tidak mengisolasi, siswa dengan kemampuan unik dan bakat. Slavin (1995) mengutip beberapa studi yang mendukung potensi pembelajaran kooperatif dalam mempromosikan kesadaran yang lebih besar, apresiasi, dan inklusi untuk kelompok siswa yang beragam;
  Peningkatan pembelajaran kooperatif kontak antara siswa, memberi mereka secara bersama kesamaan (keanggotaan kelompok), melibatkan mereka dalam kegiatan yang menyenangkan bersama-sama, dan memiliki mereka bekerja menuju tujuan bersama (p.66).

Pernyataan ini menyoroti salah satu kekuatan dari pembelajaran kooperatif model itu sengaja dirancang untuk menjadi inklusif dan membuat menghitung kontribusi setiap siswa. kelompok guru prosedur pengolahan dapat digunakan untuk mengajar siswa bagaimana menjadi termasuk semua anggota tim, mengambil satu langkah besar inklusi masa lalu hanya "belajar di samping satu sama lain" untuk belajar dengan, dari, dan untuk satu sama lain. "
Tugas Presentasi Dan Tugas Struktur
Model pembelajaran kooperatif sebenarnya sekelompok strategi pengajaran terkait yang berbagi tujuan yang sama, prosedur, dan pola keterlibatan mahasiswa. bagian ini akan menjelaskan strategi pembelajaran utama dan menjelaskan bagaimana masing-masing dapat terstruktur untuk instruksi pendidikan jasmani.
Tugas Presentasi.
Tidak ada presentasi tugas dalam pembelajaran kooperatif di mana guru menunjukkan siswa bagaimana untuk mengatur dan melakukan tugas-tugas belajar. terserah masing-masing tim mahasiswa untuk mengorganisir diri untuk tugas yang diberikan dan untuk menentukan solusi mereka sendiri untuk "masalah" yang melekat pada tugas. dengan cara itu, model ini sangat berbeda dari hampir semua model lain dalam buku ini. guru tidak mengambil waktu untuk membingkai tugas belajar dengan cara yang memungkinkan siswa untuk memahami apa tugas adalah, tanpa memberitahu siswa bagaimana untuk menyelesaikan tugas (yaitu, tidak mengajar mereka). guru harus mencakup beberapa hal ketika membingkai tugas:
Mengumumkan keanggotaan untuk semua tim dan menjelaskan bagaimana tim yang dipilih.
Mengumumkan berapa lama tim harus menyelesaikan tugas.
mengumumkan strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk tugas tersebut.
menginformasikan tim dari setiap aturan dasar yang berlaku.
biarkan tim tahu apa sumber daya akan tersedia untuk mereka dan bagaimana sumber daya bersama akan dibagi di antara semua tim.
menjelaskan tujuan pembelajaran dan bagaimana mereka akan dinilai.
menjelaskan tujuan pembelajaran sosial dan bagaimana mereka akan dinilai.
menjelaskan peran guru sebagai fasilitator.
menginformasikan tim dari setiap produk yang harus dihasilkan dari tugas (seperti poster, portofolio, catatan tim).
menjelaskan aturan untuk kompetisi tim ketika digunakan dengan beberapa strategi.
Tugas Struktur
Ada banyak strategi pengorganisasian diakui yang dapat dianggap sebagai bagian dari model pembelajaran formal kooperatif. lima strategi ini dapat diadopsi untuk jenis konten dan hasil biasanya diajarkan dalam program pendidikan physycal. strategi masing-masing memiliki tugas sendiri struktur unik yang menjelaskan kepada siswa sebagai bagian dari presentasi tugas.
Mahasiswa Tim-Prestasi Divisi.
Pertama kali dikembangkan oleh robert Slavin (Slavin, 1980), siswa dalam satu kelas ditempatkan dalam tim tidak bersaing. semua tim diberikan sumber daya yang diberi tugas belajar dan diperlukan sama untuk itu. guru mengalokasikan satu periode waktu bagi tim untuk awalnya belajar dan berlatih, biasanya lima belas sampai dua puluh menit. guru yang tersedia saat ini untuk memperjelas tugas atau untuk melayani sebagai sumber daya lain untuk tim. pada akhir periode waktu, semua anggota setiap tim bersaing tugas penilaian pada pengetahuan atau keterampilan hanya belajar. penilaian yang bisa dalam bentuk kuis singkat, tes keterampilan, atau jenis tes kinerja yang menutupi isi hanya berlatih. skor untuk semua anggota tim dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim. skor tim yang diumumkan dan guru berinteraksi dengan kelas untuk membahas proses koperasi dan membuat saran untuk meningkatkan interaksi kelompok. Tim tersebut kemudian diarahkan untuk kembali ke berlatih tugas yang sama lagi, dengan penekanan ditambahkan pada kerjasama dan meningkatkan nilai dari setiap anggota tim.
periode kedua kalinya dialokasikan, setelah semua anggota tim menyelesaikan tugas penilaian lagi. dua gol dinyatakan untuk periode latihan kedua: semua anggota individu dan tim secara keseluruhan harus mengalahkan skor pertama mereka. jelas, berhasil di gol pertama otomatis mencapai gol kedua. nilai tim yang ditugaskan, berdasarkan pada jumlah peningkatan dalam skor total dari tim yang pertama untuk penilaian kedua. perlu dicatat bahwa hanya kelas tim diberi, sehingga siswa yang dapat meningkatkan antara penilaian termotivasi untuk membantu (mengajar) siswa lain melakukan hal yang sama. orlick (1982) menggunakan dua variasi STAD dalam pendidikan jasmani, disebut nilai kolektif. skor dapat disimpulkan untuk seluruh kelas, atau mereka dapat disimpulkan untuk seluruh sekolah. baik variasi memperluas lingkup pembelajaran kooperatif sehingga siswa lebih banyak bekerja untuk dan mendukung satu sama lain.
Tim Game Turnament
Struktur awal TGT sama dengan STAD. siswa ditempatkan dalam tim, disajikan dengan tugas belajar yang diberikan, dan diberikan jangka waktu yang ditetapkan untuk praktek awal atau akuisisi pengetahuan. semua anggota setiap tim menyelesaikan penilaian pada akhir periode dipraktekkan. pada titik ini, TGT mulai berbeda dari STAD. di TGT, yang pertama. skor tertinggi kedua, ketiga, dan keempat di tim masing-masing dibandingkan dengan nilai peringkat yang sesuai dari semua tim lainnya-pertama melawan pertama, kedua melawan kedua, dan seterusnya. masing-masing skor menang mendapatkan tim yang ditentukan jumlah poin, yang memungkinkan para siswa untuk berkontribusi bagi keberhasilan tim mereka, terlepas dari peringkat. putaran kedua dijadwalkan praktik, yang biasanya menghasilkan peningkatan interaksi dan dukungan pada masing-masing tim. penilaian diberikan lagi, dan skor peringkat dibandingkan lagi-dengan poin diberikan dengan cara yang sama. pemenang TGT adalah tim dengan poin terbanyak di akhir permainan. adalah mungkin untuk menjaga tim utuh selama tugas yang diberikan banyak dan membuat tugas semakin sulit dari waktu ke waktu. tidak perlu untuk menjaga siswa pada tugas yang sama selama lebih dari dua latihan dan periode penilaian.
Tim Dibantu Instruksi (TAI).
Strategi ini merupakan kombinasi dari pembelajaran kerjasama dan PSI, dijelaskan dalam Bab 8. setelah tim yang dipilih, daftar tugas-tugas belajar dengan kriteria kinerja diberikan kepada semua siswa. daftar berisi perkembangan pada satu atau lebih keterampilan dan bidang pengetahuan, pergi dari mudah lebih sulit. anggota tim dapat berlatih tugas secara individu atau dengan bantuan anggota lain. ketika seorang siswa telah menyelesaikan tugas untuk tingkat kinerjanya kriteria, seorang anggota tim memeriksa bahwa off dan siswa pertama bergerak ke tugas berikutnya. kinerja tim dapat dinilai dalam salah satu dari dua cara. guru dapat memberikan poin untuk jumlah tugas masing-masing tim menyelesaikan setiap minggu, atau tugas penilaian akhir dapat diberikan kepada semua anggota tim independen, dengan skor dijumlahkan digunakan untuk pemberian poin dan kelas tim.
Jigsaw
Siswa ditempatkan dalam tim dan ditugaskan untuk mempelajari salah satu bagian dari keterampilan, bidang pengetahuan, atau permainan. misalnya, di unit tenis, satu tim dapat ditugaskan untuk mempelajari komponen dan isyarat untuk drive forehand, tim lain dapat ditugaskan untuk mempelajari drive backhand, tim lain dapat ditugaskan untuk mempelajari aturan permainan dan mencetak gol, dan sebagainya pada. semua tim diberi jangka waktu untuk mempelajari komponen mereka dan kemudian mengambil peran guru saat seluruh kelas bergerak ke segmen unit. Penilaian didasarkan pada kuantitas dan kualitas pengajaran tim ke kelas. Dalam variasi strategi jigsaw, anggota dari setiap tim dapat  ditugaskan untuk mempelajari berbagai komponen sehingga setiap anggota menjadi "pakar" pada topik atau keterampilan. "kelompok ahli" yang dibentuk dengan memiliki siswa dari tim yang berbeda yang mempelajari topik yang sama / keterampilan bertemu untuk berbagi apa yang telah mereka pelajari secara individual. setelah mereka melakukan itu, masing-masing "pakar" akan kembali ke kelompok aslinya untuk mengajar rekan tim sendiri apa yang telah ia pelajari. strategi jigsaw dan variasinya berbagi satu kunci fitur-di beberapa titik dalam waktu siswa akan menginstruksikan siswa lain melalui peer teaching.
Kelompok Investigasi
Strategi ini digunakan untuk memiliki tim bekerja sama untuk memproduksi dan berbagi hasil pembelajaran mereka. tim yang dipilih dan tugas yang diberikan. periode waktu untuk investigasi kelompok biasanya lagi, mungkin selama tiga minggu, dengan harapan bahwa siswa akan bekerja di atasnya dalam kelas maupun di luar kelas. tugas disajikan sebagai proyek kelompok, sebagian dari yang mengharuskan setiap tim untuk mempresentasikan apa yang mereka pelajari dalam beberapa bentuk media: poster, kolase, rekaman video, yang dihasilkan komputer grafis, atau laporan tertulis. produksi media yang melayani dua tujuan: itu adalah bukti mandiri belajar masing-masing tim dan itu bersama dengan tim lain untuk pembelajaran mereka. penilaian selesai dari rubrik skor disajikan kepada siswa sebelum penyelidikan dimulai dan hasil kelompok dalam kelas tunggal yang diberikan kepada masing-masing tim.

1 komentar:


berita olahraga, industri olahraga, healthy life style, ekstrakurikuler olahraga, konsultan olahraga, tour guide & fasilitator.