Sebanyak 14 mahasiswa Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga (PAMOR FPOK UPI) berencana akan melaksanakan ekspedisi pendakian gunung secara marathon (cepat) sebanyak 14 gunung di Bandung selama 5 hari. Kegiatan ini bertemakan "MENGGALI POTENSI UNTUK MERAIH PRESTASI" sebagai bentuk apresiasi memeriahkan HUT kota Bandung ke-205 serta memaknai hari sumpah pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2015. Selain itu kegiatan ekspedisi ini juga sebagai pembelajaran dan pengaplikasian keilmuan Hutan Gunung dan Pendakian Gunung dalam pendidikan Lanjutan Masa Bimbingan Anggota Muda PAMOR angkatan XXIX.
Sebagai langkah dalam persiapan kegiatan ekspedisi 14 puncak Bandung ini, tim Ekspedisi tengah mempersiapkan berbagai persiapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan, baik dari segi latihan fisik yang tengah memasuki Tahap Persiapan Pendakian (TPP), dalam segi pencarian dana tengah mencari sponsorship dan melakukan berbagai usaha kreatif seperti menabung, menjual sticker, kaos serta menerima jual beli dan donasi sampah kertas. Begitupun dari persiapan data informasi yang akan melakukan survey jalur dan simulasi, yang mana dari survey tersebut akan di pasang string line serta dari survey sheet yang diberikan untuk nantinya ditentukan grade gunung yang akan di daki sehingga bisa mempersiapkan fisik dan perbekalan yang di butuhkan.
Tim Ekspedisi 14 Puncak Bandung 5 Hari ini terdiri dari Ketua Tomi, Sekretaris Sindi Ines, Bendahara Yuanita, Danus Asep Hambali, Humas Tatep, Dokumentasi Bacuy, Logistik Ikbal, serta tim atlet pendaki Rangga, Andri, Bacuy, Billy, dan atlet pelari gunung Aris Sopiandi M. Adapun pengarah kegiatan Badan DIKLAT Asep Sulaeman, Kordinator Divis Ken'gy Fitifaldy, tim kajian ilmiah Ryan Abu Bakar. Head coach sang legendaris Salmo Firaki dengan assistennya Dadan Muldan. Adapun gunung yang akan didaki pada ekspedisi ini yakni Gn. Burangrang, Gn. Tangkuban Parahu, Gn. Palasari, Gn. Pangparang, Gn. Bukit Tunggul, Gn. Sanggara, Gn. Manglayang, Gn. Gambung Sedaningsih, Gn. Wayang, Gn. Windu, Gn. Bedil, Gn. Malabar, Gn. Puntang dan Gn. Patuha.
Selain itu dalam pelaksanaan ekspedisi ini akan di terapkan juga sistem yang baru di deklarasikan yakni Indonesia Speed System dan di monitoring melalui aplikasi android Simonki (sistem monitoring pendaki). Sehingga dengan ini kami memohon doa dan dukungan dari seluruh Civitas Akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) seluruh anggota PAMOR dan kawan pecinta alam seperjuangan serta seluruh pihak yang berkenan membantu terlaksananya ekspedisi ini, harapannya dari ekspedisi ini dapat mempromosikan gunung-gunung di Bandung serta memberikan inspirasi bagi pendaki dalam melakukan pendakian gunung sesuai dengan prinsip pecinta alam " tidak meninggalkan sesuatu selain jejak, mengambil sesuatu selain gambar, tidak membunuh sesuatu selaim waktu" begitulah yang di ungkapkan tim pengkaji keilmuan Ryan.
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Kamis, 24 September 2015
PAMOR AKAN MELAKUKAN EKSPEDISI 14 PUNCAK BANDUNG SELAMA 5 HARI UNTUK PERINGATI HUT KOTA BANDUNG DAN SUMPAH PEMUDA
Rabu, 23 September 2015
AKTIFITAS RITMIK
BAB 1
PENDAHULUAN
Olahraga sebuah kata asli Indonesia yang apabila di bawa ke negri jiran Malaysia dikatakan “sport” dan bila dimelayukan menjadi sukan atau sukaan yang berarti bersenang-senang, tetapi bila di titik lebih jauh ternyata olahraga tidak hanya bersenang-senang walaupun ensure ini tetap dominan di dalamnya. Unsur lain yang ada di dalam olahraga adalah adanya tantangan yaitu untuk mengalahkan diri sendiri, mengalahkan alam serta mengalahkan orang lain.
Demikian beragam orang mengartikan olahraga, demikian banyak orang memberi makna filosofi olahraga, sebanyak dan seberagam motivasi oaring untuk berolahraga. Berolahraga agar badan “sehat”, tentu merupakan jawaban umum dan klasik yang dikemukakan orang jika ditanya apakah motivasi mereka berolahraga. Jawaban ini tentu tidak salah, namun jika di tinjau lebih lanjut maka kata “bugar” tentu lebih tepat karena sehat lebih erat kaitannya dengan masalah medis.
Kebugaran tubuh manusia ditandai dengan berfungsinya organ-organ tubuh dalam melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya hambatan dan kelelahan yang berarti segera pulih asal dalam waktu singkat.
Physical fitness bisanya di padukan sebagai peganti istilah kebugaran. Memilki komponen-komponen sebagai berikut:
Daya tahan (cardiovascular dan muscular endurance)
Kekuatan (strength)
Kecepatan (velocity)
Kelentukan (flexibility)
Kelincahan (agility)
Keseimbangan (coordination)
Koordinasi (coordination)
Ketepatan (accuracy)
Daya ledak (explosive power)
Masing-masing komponen tersebut dapat saj saling berkaitan, tetapi memerlukan cara yang berbeda dalam melatih untuk memelihara dan meningkatkan kualitasnya.
Kebugaran jasmani dapat di tingkatkan melalui berbagai latiha. Pilihan olahraganya pun dapat bermacam-macam karena masing-masing cabang olahraga dengan berbagai nomor dan disiplinnya memiliki karakter yang berbeda.
Tetapi disamping pemilihan cabang olahraga yang tepat, tidak kalah pentingnya adalah juga harus diperhatikan frekuensi latihan, intensitas, kepadatan, volume serta tingkat kerumitannya.
Olahraga merupakan aktivitas manusia yang sudah dijadikan sebagai kebutuhan hidup. Sebagai suatu kegiatan yang melibatkan otot-otot besar, olahraga dapat dijadikan sebagai media dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, menjaga kebugaran dan rehabilitasi sebagai media rekreasi, pendidkan dan juga prestasi tentuny. Dengan demikian tergambar jelas bahwa olahraga mempunyai banyak ragam, baik cabang olahraganya sendiri maupun jenis kegiatannya.
Olahraga (disamping aktifitas permainan lain) yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan jenis dan ragamnya banyak sekali, sebanyak apa yang dapat direkreasikan oleh manusia untuk megambil manfaat darinya.
BAB II
AKTIVITAS RITMIK
Pendidikan jasmani sebagai sebuah istilah di dunia pendidikan Indonesia berkembang dan diartikan sedemikian rupa secara dinamis. Penggunaan sitilah pendidikan olahraga gerak badan, kesehatan dan rekreasi, pendidikan dan jasmani dan kesehatan, pendidikan jasmani serta berbagai istilah lain telah dipergunakan di negri ini. Pemakanaan telah dilakukan oleh para ahli dengan menggunakan dasar teoritis sebagai penguat atas pendapatnya. Namun demikian esensi dari keseluruhan istilah dan maknanya adalah suatu proses pendidikan dengan aktifitas jasmani sebagai sarananya.
Penyelengara pendidikan di Indonesia dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, demikian juga dengan diselengarakannya pendidikan jasmani yang secra integral merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Secara khusus fungsi pendidikan jasmani adalah mengembangkan individu secara oraganik, neuromuskuler, perceptual, kognitif dan emosional serta social dalam kerangka pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani di Indonesia pada era mutakhir ini dikelompokan dalam enam aspek pembelajaran, yaitu:
Permainan dan olahraga, meliputi permainan dengan dan tanpa alat atletik. Olaharaga tradisional serta olahraga beladiri.
Aktifitas pengembangan, meliputi pengembangan komponen-komponen kebugaran jasmani.
Uji diri/sendiri, meliputi senam ketangkasan dengan dan tanpa lat serta senam lantai.
Aktifitas ritmik meliputi senam berirama baku dan non baku.
Aquatik (aktifitas air), Meliputi renang, permainan dan keselamatan di air.
Pendidikan luar sekolah (outdoor Education), meliputi pengenalan lingkungan, berkemah, rekreasi , mejelajah alam dan mendaki gunung serta teknik keselamatan dan penyelematan.
Melalui ke enam aktifitas yang tertulis di atas pendidikan jasmani tidak mungkin dapat berfungsi seperti yang diharapkan, mengingat keterbatasan berbabgai hal, sehingga tidak tercukpi volume latihan, frekuensi dan lintensitas minimalnya untuk mencapai taraf tertentu yang digariskan. Namun demikian pendidikan jasmani harus tetap dilaksanakan sebagai sebuah uapay untuk menumbuh kebangkan kebiasaaan hidup sehat melalui aktifitas-aktifitas yang menarik perhatian dan miant siswa, sehingga mereka menjadikan aktifitas jasmani sebagai budaya dan kebutuhannya.
Aktifitas ritmik yang diartikan sebagai “ aktifitas gerak yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang secara berirama dengan mengunakian otot-otot besar, yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan kebugaran tubuh serta tujuan lain yang relevan dan penggalian nilai-nilai yang terkandung di dalamnya “dapat dijadikan sebagai pilihan yang dikedepankan. Dengan takaran yang tepat, untuk memenuhi volume, intensitas, frekuensi dan persyaratan lain, aktifitas ritmik dinilai sebagai aktifitas yang mampu meningkatkan dan menegmbangkan:
Aspek organic yaitu funsi system tubuh, peningkatan kekuatan daya tahan otot dan kardiovaskuler serta peningkatan fleksibelitas dan komponen kebugaran lainnya.
Aspekk neuromusculat, yaitu peningkatan keahrmonisan fuingsi syaraf dan otot
Aspek perceptual yaitu peningkatan dalam kemampuan menerima, membedakan dan menterjemahkan isyarat.
Aspek kognitif yaitu peningkatan kecerdasan
Aspek social yaitu peningkatan kepekaaan terhadap kondisi lingkungan sehingga mampu beradaptasi dengan mudah dan menjaga keharmonisan dalam hidup bersama.
Aspek emosional yaitu peningkatan kemampuan mengontrol emosi, pelepasn ketegangan, meningkatnya kreatifitas serta peningkatan pengalaman estetis.
Seperti ke-enam tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran pendidikan jasmani, terlihat bahwa aktifitas ritmik merupakan, salah satu aktifitasi pilihan yang peril dikembangkan
Jadi, sebenarnya aktivtas ritmik ternyata tidak hanya mampu meningkatkan kebugaran jsamani tetapi juga memberikan hal yang lebih.
BAB III
MENGENAL GERAK DASAR SENAM AEROBIIK
Di dalam pembelajaran ritmik(di dalamnya terdapat unsure senam aerobic) yang digharapkan mampu mencapai hasil yang ideal seperti di kemukakan pada ba sebelumnnya.Diperlukan langkah-langkah persiapan yang memadai sehingga seorang guru pendidikan jasmani tidak tampil didepan kelas hanya dengan bernodal tekad. Persiapan guru pendidikan jasamani tentunnya tidak akan sebentar sebelum memasuki kelas melainkan jauh lebih panjang bahkan sebelum seorang guru memutuskan untuk mengambil profesi ini.
Persiapan panjang seorang guru jsamani diantarnya persiapan pengetahuan, bidang keilmuwan yang relevan tentunya. Persiapan fisik ini menyangkut performa seorang guru, persiapan teknik serta persiapan-persiapan lain yang dapat digunakan sebagai penunjang profesinya.
Dalam perkembangan yang sedemikian pesat, penegtahuan tentang teknik pengelolaan kelas, system penilaian dan pengetahuan lainnya tentang senam aerobic disinyalir masih sangat terbatas dimilki oleh guru pendidikan jasmani. Sampai sekarang tidak banyak kalau tidak mau dikatakan hampir tidak ada sama sekali pelatihan (in service training) yang mengkhususkan pada bidang senam aerobic. Pusat pelatihan senam aerobic memang banyak tetapi mutu kurikulum, proses pembelajaran, system evaluasi belum tertangani dengan baik. Kenyataan ini mebuat ketimpangan antara tujuan yang diharapkan dengan hasil yang dicapai.
Salah satu kelemahan yang memberi andil kurangnya pengetahguan tentang senam aerobic adalah kemampuan dalam melakukan teknik-teknik dasar gerak aerobic (tradisiobal aerobic dances).
Berikut adalah beberpa teknik-teknik dasar tersebut:
1. Teknik langkah (steping)
Langkah tunggal
Langkah ganda
Hell touch
Knee up
Lunges
V step
Skip (low kick)
Jumping jack
High kick
Toe touch
Marching
Jog, dll
2. Jenis ayuna lengan:
Arm curl
Butterfly
Pull chest
Push chest
Arm extention
Arm pumping
Pull up/doen, dll
Sistematika latihan dalam pembelajaran senam aerobic
Pembelajaran senam aerobic sebagai salah satu materi pokok dalam aspek aktifitas ritmik sebagaimana pembelajaran aspek atau bahakan amata pelajaran lainnya memerlukan persiapan-persiapan. Persiapan dimulai dari disusunnya program tahunan/semester, pemilihan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai, rencana pembelajaran, persiapan dan penyusunan bahan ajar, prasarana yang akan dilakukan hingga pe,ilihan dan penyusunan system peniliaan.
Pelakasanaan pembelajaran senam aerobic atau pun pendidikana jasmani pada umumnya didalamnya memuat aktifitas fisik berupa penguasaaan keterampilan yang sering di sebut sebagai latihan.
Tubuh manusia merespons rangsangan yang diberikan terhadapnya pelatihan terhadap tubuh manusia dimaksudkan untuk meningkatkan ambang rangsang sehingga terjadi peningkatan kwalitas berbagi komponen kebugaran dan keterampilan. Jika pelatihan yang diberikan berada di bawah amabang rangsang, maka pelatihan tidak memberikan dampak yang berarti terhadap tubuh, sebaliknya jika pelatihan di berikan jauh melaumpui ambang rangsang maka yang terjadi adalah perusakan jaringan tubuh (cidera). Demikian juga faktor kesiapan tubuh untuk menerima beban latihan.
Mengingat sedemikian unik dan rumitnya proses pelatihan, maka diperlukan penegetahuan yang cukup untuk merancang dan mengelola suatu pelatihan. Satu diantara penegrtahuan yang perlu dipersiapkan adalah pengetahuan tentanag sistematika pelatihan.
Berikut ini adalah contoh sistematika pelatihan senam aerobic kelas:
1. Pemanasan +_ selama 15 menit, terdiri dari bentuk latihan:
Isolation, mengerakan otot-otot local
Full body move ment, mengerakan keseluruhan bagian otot tubuh
Dynamic stretching, peregangan dengan bergerak
2. Latihan inti 1 (cardiorespiratory), latihan ini ditunjukan untuk membakar lemak, melatih pernafasan serta daya tahan otot tubuh, dilkukan +_ selam 20 menit, terdiri dari latihan-latihan:
pre aerobic (low impact)
Peak aerobic (mix/higah impact)
Post aerobic (low impact)
Latihan inti II (challestenic), dilakukan +_ 15 menit terdiri dari latihan-latihan
Pengencangan
Penguatan (strength) dan
Kelentukan (low impact)
4. Pendinginan (cooling down), dilakukan selama 10 menit terdiri dari latihan-latihan:
a. dynamic stretching
b. static stretching
Pemilihan lagu/musik pengiring
Musik pengiring adalah nyawa dari prose pelatihan senam, untuk itu diperlukan kejelian dalam memilih musik/lagu pengiring. Beberapa poin yang perlu di perhatikan memilih lagu adalah:
Tipe jenis dan tempo sesuai dengan gerak yang akan dilakukan
lagu di kenal oleh pserta senam (Dipilh lagu popular)
Mengandung keceriaan
Membangkitkan semangat untuk bergerak
Bervarisai, walaupun masih dalam satu rangakian latihan
Ketukan jelas serta memiliki irama 4/4
BAB IV
PENILAIAN SENAM AEROBIK
Pengertian Penialaian
Evaluasi dalam pendidikan jasmani dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetisi dan status kebugaran siswa. Untuk mengetahui seberapa jauh kemajuan yang diperoleh siswa dalam pencpaian kompetisi, maka di butuhkan informasi yang lengkap melalui penilaian.
Bukti kemajuan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam waktu singkat dan ada juga yang dapat dilihat hasilnya setelah menempuh program dengan jangka waktu panjang. Kemajuan hasil belajar siswa harus di catat dan didokumentasikan agar dapat diperlihatkan peningkatannya pada siswa, orang tua atau pihak lain yang membutuhkan nya.
Penilaiam adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian kompetensi yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapakan, membuktikna atau menunjyukan secara tepat bahwa kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Penilaian pembelajaran itu sendiri memiliki prinsip sebagai berikut:
Prose penilaian harus merupakan bagian yang tidak terpisahkandari proses pembelajaran
valid, penilaian harus dilakukan dengan tepat dengan menggunakan alat ukur, metode dan kritreria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman bekerja.
Mendidik penialain harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian harus dinyatakan dsan dapat dirasakan sebagai penghargaaan bagi siwa yang berhasil dan memacu semangat untuk meningkatkan hail belajar bagi yang kurang berhasil
berorientasi pada kompetensi, penilaian harus menilai pencapaian kompentensi yang dimaksud dalam kurikulum.
adail dan obyektif, penilaian harus adil terhadap semua siswa dan ridak membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Objektifitas penilaian tergantung dan di pengaruhi oleh faktor-faktor pelaksanaan, criteria pemberian angka dan pembuatan keputusab\n pencapaian hasil belajar.
Terbuka, criteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, teratur dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Hasil penilaian perlu dianalisis dfan ditindaklanjuti dan merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
Menyeluruh, penilaain terhadap hasil belajar siiswa harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh tuntas mencakup aspek kogniotif, afektif. Dan berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penialain serta bergabagi bukti hasil belajar siswa.
Bermakna, penialaian hendaknya mudah dipahami dan bisa ditindaklanjuti oleh piahak-pihak yang berkempetingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan penguasaaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Tujuan Penialain
1. Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan
Hasil tes dijadikan alat untu mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa biak individu maupun kelompok. Tes ini didasarkan pada keterampilan dasar yang mencakup keterampilan dasar lari, lempar, tangkap, menedang dasar yang mencakup keterampilan lainnya. Pelaksanaan dilakukan pada awal tahun dengan maksud untuk mengetahui tingkat pencapaian terendah dan tertinggi. Data tersebut dijadikan bahan untuk pengelompokan dalam kegiatan belajar mengajar. Pada tes berikut hanya memfokuskan pada keterampilan yang lemah/rendah.
2. Bimbingan
Penilaian sebagai bimbingan hendaknya tidak membandungkan kemampuan antara satu siswa dengan siswa lainnya, namun lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan individual masing-masing siswa.
3. Motivasi
Penialain merupakan suatu bentuk penghargaan (reward) atas kebehasilan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sedangkan atas kekurangan berhasilan, hasil penilaian dapat dijadikan sebagai motivasi baginya untuk belajar lebih giat.
4. Laporan kemajuan siswa
Laporan hasil penialain perlu disampaikan kepada siswa. Hasil tersebut dapat dipergunakana untuk melakukan evaluasi diri dan dengan sendirinya siswa secara tegas menegtahui apa yang telah diperolehnya selama mengikuti program pembelajaran penjas.
5. Laporan kemajuan pada orang tua
Orang tua berhak mengetahui perkembangna siswa dalam pembelajaran ketertampilan gerak dasar, tingkat kebugaran siswa secara umum dan tentang sikap social sebagai akibat dari kebugaran siswa secara umum dan tentang sikap sosila sebagai akibat dari program penjas. Prosedur pelaporan kemjuan pada orang tua bervariasi. Pada saat ini beberapa sekolah melakukan pelaporan melalui pertemuan orang tua dan sekolah. Dan laporan yang diberikan pada orang tua diberikan pada orang tua dalam bentuk deskriptif yang memuat tahapan perkembangan untuk ketiga area yang dilihat. Dan biasanya satu rapor terdiri dari seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.
Aspek-aspek penilaian psikomotorik dalam senam aerobik
Penialaion psikomotorik pada senam aerobic pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan penilaian aktifitas gerak lain pada pembelajaran pendidikan jasmani. Namun demikian secara umum penilaian senam aerobic dapat disedehanakan menjadi, penilaian kondisi fisik, teknik gerak dasar serta penilaian penampilan.
Penilain terhadap kondisi fisik
Penilaian terhadap kondisi fisik idealnya mencakup seluruh aspek kebugaran. Namun demikian tidak lah salah jika penilaian diarahkan terhadap aspek kebugaran yang dominant yang diltihkan dalam aktifitas senam aerobic, yaitu daya tahan, koordinasi gerak, kekuatan dan kelincahan serta kelentukan.
Penialain terhadfap teknik gerak dasar
Teknik gerak dasar dalam senam aerobic seperti dalam tradisional dances movement, meliputi stepping and feed placement (teknik langkah), ayunan lenagn dan tangan, body alighment (kemmpuan untuk mengontrol postur tubuh dan persendian) selama bergerak, serta kesesuaian antara gerak dengan irama sealin itu jika siswa bergerak mengikuti instruktur, maka kesesuian anatara gerak ayng dilakukan dengan yang dicontohkan oleh instruktur juga harus dinilai. Tetapi jika mereka merangakai gerakan sendiri maka perlu diberikan nalai kretifitas
Presentasi
Penialain petsebtasi diberikan atas dasar kemampuan umum non teknik yang dilakukan oleh siswa. Penilaian presentasi meliputi keceriaan ekspresi dalam bergerak, kertapihan dalam berpakaian, kemampuan menarik perhjatian audience dengan gerak yang wajar serta semagat dalam bergerak.
BAB V
PENUTUP
Paradigma pengembangan kurikulum pendidikan jasmani tahun 2004 adalah memandang pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan mengembangkan individu secara organic, neumoscular, perceptual, intelektual/kognitif, emosional, social dan moral. Kedudukan materi ajar/ruang lingkup pembelajaran dipandang sebagai media untuk mencapai tujuan tersebut.
Kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani berbeda dari pembelajaran mata pelajaran yang lain. Pendidikan jasmani adalah “Pendidikan melalui aktifitas jasmani” .dengan berpartisipasi dalam aktifitas jasmani siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan keterampilan gerak. Nilai dan sikap yang positif dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani sebagai bagian yang tak terpisahkan dari system pendidikan nasional, memiliki peran penting dangan ciri khusus dalam upaya meningkatkan kebugaran dan keterampilan peserta didik, disamping peran lain seperti yang telah disebutkan diatas tentunya.
Pembelajaran pendidikan jasmani melalui aspek-aspek yang ada didalamnya hanyalah merupakan upaya penyamaian untuk menjadikan aktifitas jasmani sebagai pola hidup sehat dimana didalamnya terkandung unsure kebugaran jasmani.
Penilaian aspekaspek pendidikan jasmani dan materi pokok pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tentunya harus mempertimbangkan kondisi siswa, lingkungan sebagai daya dukung dan penghambat serta prasyarat pembelajaran lain sehingga proses pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
Senam aerobic sebagai materi pokok dalam aspek aktifitas yang sangat menyenangkan, Karena dipergunakannya music pengiring sebagai alat bantu pembelajaran. Sangat jarang atau tidak ada sama sekali siswa yang tidak menyukai music. Mengingat potensi ini, tentunya sangat saying jika tidak dikembangkan.
Pengembangan senam aerobic sebagai materi pokok dalam aktivitas ritmik hendaknya dimulai dari peningkatan kemampuan guru sebagai sumber informasi, fasilitator dan katalisator pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh peserta pembelajaran.
Peningkatan kemampuan seorang guru dimulai dari memperkaya pengetahuan tentang senam aerobic yang mencakup pengetahuan umum dan teknik gerak, persiapan pembelajaran, pengolahan pembelajaran hingga penilaian.
LATIHAN-LATIHAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar :
Sebutkan fungsi-fungsi pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan keseluruhan!
Jelaskan fungsi-fungsi pendidikan jasmani sebagai pengembangan organik, perceptual dan social!
Jelaskan cara melakukan teknik gerak jogging, V-step dan lunges!
Jelaskan cara melakukan teknik gerak pulldown, arm curl dan arm extension!
Jelaskan sistematika latihan dalam pembelajaran senam aerobic tahap pemanasan!
Jelaskan sistematika latihan dalam pembelajaran senam aerobic tahap inti I!
Jelaskan sistematika latihan dalam pembelajaran senam aerobic tahap Challestenic!
Jelaskan sistematika latihan dalam pembelajaran senam aerobic tahap pendinginan!
Gerakan-gerakan apasajakah yang dapat melatih daya tahan otot biceps?
Jelaskan cara melakukan repetisi serta jumlah set latihannya!
Bentuklah kelompok masing-masing berjumlah empat orang, kemudian demonstrasikanlah latihan senam aerobic sesuai dengan tahap yang benar (masing-masing orang satu tahap latihan) selama 15menit!
Selasa, 22 September 2015
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar, keduanya terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan ketrampilan. Hubungan guru dan siswa serta bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15) Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini memungkinkan adanya pertukaran ide dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika dalam proses pembelajaran. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, maupun emosional. Ada tiga aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Pencapaian aspek-aspek tersebut dapat dicapai tentu dengan upaya sungguh-sungguh dari guru dan siswa, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan mampu memotivasi prestasi siswa. Salah satu kesulitan tebesar yang dihadapi oleh semua guru adalah bagaimana caranya untuk mengajak atau mengiktsertakan semua muridnya dalam proses pembelajaran tanpa memperbolehkan satu atau beberapa orang siswa mendominasi interaksi di kelas dan kesempatan belajar siswa yang lain.
BAB II
ISI
Terdapat beberapa model yang ditawarkan dan salah satunya yaitu model cooperative learning ini. Cooperative learning bukanlah model seutuhnya . Cooperative learning merupakan satu set strategi mengajar dimana kuncinya adalah saling berbagi, yang paling penting adalah pengelompokan siswa ke dalam tim belajar untuk jumlah waktu tertentu atau tugas tertentu, dengan harapan bahwa semua siswa ikut berkontribusi dalam proses belajar dan hasil akhir. Sama seperti di dalam tim olahraga, tim disini bekerja untuk mencapai satu tujuan. Dalam model ini tujuan akhir dari proses pembelajaran ini adalah melengkapi tugas pembelajaran yang diberikan oleh guru yang bersangkutan. Tugas tersebut menuntut siswa untuk berprestasi dalam performa intragrup (mencoba untuk menjadi tim terbaik sesuai dengan kemampuan mereka), kinerja antar kelompok (bersaing dengan tim belajar yang lain), atau saling berbagi kinerja antar kelompok (konten pembelajaran sehingga mereka dapat mengajarkannya kepada murid yang lain).
Slavin (1983) mengatakan bahwa Student Team Learning atau Cooperative Learning berdiri berdasarkan dari tiga konsep :
Penghargaan terhadap kelompok.
Bagian yang paling utama dalam STL/CL ini adalah tentang tugas yang diberikan kepada tiap tim oleh guru yang bersangkutan. Semua kelompok dapat bekerja dengan tugas yang sama atau berbeda tetapi tetap berkaitan. Pada saat yang bersamaan, guru menetapkan satu atau lebih kriteria penampilan yang harus dicapai oleh kelompok, dengan catatan penghargaan akan diberikan kepada kelompok yang mencapai standar yang telah ditentukan tadi. Penghargaan tersebut dapat berupa angka kumulatif, mendapat keistimewaan atau hak khusus ketika di dalam kelas, pengakuan dari murid yang lainnya, atau dapat juga berupa nilai.
Tanggung jawab individu.
Kunci utama yang lain dari tugas belajar adalah keterangan bahwa kinerja seluruh anggota kelompok termasuk ke dalam skor atau penilaian kelompok. Dimana sebelumnya, semua murid harus ikut serta dalam kerja atau usaha kelompok, dan penting untuk diketahui bahwa semua anggota kelompok belajar dan berprestasi dengan sungguh-sungguh atau dengan potensi terbaik mereka. Hal tesebut membutuhkan peer teaching dimana kelompok dengan murid yang berkemampuan tinggi berinteraksi murid yang berkemampuan rendah untuk mampu meningkatkan kinerja kelompok secara keseluruhan. Peer teaching disini menjadi faktor yang utama dalam kinerja model ini untuk mempromosikan pembelajaran sosial tingkat tinggi dalam tim.
Kesempatan yang sama untuk berprestasi.
Proses pemilihan murid dalam kelompok merupakan hal yang harus diperhatikan. Model ini membagi orang dalam kelompok kecil (empat sampai enam orang per kelompok) di mana sebisa mungkin anggota kelompok harus berbeda atau beragam, dan semua kelompok mempunyai kesempatan yang sama dalam kinerja penampilan keseluruhannya. Kelompok belajar harus terdiri dari berbagai gender, tingkat kemampuan, pengalaman sebelumnya dengan isi pembelajaran, kemampuan kognitif, dan motivasi. Adanya perbedaan tersebut memicu untuk terjadinya pembelajaran sosial di akhir pembelajaran dengan model ini. Keseimbangan kelompok dalam kemampuan keterampilan mendorong untuk terciptanya kompetisi yang adil serta meningkatkan motivasi para murid. Ketika keseimbangan itu tercipta, dan dengan semua kinerja kelompok dinilai, maka kemungkinan besar semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi dan tiap-tiap kontribusi akan bernilai bagi anggota kelompok yang lain.
Di dalam Cooperative learning juga terdapat 6 element prosedural yang memberikan identitas atau keunikan terhadap model ini (Cuseo,1992) :
Formasi kelompok yang dibuat secara sengaja.
Interaksi kelompok yang terus menerus.
Saling ketergantungan terhadap anggota kelompok yang lain.
Tanggung jawab individu.
Perhatian yang jelas untuk perkembangan keterampilan sosial murid.
Guru sebagai fsilitator (penyedia).
Eileen Hilke (1990) menyebutkan terdapat empat tujuan utama dari Cooperative learning ini :
Untuk mendorong terciptanya kerjasama akademik dalam proses pembelajaran (adanya interaksi) di antara murid.
Untuk mendorong adanya hubungan antar kelompok yang positif.
Untuk membangun atau mengembangkan rasa penghargaan diri murid.
Untuk meningkatkan prestasi akademik siswa
Dari semua tujuan di atas, maka sudah sangat jelaslah bahwa Cooperative learning berbasis kepada pencapaian prestasi dan proses. Maksud dari berbasis pencapaian prestasi di sini ialah bahwa model ini di desain untuk mendorong penguasaan murid terhadap unit pembelajaran, apapun itu. Penekanan yang kuat ditempatkan pada pembelajaran murid. Berbasis proses berarti bahwa cara murid berinteraksi dengan murid yang lainnya dalam rangka mempelajari isi pembelajaran itu sama penting juga, dan pada kenyataanya hal tersebut memfasilitasi tiap peningkatan prestasi murid. Ini bukan tentang “murid harus belajar untuk bekerja sama” tetapi “murid harus bekerja sama untuk belajar”.
Proses pembelajaran nya sendiri difasilitasi oleh lima elemen penting Cooperative Learning, menurut Johnson, Johnson dan Holubec (1994,p.27-34):
Saling ketergantungan yang positif antara murid.
Murid harus mengerti bahwa setiap anggota dalam kelompok dibutuhkan oleh anggota tim yang lain untuk mencapai tujuan. Tiap masing-masing anggota membawa talenta unik, pengalaman, serta keterampilan dimana hal tersebut a kelompok. Susunan bakat ini mungkin juga akan mengakibatkan konflik intelektual dalam kelompok, dimana hal tesebut membuka kesempatan atau peluang terjadinya pembelajaran sosial.
Tatap muka membuka peluang untuk adanya interaksi.
Struktur tim bisa menyebabkan siswa untuk membantu memfasilitasi, dan menguatkan karya atau hasil rekan kelompok untuk menjadi patokan, sama halnya seperti yang dilakukan dalam tim olahraga terhadap satu anggota dengan yang lainnya. Anggota kelompok pada akhirnya akan menyadari bahwa semua anggota di dalam kelompok harus mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk mencapai tujuan kelompok, hal ini bagus untuk kelompok sehingga semua anggota “maju atau berkembang bersama” serta mengambil ketertarikan yang sungguh-sungguh dalam pencapaian prestasi semua anggota kelompok.
Akuntabilitas individu atau tanggung jawab pribadi.
Cooperative learning akan berjalan baik ketika semua murid dalam kelompok berkontribusi secara merata. Sekarang, hal tersebut tidak berarti bahwa semua murid mendapatkan skor yang sama dalam penilain. Sebaliknya, ini berarti bahwa semua murid berpartisipasi penuh dalam proses kelompok dan belajar sebanyak atau semampu kemampuan mereka. Dalam rangka melakukan hal ini, guru harus membuat set dengan keadaan semua murid berpartisipasi dalam kelompok mereka dan menemukan cara untuk menilai tiap partisipasi murid tersebut. Tambahan, semua penilaian keterampilan harus menyertakan penilaian individu murid dengan berbagai cara, jadi setiap pembelajaran murid dihitung dalam penilaian. Tipe akuntabiliti ini mendorong peningkatan tingkat tanggung jawab masing masing murid.
Antar pribadi dan keterampilan kelompok kecil.
Pencapaian prestasi siswa dalam Cooperative Learning sangat bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan keterampilan pembelajaran antar pribadi ditampilkan dalam dinamika kelompok. Di sana terdapat penekanan untuk saling mengenal dan saling percaya antar anggota kelompok, komunikasi yang baik, saling menerima dan mendukung dan pemecahan konflik atau masalah. Pembelajaran sosial apa yang tidak boleh dibawa ke dalam kelompok sebagai proses awal harus di pelajari sebagai pengalaman bekerja sama.
Proses kelompok.
Untuk lebih mempertegas nilai dalam pembelajaran sosial, guru harus secara teratur membuat murid untuk merefleksikan (proses) pengalaman bersama kelompok. Proses ini harus direncanakan dalam tiap pertemuan, khususnya di bagian awal dari unit Cooperative Learning ini. Ini adalah bagian di mana mengambil alih kendali atau peran dalam pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan murid bagaimana untuk bekerja secara baik dalam kelompok dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama mereka, baik yang besifat akademik maupun yang bersifat sosial. Kunci strategi di sini ialah guru jangan secara langsung memberi tahu kepada murid bagaimana seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan sesama anggota kelompoknya. Proses tersebut harus terjadi secara tidak langsung, untuk mendorong atau membantu siswa dalam merefleksikan pemikiran mereka dalam area pembelajaran ini.
Model Cooperative Learning yang formal termasuk seperangkat strategi instruksional nya yang bisa dipakai di dalamnya, sekali lagi ini bukan hanya tentang menempatkan murid ke dalam kelompok yang kecil untuk saling belajar satu sama lainnya secara bersama-sama. Strategi tersebut bisa dipakai untuk tugas belajar yang kecil (satu atau dua pembelajaran), tugas belajar yang lebih luas (tiga sampai lima pembelajaran), atau keseluruhan unit pembelajaran. Karena waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok-kelompok dan menetapkan tugas pembelajaran kooperatif, tidak dianjurkan untuk menggunakan lebih dari satu strategi dalam pelajaran. Beberapa strategi pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk bidang studi tertentu selain pendidikan jasmani tidak akan disebutkan di sini. Strategi-strategi yang tampaknya akan menjadi strategi yang paling efektif dalam pendidikan jasmani akan disajikan kemudian dalam bab ini.
Menurut johnson, johnson, dan holubec (1994, pp.37-38) guru model Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) memiliki enam fungsi peran utama. seperti yang Anda lihat, sebagian instruksional diarahkan atau digunakan untuk membuat kelompok dan mengatur tugas belajar, dari sana, guru mengasumsikan peran secara tidak langsung dalam model ini.
Menentukan tujuan instruksional.
Guru harus menentukan tujuan akademik untuk tugas yang diberikan. konten apa yang harus dipelajari dan apa kriteria kinerja yang ditekankan di situ ? guru juga harus menentukan tujuan keterampilan sosial yang menginformasikan siswa arti dari memiliki interaksi kelompok yang baik dan proses saat mereka bekerja sama dalam tim.
Membuat keputusan preinstructional.
Guru Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) harus membuat sejumlah rencana sebelum unit dan pelajaran dimulai dalam rangka memfasilitasi interaksi siswa dalam kelompok, memberikan pemahaman yang jelas tentang tugas dari tiap kelompok, menginformasikan kepada kelompok mengenai kriteria penampilan, mengumumkan berapa banyak waktu yang harus mereka selesaikan untuk masing-masing tugas, dan biarkan mereka tahu terhadap sumber daya instruksional (peralatan, ruang, dll) dimana mereka akan bekerja dengan hal tersebut. keputusan yang lainnyayaitu tentang bagaimana tim akan dipilih, bagaimana pembelajaran akan dinilai, dan bagaimana keterampilan sosial akan dipantau. Tidak diragukan lagi, model ini memerlukan perencanaan preunit yang akhirnya memungkinkan guru untuk mengatur proses kooperatif itu sendiri.
Komunikasikan presentasi tugas dan struktur tugas
Harus ada keseimbangan antara jumlah informasi yang diperlukan oleh siswa terhadap tugas yang diberikan, dan memberikan kriteria kerja terlalu banyak atau informasi atau latar belakang tentang cara untuk menyelesaikan tugas. Dalam tugas-tugas kooperatif akan ada lebih banyak penekanan pada tugas terstruktur (ruang, peralatan, waktu, tim dan kriteria) daripada tugas presentasi. Ketika ragu tentang jumlah informasi untuk memberikan tugas presentasi, ini dapat menjadi aturan yang baik daripada memberikan dugaan kurang dari satu. ini menyebabkan tim menjadi sedikit lebih akal dan untuk mencari tahu sendiri ketika mereka membutuhkan informasi lebih lanjut dari guru - dan kemudian meminta untuk itu.
Mengatur tugas cooperativ.
ketika guru telah memilih tim, menginformasikan kepada kelas mengenai tugas selanjutnya, dan memberikan struktur tugas, guru hanya tinggal memberitahu siswa untuk memulai tugas tersebut. Siswa harus diberikan informasi yang cukup supaya mereka mampu untuk memahami tugas kerja, tanpa indikasi cara bagaimana menyelesaikannya. Ketika kelompok pertama kali terlibat dalam tugas, ini akan memerlukan waktu untuk tim sehingga ada waktu untuk mendefinisikan masalah yang tertanam dalam tugas dan untuk mendapatkan solusi nya. guru perlu memonitor periode ini untuk memastikan bahwa tim bergerak ke arah yang benar.
Memantau kelompok belajar kooperatif dan intervensi yang diperlukan.
Sebagai tim yang terlibat dalam suatu tugas, guru akan memantau untuk melihat apakah tim bekerja secara kooperatif. Perlu dicatat bahwa ini tidak berarti bahwa guru memonitor kemajuan tugas, hal tersebut akan mengurus dirinya sendiri jika tim menggunakan semua sumber daya yang mereka miiki dan jika semua anggota tim berkontribusi untuk yang terbaik dari kemampuan mereka. intervensi oleh guru harus terjadi hanya ketika tim tidak bekerja secara kooperatif. kasus ini kemudian menjadi "momen mengajar" untuk pengembangan kerja sama tim keterampilan sosial dan dasar pengolahan yang terjadi pada akhir masing-masing kelas.
Mengevaluasi pembelajaran dan proses interaksi.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif terjadi di dua daerah, kualitas dan kuantitas belajar siswa dan efektivitas interaksi tim. guru menetapkan penilaian dan kriteria untuk kedua hasil. itu lebih mungkin bahwa penilaian pembelajaran akan lebih sumatif sekali ketika tim menyelesaikan tugas masing-masing. penilaian interaksi tim harus formatif dan cukup teratur sehingga periode interaksi yang tidak efektif akan lebih sedikit dan lebih pendek.
Pembelajaran kooperatif mendapat perhatian yang lumayan cukup besar dalam beberapa tahun terakhir, baik yang mendukung ataupun yang mengkritik. Dari perhatian yang cukup besar tersebut mengakibatkan pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan dalam arti formal dari model yang dijelaskan dalam bab ini.
McCaslin dan Goood (1996) merangkum kedua sisi perdebatan pembelajaran kooperatif: Kelebihan:
Tugas cooperatif mensimulasikan cara kebanyakan orang bekerja di luar sekolah, dengan berbagi pekerjaan untuk "mendapatkan pekerjaan yang dilakukan".
Pengetahuan mata pelajaran meningkat sebagai hasil dari jumlah keahlian kelompok,dan ini selalu lebih baik dari setiap anggota tunggal.
Siswa belajar tentang disposisi tugas bersama dan tantangan kelompok.
Anggota kelompok berfungsi sebagai model yang sesuai dengan tahapan perkembangan satu sama lain.
Siswa belajar untuk mengelola dan menggunakan sumber daya manusia.
Siswa akan menghargai nilai akademik bersama dari pada bekerja dalam isolasi.
Siswa akan lebih berkembang pemahamannya mengenai diri sendiri dan orang lain dari kerja bersama ini.
Siswa dapat membuat pilihan tentang kecepatan dan proses pembelajaran itu sendiri.
Kekurangan :
Jika anggota kelompok terlalu berfokus pada produk dari tugas, dan bukan proses, maka mereka akan terlalu berorientasi produk dan kehilangan tujuan utama lainnya dari model ini.
Ketika terjadi kesalahpahaman dalam penguasaan materi, tidak ada cara untuk mengubah kesalahpahaman mereka karena interaksi dengan guru cukup terbatas.
Ketika pembelajaran lebih di tekankan dalam proses daripada prestasi, siswa akan lebih menghargai "bersama orang lain" daripada "bekerja bersama orang lain untuk mencapai tujuan".
ada kekhawatiran bahwa satu atau lebih siswa dalam setiap kelompok menjadi figur pemegang kekuasaan seperti halnya seorang guru.
Murid dengan pencapaian prestasi tinggi akan merasakan lebih banyak tekanan dan hal ini akan membuat ketidak proporsional an kontribusi dibandingkan siswa lain.
Terdapat resiko dari beberapa murid untuk menjadi “pemalas dalam bersosialisasi", baik sengaja atau tidak sengaja.
Murid yang berusaha keras tetapi memberikan kontribusi yang rendah terhadap pencapaian tim mungkin merasa malu atau menjadi defensif.
Beberapa siswa membatasi kontribusi mereka (dan proses belajar mereka) untuk memberi kesempatan siswa yang lain untuk berkontribusi.
Anda akan mencatat bahwa kelebihan adalah bagian dari desain model, kekurangan terjadi ketika model tidak diterapkan dengan benar, dan semua dapat dihindari atau dikurangi dengan perencanaan guru secara hati-hati dan pemantauan proses kelompok. dalam arti bahwa, pembelajaran kooperatif tidak berbeda dari model lain dalam buku ini, ketika diterapkan sesuai dengan desain itu, ada kemungkinan kuat bahwa model akan bekerja untuk mempromosikan jenis belajar siswa itu. Jika diterapkan secara tidak benar, model tidak akan bekerja sebagaimana dimaksud, tapi hal ini seharusnya tidak dianggap sebagai desain yang cacat dan menyebabkan guru tidak menggunakannya saat diperlukan. Sebaliknya, guru harus menyadari potensi masalah dan merencanakan untuk mengurangi atau menghilangkan kesalahan tersebut dari model.
DASAR DARI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK PENDIDIKAN JASMANI.
TEORI DAN DASAR PEMIKIRAN
Deutsch (1994) menyatakan bahwa ada tiga struktur tujuan utama dalam pendidikan: individualis, kompetitif, dan kooperatif. model seperti PSI (Bab 8) yang sangat individualistis siswa bekerja sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki sedikit interaksi dengan orang lain, termasuk guru. model seperti instruksi langsung (Bab 7) dan inquiry teaching (Bab 12) sangat kompetitif dalam arti bahwa siswa harus berusaha sendiri untuk mendapatkan perhatian guru, untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk mempelajari isi, dan kadang-kadang melakukan analisis relatif terhadap prestasi siswa lain. Model pembelajaran kooperatif terwakili dalam buku ini dengan yang dijelaskan dalam bab ini, Sport pendidikan (pasal 10) dan mengajar rekan (Bab 11). dasar dari model ini adalah memiliki siswa yang belajar bersama-sama, dari, dan untuk satu sama lain melalui hubungan yang saling terstruktur. Pencapaian tujuan pembelajaran akademis merupakan prioritas yang diutamakan, tetapi tidak lebih penting daripada proses pembelajaran sosial dan keterampilan. Jelas, model pembelajaran kooperatif memiliki landasan dalam kelompok ketiga deutsch tentang struktur.
Desain model pembelajaran kooperatif didasarkan pada konvergensi empat set utama dari teori: motivasi, kognitif, sosial bersandar, dan perilaku. ini agak unik, karena kebanyakan model lain yang berasal dari hanya satu atau dua teori tentang belajar. Namun, semua teori memainkan peran yang sama penting dalam desain dan operasi dari model pembelajaran kooperatif ini .
Teori motivasi digunakan untuk membuat sructures yang membuat tim untuk menyadari bahwa satu-satunya cara tim untuk dapat mencapai tujuannya adalah dengan semua kontribusi dan pencapaian murid. Yang mendorong individu siswa untuk memberikan yang terbaik, dan memulai interaksi kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Teori kognitif digunakan untuk pemberian tugas-tugas sesuai dengan tahapan perkembangan pembelajaran kooperatif dan hal ini nantinya akan memberikan takaran yang tepat dari tiap tantangan untuk tercapainya tujuan tim. jika tugas terlalu mudah, tim tidak perlu menggunakan semua sumber dayanya untuk mencapai tujuan. jika tugas terlalu sulit, anggota tim akhirnya akan menjadi frustasi, menyebabkan perbedaan pendapat dan bahkan menarik diri dari tugas.
Teori belajar sosial dimasukkan ke dalam model ketika dalam proses pembelajaran terjadi situasi mendengarkan dan menonton anggota tim lainnya. Proses timbal balik akan terjadi manakala satu siswa memperoleh kemajuan yang kemudian di bagikan kepada siswa yang lain, seringkali dilakukan dengan menunjukkan dan menjelaskan kepada murid yang lain. Guru memberikan kontribusi pada agenda pembelajaran sosial model ketika mereka menonton untuk contoh positif dan negatif dari keterampilan sosial dan menggunakannya pada "saat mengajar" untuk menyorot keterampilan interaksi yang diinginkan dan tidak diinginkan.
Teori perilaku digunakan untuk menyediakan hubungan antara proses kooperatif, keterlibatan siswa pada tugas, dan penghargaan terhadap waktu pencapaian. Tugas kooperatif yang baik mampu memberikan keterangan yang jelas kepada siswa tentang keterampilan sosial apa (perilaku) yang diperlukan dalam situasi itu, apa tujuan pembelajaran, dan apa konsekuensinya adalah untuk mencapai atau gagal pada tugas yang diberikan. Perlu dicatat bahwa siswa tidak langsung diberitahu tentang bagaimana menyelesaikan tugas-parameter yang lainnya di mana tugas selanjutnya akan ditempuh.
Alasan rasional di balik model pembelajaran kooperatif sangat mudah, seperti yang dijelaskan oleh desainer prinsip, robert Slavin (1990):
.... Struktur kooperative menciptakan situasi di mana anggota dapat mencapai tujuan pribadi mereka sendiri jika kelompok itu sukses. Oleh karena itu, untuk memenuhi tujuan pribadi mereka, anggota kelompok harus membantu teman-teman kelompok mereka supaya kelompok mencapai kesuksesan, dan mungkin yang lebih penting, mendorong pasangan kelompok mereka untuk mengerahkan usaha maksimumnya (pp.13-14).
Seleksi kelompok yang seksama dimana akan bersama-sama untuk jangka waktu yang lebih lama dan penataan tugas-tugas kelompok untuk meningkatkan hasil belajar akademik dan sosial adalah perbedaan utama antara model pembelajaran kooperatif dengan penempatan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk tugas belajar tunggal di dalam kelas. Hal tersebut harus diingat dalam pikiran anda saat anda belajar lebih banyak tentang model ini dan menggunakannya dalam pengajaran pendidikan jasmani.
ASUMSI TENTANG PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Asumsi Tentang Pengajaran
Peran utama guru adalah sebagai fasilitator, untuk melayani pembelajaran akademik dan sosial siswa.
Guru dapat mengambil peran fasilitator setelah ia langsung menetapkan pengaturan, struktur, dan parameter dari tugas-tugas kelompok. Model dimulai dengan pengarahan secara langsung, dan kemudian menjadi tidak langsung begitu tim terlibat dalam tugas mereka.
Guru adalah orang kunci untuk memantau dan mengajar siswa dalam proses reflektif untuk pembelajaran sosial.
Guru harus mencari keseimbangan antara tujuan pembelajaran sosial dan akademik. dalam keseimbangan itu, proses pembelajaran sosial sama pentingnya dengan produk akademik pembelajaran.
Asumsi Tentang Belajar
Struktur kooperatif mempromosikan tingkat pembelajaran sosial dan akademik yang lebih tinggi daripada struktur individualistik atau kompetitif.
Kelompok mampu, akan, dan harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pribadi dan bersama.
Pembelajaran tim akan bekerja paling baik ketika kelompok bersifat heterogen dalam semua faktor, dan kelompok-kelompok yang sama akan dipertahankan selama periode beberapa pertemuan atau seluruh unit.
Semua anggota kelompok memiliki sesuatu untuk berkontribusi terhadap pencapaian tujuan kelompok
Tugas belajar harus secara spesifik menentukan kriteria untuk akuntabilitas individu, dan kinerja semua anggota ini harus diperhitungkan dalam penilaian skor tim.
"sosial yang agak malas" bisa saja terjadi, namun tidak otomatis, ini merupakan bagian dari proses kelompok. Parameter harus dinyatakan untuk memastikan bahwa semua anggota tim berkontribusi terhadap pencapaian kelompok.
kelompok siswa dapat bekerja sama untuk mengejar dan menyelesaikan tugas tugas.
Tema Utama Untuk Pembelajaran Kooperatif: Kelompok Belum Tercapai Sampai Semua Anggotanya Dicapai.
Kedengarannya mustahil untuk mengungkapkan tema ini untuk setiap model pembelajaran. Realitas kehidupan dan perbedaan antara kemampuan siswa tampaknya akan bekerja melawan tujuan (dan tema) bahwa semua siswa harus mencapai kesuksesan dalam rangka kesuksesan kelompok. Meskipun demikian, tema tersebut menggambarkan salah satu ide yang paling penting di balik model, dan ini di desain sebagai tujuan yang harus dicapai untuk setiap aplikasi pembelajaran kooperatif. Prestasi dalam tema ini tidak berarti bahwa semua siswa dalam kelompok akan mendapatkan skor yang sama pada penilaian atau mengambil peran yang sama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Lebih dari itu, prestasi didefinisikan sebagai anggota tim yang bertanggung jawab, mengembangkan potensi seseorang secara maksimal, dan membuat kontribusi terbaik untuk keberhasilan tim.
Prioritas Belajar Domain Dan Interaksi
Pembelajaran kooperatif dirancang untuk mempromosikan peningkatan tingkat prestasi siswa, dimediasi oleh interaksi kelompok kecil dan keterampilan sosial. Hal tersebut tidak bisa terjadi jika yang selanjutnya itu tidak terjadi, yaitu membuat pembelajaran keterampilan sosial progroup prasyarat untuk belajar individu dan kelompok. Yang membuat prioritas domain untuk koperasi belajar sedikit rumit, sebagai domain afektif akan selalu berbagi prioritas tertinggi dengan tujuan utama dari tugas belajar yang diberikan. Misalnya, jika tugas yang diberikan memiliki fokus pembelajaran terutama kognitif, prioritas domain akan menjadi:
prioritas pertama (terbagi): afektif dan kognitif
prioritas ketiga: psikomotor
jika tugas yang diberikan memiliki fokus pembelajaran terutama psikomotor, maka prioritas domain akan menjadi:
prioritas pertama (terbagi): afektif dan psikomotor
prioritas ketiga: kognitif
Untuk lebih lanjutnya lagi, harus disebutkan bahwa dalam pendidikan jasmani, tugas Cooperative learning yang baik akan menantang siswa secara merata di seluruh tiga domain, yang memerlukan interaksi kelompok yang baik dan refleksi (afektif), gelar yang tepat dari kekakuan intelektual (kognitif), dan akhirnya demonstrasi gerakan terampil (psikomotor). ketika hal ini terjadi, semua tiga domain menerima sekitar tingkat yang sama dari penekanan dan pengembangan. jika siswa atau kelompok tidak bisa belajar di semua tiga domain sama baiknya, mereka tidak akan sukses di tugas yang diberikan.
interaksi domain untuk tugas-tugas pembelajaran kooperatif kemudian menjadi sama-sama kompleks ketika semua tiga domain dibagi. Interaksi ini tidak linear - belajar dalam satu domain tidak mengikuti dari domain lainnya. lebih tepatnya, ketiga domain mengambil hubungan timbal balik di antara mereka - belajar dalam setiap domain satu tergantung pada pembelajaran di dua domain lainnya. misalnya, untuk mencapai dalam domain psikomotorik, siswa di setiap kelompok kecil harus memiliki keterampilan interpersonal yang baik (afektif) dan pemecahan masalah yang baik kemampuan (kognitif). timbal balik harus terjadi setiap saat di semua domain.
PSIKOMOTOR
KOGNITIV AFEKTIF
Ini adalah hubungan dasar dari seluruh model dan menggarisbawahi perlunya bagi siswa untuk bekerja sama tidak hanya bergaul tetapi untuk belajar. fitur desain dalam model ini juga menekankan bahwa proses belajar sama pentingnya dengan produk pembelajaran.
Preferensi Belajar Siswa
Menggunakan reichman dan grasha (1974) profil untuk preferensi belajar siswa, cooperative learning kebanyakan akan bagus jika diperuntukkan bagi siswa yang termasuk dalam klasifikasi sebagai pelaku, mampu untuk bekerja sama, bersaing, dan mandiri. Siswa harus bekerja sama sebagai anggota tim belajar, mencoba untuk mencapai tujuan tim dengan segera. Siswa akan bersaing dalam tugas terstruktur mereka dimana hal tersebut akan menyebabkan adanya persaingan dengan tim belajar yang lain dalam beberapa tugas belajar yang lainnya.
Pengesahan
Penelitian Pengesahan.
Jika anda ingat lagi ke belakang, model cooperative learning ini merupakan satu set strategi pembelajaran yg di dalamnya terdapat beberapa atribut dan prosedur umum yang membedakannya dari kelompok kecil yang berbasis kegiatan belajar. strategi pembelajaran kooperatif diakui sebagai bagian dari model ini juga berbagi satu fitur lainnya: mereka semua dimulai sebagai desain pembelajaran eksperimental dan dikembangkan dari penelitian sistematis di sekolah-sekolah dan sekolah - pengaturan simulasi. di sebagian besar model yang disajikan dalam buku ini, model pertama kali dirancang dan kemudian diteliti. untuk pembelajaran kooperatif, strategi yang dirancang dan mengembangkan dari temuan penelitian sampai temuan mulai membentuk masing-masing strategi dari waktu ke waktu. ini adalah cara yang sangat ampuh untuk memvalidasi model pembelajaran karena penelitian benar-benar mengarah pada pengembangan model, bukannya digunakan untuk "melihat cara kerjanya" setelah model telah dirancang "di atas kertas". pembelajaran kooperatif telah menjadi fokus dari sejumlah besar studi penelitian dalam dua dekade terakhir. di review lebih dari seratus studi, Slavin (1995) merangkum temuan penelitian utama tentang pembelajaran kooperatif:
Dalam 64 persen dari studi, kelompok pembelajaran kooperatif memiliki pencapaian keuntungan signifikan lebih baik daripada rekan-rekan yang memiliki beberapa bentuk lain dari instruksi.
Siswa dalam kelompok belajar kooperatif meningkatkan hubungan lintas-ras secara signifikan lebih sering daripada siswa di kelompok kontrol dengan metode tradisional.
Siswa dalam kelompok belajar kooperatif meningkatkan hubungan lintas-cacat secara signifikan lebih sering daripada siswa di kelompok kontrol dengan metode tradisional.
Pembelajaran kooperatif dapat berhasil dengan siswa di setiap tingkat kelas dan dalam semua bidang subjek.
Meskipun kekayaan penelitian tentang pembelajaran kooperatif di daerah subjek begitu banyak, sedikit yang tampaknya telah dihasilkan dari pengaturan pendidikan jasmani. grinseki (1996) mengutip hanya segelintir studi tentang model pembelajaran formal kooperatif dalam pendidikan jasmani. hasil penelitian tersebut umumnya mendukung kemampuan belajar kooperatif untuk mempromosikan peningkatan kebugaran dan interaksi sosial yang positif pada anak-anak dan pengurangan interaksi sosial yang negatif. sebuah studi menarik oleh Yoder (1993) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dalam unit tari ditingkatkan baik pembelajaran sosial dan prestasi.
Efektivitas model pembelajaran kooperatif telah divalidasi dalam ratusan studi di hampir setiap wilayah subjek sekolah. fakta bahwa hanya beberapa studi telah selesai dalam pendidikan jasmani mungkin mencerminkan kebaruan model dalam subjek kami, dan tidak boleh diambil untuk mempertanyakan potensi model dalam bidang kita. mengingat kesamaan temuan dalam mata pelajaran begitu banyak sejauh ini, tidak ada alasan untuk percaya bahwa pembelajaran kooperatif tidak dapat divalidasi dari penelitian untuk digunakan dalam pendidikan jasmani. pada kenyataannya, kesamaan yang kuat antara pembelajaran kooperatif dan model pendidikan olahraga, dengan catatan penelitian sendiri awal mengesankan, adalah prediktor kemungkinan untuk temuan di masa depan pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani.
Kerajinan Validasi Pengetahuan.
Catatan validasi kerajinan pengetahuan untuk pembelajaran kooperatif sangat mirip dengan validasi penelitiannya. yaitu, model memiliki catatan mengesankan luas dan digunakan dalam bidang studi banyak sekolah dan di setiap tingkat kelas dari SD hingga perguruan tinggi. ribuan guru telah menggunakan model dan telah disempurnakan strategi instruksional untuk aplikasi spesifik situasional banyak (Slavin, 1995). ini memvalidasi tidak hanya efektifitas model, tetapi kemampuan beradaptasi untuk banyak pengaturan dan bidang studi. sebuah studi oleh stevens dan Slavin (1995) memiliki lima sekolah dasar seluruh kooperatif belajar melalui beberapa pelajaran selama dua tahun, dengan hasil positif untuk berbagai jenis mahasiswa. titik penting di sini adalah bahwa para guru di masing-masing sekolah sepakat untuk dilatih dalam penggunaan pembelajaran kooperatif dan untuk menerapkan model selama dua tahun sekolah penuh. itu adalah bukti kuat bahwa guru cukup akrab dengan pembelajaran kooperatif sebelum studi dimulai berkomitmen untuk penggunaannya untuk jangka waktu.
kerajinan pengetahuan validasi untuk pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani tidak meluas. grineski (1996) menyatakan bahwa sangat sedikit guru pendidikan jasmani menggunakan model pembelajaran formal kooperatif. sebagai gantinya, mereka menggunakan beberapa bentuk kecil-kelompok berdasarkan aktivitas belajar bahwa mereka mungkin salah menafsirkan sebagai pembelajaran kooperatif. Namun, salah satu pendidikan guru fisika di san diego tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif, dan melaporkan hasil yang sangat baik dalam peningkatan keterampilan sosial di sekolah beragam nya, rendah SES (Mercier, 1993). seperti halnya dengan validasi penelitian, kerajinan validasi untuk pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani dapat didasarkan pada keberhasilan yang mengesankan dalam mata pelajaran lainnya hingga waktu yang digunakan lebih luas dalam pendidikan jasmani. tidak ada alasan untuk percaya bahwa model ini tidak dapat bekerja untuk ratusan guru, sama seperti yang dilakukan untuk Mercier.
Intuitif Validasi
Dengan latar belakang olahraga tim begitu banyak guru pendidikan jasmani, itu harus sederhana untuk membiarkan model ini "masuk akal" di daerah subjek kita. hampir semua dari kita telah mengalami dan mengakui peran usaha tim dalam pencapaian tujuan bersama dan individu dalam pengaturan olahraga. kita semua berakar pada rekan tim, biarkan engsel kesuksesan kita sendiri pada keberhasilan orang lain, dan menarik bersama-sama untuk kebaikan bersama tim. kita juga tahu bahwa tim ini hanya sekuat link security yang lemah, atau pemutar-begitu baik semua mencoba untuk membantu setiap anggota lainnya tampil ke potensi dirinya secara maksimal. jika Anda menerapkan semua alasan mengapa olahraga anggota tim perlu bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok yang diberikan dalam pendidikan jasmani, Anda datang dengan alasan yang kuat untuk model pembelajaran kooperatif. masuk akal bahwa setiap kelompok siswa akan mencapai lebih ketika mereka bekerja bersama-sama daripada ketika mereka bekerja secara individual, dan bahwa pembangunan sosial mereka sangat ditingkatkan dengan proses yang - memberikan validasi intuitif yang kuat untuk penggunaan pembelajaran kooperatif dalam pendidikan jasmani.
Fitur Belajar dan Mengajar
Kelangsungan
Profil keterus untuk pembelajaran kooperatif didasarkan pada tiga pola yang berbeda yang terjadi selama pelajaran. Model ini sangat langsung sebagai guru memutuskan apa tugas yang diberikan akan, pilih tim, menjelaskan parameter untuk menyelesaikan tugas (misalnya, waktu yang tersedia dan sumber daya lainnya), dan menetapkan kriteria untuk perilaku unjuk kebolehan dan sosial. model menjadi berpusat pada siswa selama waktu tim terlibat untuk menyelesaikan tugas. kemudian menjadi sangat interaktif sebagai guru proses pembelajaran keterampilan sosial dengan siswa selama dan pada akhir masing-masing kelas.
Pemilihan isi
Komponen dari model pembelajaran kooperatif sangat langsung. guru menentukan serangkaian tugas yang akan mengejar tim di unit dan mengkomunikasikan kepada siswa. daftar isi formal sulit untuk menentukan sebelumnya karena guru tidak bisa sering memprediksi keterampilan dibutuhkan pembelajaran sosial di muka. kebutuhan ini akan menjadi jelas sebagai tim bekerja pada tugas yang diberikan. isi akademik juga dificult untuk daftar sebelumnya karena setiap tugas kemungkinan akan cukup besar untuk memuat hasil akademis banyak di dalamnya. daftar isi biasanya diwakili oleh serangkaian tugas-tugas belajar guru akan menetapkan kelompok sebagai unit berlangsung. bahwa proses hampir selalu diarahkan guru.
Manajerial kontrol
Kontrol manajerial sangat-guru berpusat sebelum tim mulai pertunangan mereka pada tugas-tugas belajar. guru memilih tim, memutuskan apa yang sumber daya akan tersedia, menentukan jumlah waktu yang dialokasikan untuk setiap tugas, dan memutuskan parameter di mana tim harus bekerja. setelah tim mulai mengejar tugas, kontrol ini bergeser dengan cepat kepada siswa dalam setiap kelompok koperasi. mereka membuat keputusan tentang bagaimana mengatur diri mereka sendiri, bagaimana membagi pekerjaan yang harus dilakukan, dan bagaimana menggunakan waktu yang tersedia dan sumber daya.
Tugas presentasi.
Ada presentasi tidak ada tugas oleh guru dalam pembelajaran kooperatif. bukan, guru menetapkan panggung dengan menjelaskan tugas yang diberikan dan aturan-aturan dasar tim harus mengikuti mengejar mereka itu. setelah itu terserah kepada siswa, dalam kelompok mereka, untuk menjelaskan satu sama lain apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya. diharapkan bahwa tim akan menggunakan pengajaran peer sebagai modus utama mereka mengajar.
Pola Keterlibatan
Ada dua pola utama keterlibatan dalam model ini. salah satu pola yang sangat mahasiswa-directed, terjadi di kalangan mahasiswa di masing-masing tim koperasi. mereka memutuskan siapa yang mengambil memimpin pada waktu tertentu dan menetapkan rencana keterlibatan mereka sendiri untuk mendapatkan tugas selesai. pola lain adalah interaktif, sebagai guru menggunakan pertanyaan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. untuk menjadi yang paling efektif, proses ini harus memungkinkan siswa waktu untuk merefleksikan pola perilaku dan curent mereka untuk datang dengan solusi mereka sendiri ketika mereka tidak bekerja secara kooperatif dalam kelompok.
Interaksi Instruksional
Dengan dua pola keterlibatan yang berbeda akan ada dua jenis pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif. interaksi akan menjadi dua jenis yang sama seperti pola keterlibatan: hampir seluruhnya mahasiswa diarahkan sebagai tim bekerja pada tugas yang diberikan, dan interaktif ketika guru berupaya untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. saat para siswa bekerja dalam tim mereka, guru mengambil peran fasilitator dan narasumber utama. guru memfasilitasi proses kerja sama, mendapatkan tim untuk bekerja dengan kapasitas mereka sepenuhnya, guru juga berfungsi sebagai "ahli penduduk" ketika tim membutuhkan saran atau membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ide-ide mereka. guru yang paling efektif pembelajaran kooperatif adalah mereka yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran tanpa memberikan tim dengan terlalu banyak informasi atau bantuan dalam menyelesaikan tugas.
Pergerakan
Setelah guru telah memperkenalkan tugas belajar dan tim informasi berapa lama mereka harus menyelesaikan tugas, mondar-mandir dari instruksi yang sangat berpusat pada siswa. dalam tim mereka, para siswa memutuskan berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan berapa lama mereka berencana untuk menghabiskan setiap bagian dari tugas. guru akan campur tangan hanya ketika rencana tim jelas akan tidak memungkinkan mereka untuk menyelesaikan tepat waktu.
Tugas perkembangan.
Guru memutuskan kapan tugas baru akan diberikan. seperti mondar-mandir, setelah tim bekerja sama, masing-masing tim menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan kapan harus mempertimbangkan setiap bagian dari tugas selesai. memiliki rencana kerja dan mengevaluasi secara teratur merupakan bagian penting dari proses pembelajaran kooperatif.
Dominan Keterlibatan Pola
Ketika guru memperkenalkan tugas belajar dan pengolahan untuk pengembangan keterampilan sosial, model pembelajaran kooperatif hanya menggunakan satu pola keterlibatan: kelompok empat sampai enam siswa bekerja dalam tim untuk jangka waktu. semua strategi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif pada awalnya didasarkan pada konfigurasi yang, pada saat dua atau lebih kelompok akan bergabung, tetapi hanya sementara.
Memilih Anggota Tim.
Penempatan siswa ke dalam tim adalah salah satu fungsi yang paling penting bagi guru dalam model pembelajaran kooperatif. perhatikan bahwa saya mengatakan itu adalah fungsi guru, tidak diserahkan kepada siswa. itu karena proses seleksi tim harus melayani tujuan beberapa kunci dalam model pada rangka mempromosikan pembelajaran akademik dan sosial yang paling efektif mungkin. pertimbangan utama adalah untuk keragaman dalam tim dan untuk keadilan di seluruh tim (ketika tim akan bersaing satu sama lain). memiliki keragaman dalam tim mempromosikan kesadaran bakat lain, kepribadian, dan perspektif, serta menyediakan lebih luas sumber daya dengan Wich untuk bekerja tugas yang diberikan. faktor utama untuk mencapai keragaman harus mencakup: pengalaman sebelumnya di daerah konten, jenis kelamin, keterampilan, kemampuan, kemampuan kognitif, gaya belajar, ras, etnis, kemauan untuk mengambil kepemimpinan atau mengikuti, dan perilaku siswa. setiap guru mungkin memiliki faktor lain yang menjadi dasar keputusan.
Proses untuk menempatkan siswa ke tim harus dilakukan secara pribadi oleh guru dan kemudian diumumkan di kelas atau diposting. karena beberapa siswa mungkin salah paham tujuan yang lebih besar yang dilayani oleh proses seleksi, itu bukan ide yang baik untuk membuat tim seleksi acara publik atau untuk menyamakan dengan cara apapun untuk mengambil sisi untuk permainan. kita semua sadar akan potensi bahaya yang dapat terjadi dengan jenis proses seleksi. setelah tim yang dibuat, guru harus membuat siswa menyadari sumber daya manusia dan bakat di tim masing-masing, dan tidak memungkinkan siswa untuk berfokus pada kekurangan yang dirasakan tim mereka atau terlalu menganalisis komposisi tim lain. Oleh karena itu, akan sangat membantu bagi guru untuk memulai proses koperasi langsung dengan menginformasikan kelas tentang bagaimana dan mengapa tim yang dipilih dan untuk mendapatkan tim yang bekerja bersama-sama sesegera mungkin.
Inklusivitas
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk memungkinkan setiap siswa untuk dimasukkan dalam proses tim. ini dicapai dengan tiga cara. seleksi tim proses saja dijelaskan memastikan bahwa semua tim yang heterogen, terdiri dari siswa dengan beragam kemampuan, motivasi, dan kepribadian. bahwa keragaman mempromosikan interaksi antara semua jenis siswa. Kedua, semua anggota bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan tim, sehingga ada motivasi yang kuat bagi siswa untuk mendukung, mendorong, dan mengajar satu sama lain untuk memenuhi tujuan tim. ini mempromosikan partisipasi penuh oleh semua anggota tim. Ketiga, keberhasilan tim lebih mungkin ketika mengakui dan menggunakan berbagai bakat di kalangan anggotanya, mempromosikan penghargaan untuk kontribusi yang membantu tim mencapai tujuannya. Oleh karena itu, itu adalah kepentingan tim terbaik untuk menemukan cara untuk menyertakan, tidak mengisolasi, siswa dengan kemampuan unik dan bakat. Slavin (1995) mengutip beberapa studi yang mendukung potensi pembelajaran kooperatif dalam mempromosikan kesadaran yang lebih besar, apresiasi, dan inklusi untuk kelompok siswa yang beragam;
Peningkatan pembelajaran kooperatif kontak antara siswa, memberi mereka secara bersama kesamaan (keanggotaan kelompok), melibatkan mereka dalam kegiatan yang menyenangkan bersama-sama, dan memiliki mereka bekerja menuju tujuan bersama (p.66).
Pernyataan ini menyoroti salah satu kekuatan dari pembelajaran kooperatif model itu sengaja dirancang untuk menjadi inklusif dan membuat menghitung kontribusi setiap siswa. kelompok guru prosedur pengolahan dapat digunakan untuk mengajar siswa bagaimana menjadi termasuk semua anggota tim, mengambil satu langkah besar inklusi masa lalu hanya "belajar di samping satu sama lain" untuk belajar dengan, dari, dan untuk satu sama lain. "
Tugas Presentasi Dan Tugas Struktur
Model pembelajaran kooperatif sebenarnya sekelompok strategi pengajaran terkait yang berbagi tujuan yang sama, prosedur, dan pola keterlibatan mahasiswa. bagian ini akan menjelaskan strategi pembelajaran utama dan menjelaskan bagaimana masing-masing dapat terstruktur untuk instruksi pendidikan jasmani.
Tugas Presentasi.
Tidak ada presentasi tugas dalam pembelajaran kooperatif di mana guru menunjukkan siswa bagaimana untuk mengatur dan melakukan tugas-tugas belajar. terserah masing-masing tim mahasiswa untuk mengorganisir diri untuk tugas yang diberikan dan untuk menentukan solusi mereka sendiri untuk "masalah" yang melekat pada tugas. dengan cara itu, model ini sangat berbeda dari hampir semua model lain dalam buku ini. guru tidak mengambil waktu untuk membingkai tugas belajar dengan cara yang memungkinkan siswa untuk memahami apa tugas adalah, tanpa memberitahu siswa bagaimana untuk menyelesaikan tugas (yaitu, tidak mengajar mereka). guru harus mencakup beberapa hal ketika membingkai tugas:
Mengumumkan keanggotaan untuk semua tim dan menjelaskan bagaimana tim yang dipilih.
Mengumumkan berapa lama tim harus menyelesaikan tugas.
mengumumkan strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk tugas tersebut.
menginformasikan tim dari setiap aturan dasar yang berlaku.
biarkan tim tahu apa sumber daya akan tersedia untuk mereka dan bagaimana sumber daya bersama akan dibagi di antara semua tim.
menjelaskan tujuan pembelajaran dan bagaimana mereka akan dinilai.
menjelaskan tujuan pembelajaran sosial dan bagaimana mereka akan dinilai.
menjelaskan peran guru sebagai fasilitator.
menginformasikan tim dari setiap produk yang harus dihasilkan dari tugas (seperti poster, portofolio, catatan tim).
menjelaskan aturan untuk kompetisi tim ketika digunakan dengan beberapa strategi.
Tugas Struktur
Ada banyak strategi pengorganisasian diakui yang dapat dianggap sebagai bagian dari model pembelajaran formal kooperatif. lima strategi ini dapat diadopsi untuk jenis konten dan hasil biasanya diajarkan dalam program pendidikan physycal. strategi masing-masing memiliki tugas sendiri struktur unik yang menjelaskan kepada siswa sebagai bagian dari presentasi tugas.
Mahasiswa Tim-Prestasi Divisi.
Pertama kali dikembangkan oleh robert Slavin (Slavin, 1980), siswa dalam satu kelas ditempatkan dalam tim tidak bersaing. semua tim diberikan sumber daya yang diberi tugas belajar dan diperlukan sama untuk itu. guru mengalokasikan satu periode waktu bagi tim untuk awalnya belajar dan berlatih, biasanya lima belas sampai dua puluh menit. guru yang tersedia saat ini untuk memperjelas tugas atau untuk melayani sebagai sumber daya lain untuk tim. pada akhir periode waktu, semua anggota setiap tim bersaing tugas penilaian pada pengetahuan atau keterampilan hanya belajar. penilaian yang bisa dalam bentuk kuis singkat, tes keterampilan, atau jenis tes kinerja yang menutupi isi hanya berlatih. skor untuk semua anggota tim dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim. skor tim yang diumumkan dan guru berinteraksi dengan kelas untuk membahas proses koperasi dan membuat saran untuk meningkatkan interaksi kelompok. Tim tersebut kemudian diarahkan untuk kembali ke berlatih tugas yang sama lagi, dengan penekanan ditambahkan pada kerjasama dan meningkatkan nilai dari setiap anggota tim.
periode kedua kalinya dialokasikan, setelah semua anggota tim menyelesaikan tugas penilaian lagi. dua gol dinyatakan untuk periode latihan kedua: semua anggota individu dan tim secara keseluruhan harus mengalahkan skor pertama mereka. jelas, berhasil di gol pertama otomatis mencapai gol kedua. nilai tim yang ditugaskan, berdasarkan pada jumlah peningkatan dalam skor total dari tim yang pertama untuk penilaian kedua. perlu dicatat bahwa hanya kelas tim diberi, sehingga siswa yang dapat meningkatkan antara penilaian termotivasi untuk membantu (mengajar) siswa lain melakukan hal yang sama. orlick (1982) menggunakan dua variasi STAD dalam pendidikan jasmani, disebut nilai kolektif. skor dapat disimpulkan untuk seluruh kelas, atau mereka dapat disimpulkan untuk seluruh sekolah. baik variasi memperluas lingkup pembelajaran kooperatif sehingga siswa lebih banyak bekerja untuk dan mendukung satu sama lain.
Tim Game Turnament
Struktur awal TGT sama dengan STAD. siswa ditempatkan dalam tim, disajikan dengan tugas belajar yang diberikan, dan diberikan jangka waktu yang ditetapkan untuk praktek awal atau akuisisi pengetahuan. semua anggota setiap tim menyelesaikan penilaian pada akhir periode dipraktekkan. pada titik ini, TGT mulai berbeda dari STAD. di TGT, yang pertama. skor tertinggi kedua, ketiga, dan keempat di tim masing-masing dibandingkan dengan nilai peringkat yang sesuai dari semua tim lainnya-pertama melawan pertama, kedua melawan kedua, dan seterusnya. masing-masing skor menang mendapatkan tim yang ditentukan jumlah poin, yang memungkinkan para siswa untuk berkontribusi bagi keberhasilan tim mereka, terlepas dari peringkat. putaran kedua dijadwalkan praktik, yang biasanya menghasilkan peningkatan interaksi dan dukungan pada masing-masing tim. penilaian diberikan lagi, dan skor peringkat dibandingkan lagi-dengan poin diberikan dengan cara yang sama. pemenang TGT adalah tim dengan poin terbanyak di akhir permainan. adalah mungkin untuk menjaga tim utuh selama tugas yang diberikan banyak dan membuat tugas semakin sulit dari waktu ke waktu. tidak perlu untuk menjaga siswa pada tugas yang sama selama lebih dari dua latihan dan periode penilaian.
Tim Dibantu Instruksi (TAI).
Strategi ini merupakan kombinasi dari pembelajaran kerjasama dan PSI, dijelaskan dalam Bab 8. setelah tim yang dipilih, daftar tugas-tugas belajar dengan kriteria kinerja diberikan kepada semua siswa. daftar berisi perkembangan pada satu atau lebih keterampilan dan bidang pengetahuan, pergi dari mudah lebih sulit. anggota tim dapat berlatih tugas secara individu atau dengan bantuan anggota lain. ketika seorang siswa telah menyelesaikan tugas untuk tingkat kinerjanya kriteria, seorang anggota tim memeriksa bahwa off dan siswa pertama bergerak ke tugas berikutnya. kinerja tim dapat dinilai dalam salah satu dari dua cara. guru dapat memberikan poin untuk jumlah tugas masing-masing tim menyelesaikan setiap minggu, atau tugas penilaian akhir dapat diberikan kepada semua anggota tim independen, dengan skor dijumlahkan digunakan untuk pemberian poin dan kelas tim.
Jigsaw
Siswa ditempatkan dalam tim dan ditugaskan untuk mempelajari salah satu bagian dari keterampilan, bidang pengetahuan, atau permainan. misalnya, di unit tenis, satu tim dapat ditugaskan untuk mempelajari komponen dan isyarat untuk drive forehand, tim lain dapat ditugaskan untuk mempelajari drive backhand, tim lain dapat ditugaskan untuk mempelajari aturan permainan dan mencetak gol, dan sebagainya pada. semua tim diberi jangka waktu untuk mempelajari komponen mereka dan kemudian mengambil peran guru saat seluruh kelas bergerak ke segmen unit. Penilaian didasarkan pada kuantitas dan kualitas pengajaran tim ke kelas. Dalam variasi strategi jigsaw, anggota dari setiap tim dapat ditugaskan untuk mempelajari berbagai komponen sehingga setiap anggota menjadi "pakar" pada topik atau keterampilan. "kelompok ahli" yang dibentuk dengan memiliki siswa dari tim yang berbeda yang mempelajari topik yang sama / keterampilan bertemu untuk berbagi apa yang telah mereka pelajari secara individual. setelah mereka melakukan itu, masing-masing "pakar" akan kembali ke kelompok aslinya untuk mengajar rekan tim sendiri apa yang telah ia pelajari. strategi jigsaw dan variasinya berbagi satu kunci fitur-di beberapa titik dalam waktu siswa akan menginstruksikan siswa lain melalui peer teaching.
Kelompok Investigasi
Strategi ini digunakan untuk memiliki tim bekerja sama untuk memproduksi dan berbagi hasil pembelajaran mereka. tim yang dipilih dan tugas yang diberikan. periode waktu untuk investigasi kelompok biasanya lagi, mungkin selama tiga minggu, dengan harapan bahwa siswa akan bekerja di atasnya dalam kelas maupun di luar kelas. tugas disajikan sebagai proyek kelompok, sebagian dari yang mengharuskan setiap tim untuk mempresentasikan apa yang mereka pelajari dalam beberapa bentuk media: poster, kolase, rekaman video, yang dihasilkan komputer grafis, atau laporan tertulis. produksi media yang melayani dua tujuan: itu adalah bukti mandiri belajar masing-masing tim dan itu bersama dengan tim lain untuk pembelajaran mereka. penilaian selesai dari rubrik skor disajikan kepada siswa sebelum penyelidikan dimulai dan hasil kelompok dalam kelas tunggal yang diberikan kepada masing-masing tim.
MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL SYSTEM INSTRUCTIONAL (PSI) TERJEMAHAN DARI BUKU MICHAEL W METZLER
PERSONAL SYSTEM INSTRUCTIONAL (PSI)
(SISTEM INSTRUKSI PERSONAL)
Siswa Dapat Belajar Cepat Atau Lambat Sesuai Kemampuannya
Salah satu hal yang diharapkan dari hasil pengajaran pendidikan jasmani adalah bagaimana menyediakan instruksi bagi setiap siswa dalam suatu kelas. Kelas yang besar, waktu yang terbatas, sarana dan prasarana yang minim dan beragamnya kemampuan setiap siswa membuat guru harus membuat perencanaan dan mengimplementasikan program pembelajaran bagi setiap individu bagi siswa. Dari perspektif lain, hal tersebut seharusnya menjadi catatan bahwa instruksi yang strategis dan model pembelajarannya merupakan desain yang tidak simpel untuk instruksi individual dan pendidikan jasmani. Beberapa model lebih berhasil dari pada model yang lain, tetapi hanya satu model yang memulai dan diproses dari informasi bahwa sebenarnya instruksi individual tidak memungkinkan tetapi harus dapat dicapai. Model tersebut disebut Personalized System for Instruction atau PSI. Model ini juga disebut Keller Plan yang dikembangkan oleh Fred Keller.
PSI telah dikembangkan oleh Keller dan siswa lulusan Universitas Sao Paulo, Brazil pada sekitar 1960-an dan diperbaiki beberapa tahun kemudian di Universitas Negeri Arizona (Keller dan Sherman, 1974). Keller telah melakukan penelitian tradisional untuk meneliti dan menganalisis tingkah laku. Penelitiannya fokus pada observasi dan pengajaran dengan beberapa treatment untuk satu subjek, sehingga dia membuat model yang menyediakan instruksi bagi setiap siswa. Pendidikan dunia telah merilis PSI dalam artikelnya dengan judul, Selamat tinggal, guru! (Keller,1968). Anda dapat membayangkan pada saat membaca, khususnya guru untuk menanggapi judul artikel tersebut. Sekarang guru harus mempunyai peran dalam proses instruksi dan memberikan pemahaman bahwa siswa dapat belajar lebih dengan keterlibatan guru secara langsung dalam transfer isi dari pembelajaran.
Permasalahan yang paling besar dari model yang dibuat Keller adalah bagaimana mengatur waktu untuk melaksanakannya. PSI merupakan satu-satunya model yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tanpa batas waktu dan tidak dibatasi oleh periode kelas dan peraturan akademik sekolah. Dia memodifikasi secara radikal beberapa tuntutan pembelajaran dalam PSI. Dia tidak memaksakan guru untuk memberikan instruksi individual untuk semua siswa tetapi hanya untuk beberapa siswa yang mempunyai waktu yang tidak terbatas dalam suatu rentang waktu yang diharapkan. Menurut sejarah kekuatan penelitian efektifitas PSI dalam setiap subjek dan berbagai tingkatan umur guru. (Lowry dan Thornburg (1988) yang dipublikasikan dalam kesimpulan penelitian termasuk 1500 referensi dari 1968 sampai 1988.
Tinjauan
PSI merupakan desain yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi dirinya melalui tugas gerak. Tugas pembelajaran diperoleh dari tugas analisis untuk setiap keterampilan dan wilayah pengetahuan untuk mendukungnya, menetukan isi dari bahan ajar yang akan disampaikan. Setiap modul tugas pembelajaran harus berisi informasi dalam suatu format yang berupa persiapan, struktur tugas, analisis kesalahan, dan kriteria penampilan yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Intinya guru memberikan informasi kepada siswa tidak melalui vidio. Hal ini mengandung arti bahwa guru harus meluangkan waktu untuk hadir dlam kelas dan terlibat secara langsung dengan siswa. Setelah siswa menyelesaikan tugas pembelajaran lalu masukan ke dalam criteria penampilan yang diharapkan dan jika memenuhi maka berikan tugas berikutnya.
Fondasi PSI Untuk Pendidikan Jasmani
Teori dan Rasional
Ide pertama dalam mengembangkan PSI adalah dengan melakukan analisis tingkah laku. Cabang ilmu psikologi mengungkapkan bahwa pengajaran manusia dihasilkan dari adanya interaksi antara orang dengan lingkungannya. Konsekuensi dari perilaku tertentu, disebut penguatan, penambahan kemungkinan perilaku yang diulangi lagi. Konsekuensi lain, disebut hukuman, penurunan perilaku yang telah dilakukan. Ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia didasari oleh interaksi antara manusia dengan lingkungannya. B. F. Skinner telah menggunakan berbagai teori psikologi dalam desain model pembelajaran dengan sekolah sebagai subjek. Bentuknya berupa Mesin Pengajaran yang menghasilkan penguatan positive kepada siswa yang membuat jawaban benar dengan menekan tombol, menyentuh layar atau dengan menarik tuas. Dasar dari desain ini adalah untuk memudahkan guru menentukan pertanyaan dan jawaban yang benar, tetapi harus terlebih dahulu memasukan data isi presentasi, umpan balik dan penguatan kepada mesin sebelum digunakan.
Keller dan Sherman (1974) mengakui bahwa PSI merupakan dasar dari empat fitur yang menyediakan jadwal penguatan bagai siswa yang tidak dimiliki oleh model lain:
Kemampuan untuk merancang materi pengajaran yang kreatif dan menarik
Biasanya, kemajuan kearah hasil pembelajaran
Umpan balik pengajaran dapat segera diketahui.
Perhatian setiap individu dari instruktur.
Asumsi Mengenai Pengajaran Dan Belajar
Asumsi mengenai pengajaran
Banyak fungsi pengajaran, khususnya tugas presentasi dan struktur tugas, dapat dibuat melakui printer, visual, dan media audio (tetapi bukan guru)
Guru mempunyai peran utama untuk berinteraksi dengan siswa untuk belajar dan memberi motivasi. Tidak untuk mengatur kelas. Manajemen kelas dapat dikomunikasikan kepada siswa melalui tulisan dan dilakukan siswa dengan sedikit peran dari guru.
Partisipasi siswa dan belajar lebih efektif dari pada peran yang besar dari guru.
Keputusan perencanaan dibuat dari data hasil belajar siswa.
Hal tersebut tidak cuma diinginkan tetapi memungkinkan untuk membuat desain yang berisi instruksi bagi setiap individu.
Asumsi mengenai belajar
Siswa dapat belajar dengan sedikit peran dari guru.
Materi belajar siswa disesuaikan denga kemamnpuannya
Siswa memiliki sikap yang berbeda terhadap isi materi pengajaran
Jika diberikan waktu yang cukup dan untuk mencoba maka siswa akan memperoleh hasil yang diharapkan.
Siswa akan lebih termotivasi dan bertanggung jawab dalam belajar mandiri.
Tema pokok untuk PSI : Kemajuan siswa dapat dengan cepat sesuai dengan kemampuannya atau bias lambat sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Desain dasar dari PSI adalah menyediakan bagi setiap siswa seperangkat instruksi mengenai materi termasuk manajemen kelas, tugas presentasi, struktur tugas aktivitas belajar dengan kriteria penampilan dan analisis kesalahan dan umpan balik. Siswa kemudian melakukan tugas berdasarkan urutan aktivitas belajar, menyelesaikan tugas samapai selesai kemudian berlanjut ke tugas berikutnya. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan sikapnya terhadap isi dari pelajaran. Siswa dengan kemampuan tinggi, berpengalaman, dan memiliki sikap yang lebih baik dapat berkembang lebih cepat melalui isi pelajaran. Dan sebaliknya siswa dengan keterampilan rendah, tidak berpengalaman, dan sikap yang kurang akan berkembag lebih lambat dan dapat waktu tambahan sampai mereka dapat menyelesaikan seluruh aktivitas. Oleh karena itu tema untuk PSI adalah siswa dapat berkembag lebih cepat jika mereka mampu dan dapat berkembang lebih lambat sesuai dengan yang mereka butuhkan. (metzler dan sebolt,1994)
Belajar Wilayah Prioritas Dan Interaksi
PSI merupakan model yang menitikberatkan pada penguasaan dan perolehan siswa. Yang dimaksud dengan penguasaan adalah bahwa siswa harus menguasai terlebih dahulu tugas yang diberikan kaemudian diberikan tugas berikutnya. Perolehan mengandung maksud bahwa fokus outcome yang diharapkan melalui penampilannya, salah satu dari kognitif atau psikomotor. Oleh karena itu prioritas pokok belajar dari PSI adalah :
Prioritas Pertama : Psikomotor
Prioritas Kedua : Kognitif
Prioritas Ketiga : Afektif
Domain interaksi untuk PSI dapat dilakkan dengan berbagai cara. Siswa harus menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memahami tugas presentasi dan struktur tugas yang berupa tulisan dan media visual. Mereka juga harus menggunakan kemampuannya untuk merancang strategi penyelesaikan tugas. Bagaimanapun, pengajaran terjadi melalui penampilan domain psikomotor. Yang mana criteria penampilan telah ditentukan. Beberapa tugas ajar merupakan desain untuk domain kognitif seperti pemahaman kuis, test strategi, tetapi yang paling banyak adalah criteria penampilan untuk dalam bentuk tertulis untuk domain psikomotor. Dalam domain interaksi bukan berarti menghiraukan aspek afektif, tetapi hal tersebut tidak dilakukan secara langsung. Siswa yang merasa mampu akan senang dan merasa kuat bahwa dia bias berpindah ke tugas berikutnya. Pemindahan ini merupakan level tinggi dari kemandirian dan konsep diri siswa antar outcome dalam domain afektif.
Validasi
Validasi penelitian. PSI telah diterima secara luas dan sangat konsisten berdasarkan penelitian sebagai instruksi model yang efektif. Sepuluh tahun yang lalu Lowry dan Thornburg (1988) melalui 1500 artikel penelitian yang menggambarkan bagaimana mengimplementasikan PSI dan bagaimana efektifnya model ini untuk diterapkan dalam berbagai bidang seperti : Ilmu bumi, matematika, menulis, fisika, kimia, kesehatan, psykologi dan masih banyak lagi.
Validitas pengetahuan keterampilan. Fakta bahwa PSI telah digunakan hampir di setiap isi materi dan digeneralisasi sejumlah literatur tentang bagaimana mengimplementasikan sebagai suatu fakta dari validitas pengetahuan keterampilan. Jika hal tersebut tidak efektif dan jika tidak bisa diadaptasi terhadap isi materi maka hal tersebut tidak dapat diterima sebagai sutu literatur dalam pendidikan.
Validitas Intuisi. Pada saat memulai bab ini, saya sepakat bahwa instruksi individu dapat dijadikan alat oleh guru untuk mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Seluruh guru mengetahui bahwa beberapa murid dapat belajar lebih cepat dari pada yang lainnya, siswa yang terlibat dalam pendidikan jasmani memiliki berbagai variasi kemampuan. Hal tersebut merupakan fakta intuisi bahwa system instruksi buat individu merupakan model yang efektif untuk mengajarkan pendidikan jasmani dalam bebagai seting. Selanjutnya, PSI menekankan pada perolehan belajar dasar pada ranah psikomotor secara dominan dalam suatu unit pembelajaran.
Ciri Pengajaran Dan Belajar
Seleksi materi. Guru harus mengontrol isi dari materi dan urutannya dalam PSI. Guru memutuskan apa yang ada dalam suatu unit, urutan tugas belajar ditata dengan rapi dan kriteria penampilan yang digunakan untuk menilai setiap tugas. Siswa menerima daftar isi materi secara sederhana dari guru.
Kontrol manajerial. Guru menentukan rencara manajerial, kebijakan kelas, dan prosedur khusus dalam model PSI. Bagaimanpun, apa yang telah ditentukan, siswa mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengimplementasikan manajemen kelas dalam setiap tugas.
Presentasi tugas. Presentasi tugas dapat disampaikan kepada siswa melalui tulisan atau video. Hal tersebut berisi prosedur atau intruksi bagi siswa bagaimana cara melaksanakan tugasnya, bagaimana membetulkan kesalahan. Hal ini memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan memantau perkembangannya.
Pola keterikatan. Siswa berlatih mandiri selama mungkin dalam PSI. Kebanyakan tugas belajar didesain untuk latihan individu; beberapa tugas bersama siswa lain atau dalam kelompok kecil.
Instruksi Interaksi. Karena dalam PSI guru bertangungjawab dalam manajerial kelas, yang memungkinkan siswa dengan instruksi interaksi level tinggi, khususnya mengenai isi.
Loncatan. Siswa membuat pilihannya sendiri mengenai kapan memulai dan menghentikan latihan, berapa kali percobaan akan dilakukan dan waktu antara percobaan.
Tugas Progresiv. Siswa juga mengontrol seberapa cepat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan untuk berpindah ke tugas selanjutnya. Mereka bisa lebih cepat jika mereka bisa dan dapat lebih lambat jika belum mampu.
Salah satu hal yang diharapkan dari hasil pengajaran pendidikan jasmani adalah bagaimana menyediakan instruksi bagi setiap siswa dalam suatu kelas. Kelas yang besar, waktu yang terbatas, sarana dan prasarana yang minim dan beragamnya kemampuan setiap siswa membuat guru harus membuat perencanaan dan mengimplementasikan program pembelajaran bagi setiap individu bagi siswa. Dari perspektif lain, hal tersebut seharusnya menjadi catatan bahwa instruksi yang strategis dan model pembelajarannya merupakan desain yang tidak simpel untuk instruksi individual dan pendidikan jasmani. Beberapa model lebih berhasil dari pada model yang lain, tetapi hanya satu model yang memulai dan diproses dari informasi bahwa sebenarnya instruksi individual tidak memungkinkan tetapi harus dapat dicapai. Model tersebut disebut Personalized System for Instruction atau PSI. Model ini juga disebut Keller Plan yang dikembangkan oleh Fred Keller.
Presentasi Tugas dan Struktur Tugas
Fitur yang paling penting dari PSI adalah bahwa membiarkan para siswa untuk sebagian besar tidak terikat pada guru di dalam manajemen kelas dan kemajuan melalui aktivitas pelajaran. Gagasan itu bukanlah untuk memiliki guru menyelesaikan banyak tugas yang rutin di dalam kelas bahwa menyingkirkan dari waktu dengan para siswa atau mengurangi perikatan siswa yang aktif. Untuk memenuhi bahwa, model menggunakan beberapa pendekatan yang unik dalam menyediakan para siswa dengan informasi tentang presentasi tugas dan struktur.
Presentasi Tugas. Informasi tentang tugas-tugas yang pada umumnya disediakan kepada para siswa melalui ceramah atau demonstrasi diberikan kepada para siswa dalam PSI dengan media visual dan tertulis. Ingat fungsi-fungsi yang paling penting presentasi tugas: (1) untuk memberi para siswa sebuah "gambar" dari cara yang benar untuk melaksanakan suatu tugas atau ketrampilan, (2) untuk menyediakan isyarat pelajaran dalam unsur-unsur kunci dari ketrampilan, dan (3) siswa siaga kepada kesalahan umum bahwa terjadi ketika mempraktekkan ketrampilan itu.
Teks Ditulis. Kebanyakan para siswa tidak bisa mendapat informasi presentasi tugas cukup dari teks bacaan saja. Perpindahan dari membacakan untuk sebuah "gambar pikiran" dari suatu ketrampilan psikomotor adalah juga memisahkan untuk nyaris beberapa pelajar, maka teks yang harus dilampirkan dengan pajangan-pajangan visual.
Foto-foto. Gambar-gambar dari model-model yang melaksanakan suatu ketrampilan dapat sangat menolong untuk banyak belajar. Foto-foto dapat menunjukkan detil baik dan dapat dilapiskan dengan teks dan grafik untuk informasi yang ditambahkan.
Ilustrasi-ilustrasi. Pekerjaan ini sama halnya memotret ketika yang digunakan sebagai bingkai-bingkai tunggal, tetapi sudah potensi yang ditambahkan untuk menunjukkan gerakan melalui animasi bagian tubuh dan gerakan-gerakan urutan. Menumpukkan di atas teks dan grafik juga menambah ilustrasi-ilustrasi banyaknya keterangan dapat menyediakan pelajar-pelajar.
Siaran ulang tv dari video. Salah satu cara terbaik untuk menunjukkan presentasi-presentasi tugas adalah siaran ulang tv dari video yang mempunyai kedua-duanya visual dan informasi audio tentang mereka.
CD ROM. Semakin banyak para guru pendidikan jasmani sedang menjadi komputer pribadi di dalam gymnasium mereka. Jika suatu komputer ada tersedia, dimungkinkan untuk menggunakan suatu CD ROM di dalam cara yang hampir sama sebagai siaran ulang tv dari video untuk menyediakan informasi presentasi tugas.
Struktur Tugas. PSI menggunakan daftar aktivitas pelajaran yang berurutan di dalam masing-masing dari bidang-bidang ketrampilan dan pengetahuan di dalam isi unit itu yang mendaftarkan. Sebagai contoh, di suatu kursus tenis akan ada daftar aktivitas pelajaran di bawah masing-masing bidang untuk menjadi tercakup di unit: pengarah forehand, pengarah backhand, melayani, mengembalikan melayani, berondongan, aturan-aturan, membuat angka, dan strategi. Masing-masing tugas pelajaran termasuk informasi presentasi tugas yang diperlukan, analisis kesalahan, ukuran-ukuran kinerja, dan detil tentang struktur tugas. Informasi struktur tugas perlu termasuk:
1. Peralatan diperlukan
2. Kebutuhan ruang praktek atau lokasi spesifik
3. Mengatur tugas pelajaran (menempatkan target)
4. Ukuran-ukuran kinerja untuk ketelitian, konsistensi, waktu, dll.
5. Arah untuk mengejar tugas, termasuk keselamatan
6. Prosedur untuk membuktikan penyelesaian tugas (diri sendiri, teman)
Poole, Sebolt, dan Metzler (1996) menggunakan enam macam yang berbeda dari tugas-tugas untuk unit-unit PSI: (1) kesiap-siagaan, (2) pengertian dari tugas (3) ukuran tugas, (4) tantangan dari tugas, (5) kuis, dan (6) permainan game atau pertandingan. Masing-masing jenis dari tugas mempunyai suatu struktur yang berbeda.
Task Presentation Dan Task Structure Untuk Suatu Badminton Skill High Deep Serve Untuk Badminton
Pandang segmen siaran ulang tv dari video. Pasti untuk mencatat aturan-aturan yang bisa diterapkan dan kunci unsur-unsur untuk ketrampilan bulu tangkis penting ini.
Peralatan: raket, 10 pintalan, 2 kerucut kecil, pensil untuk merekam mencetak prestasi.
Beri tanda pada satu baris 8 kaki dari batas yang balik dari hasil layanan kebalikannya bertinju dan ditaruh 1 kerucut pada masing-masing sisi. Segiempat panjang yang hasilnya adalah mengarahkan bidang mu untuk tugas ini. Praktekkan ketinggian di dalam blok-blok dari 10 ditembakan, memelihara suatu catatan dari bagaimana banyak yang ditembak pada setiap kelompok mempunyai suatu jalan peluru dan lahan yang tinggi di dalam mengarahkan bidang. Ketika anda siap, mempunyai mitra dan usaha penguasaan nilai. Ketika anda menjangkau ukuran, mempunyai mitra mu memaraf dan tanggali di dalam bidang-bidang yang ditunjuk.
Kesalahan umum di High Deep Serve dan Their Correction
Tidak berjalan lurus
Pastikan cara mengatur kaki dengan benar. Ubah alur ayunan menjadi lebih vertikal.
Service terlalu tinggi
Gunakan sedikit tenaga dan pergelangan tangan.
Memukul dengan konsisten, tidak ada pola yang salah
Teliti lagi semua unsur-unsur kunci dari diri anda tanpa membentur pintalan. Praktekkan hal ini melayani tanpa adanya target sampai anda mendapatkan lebih banyak konsistensi.
Keahlian Guru dan Kebutuhan-kebutuhan Termasuk/Tergantung
Keahlian Guru
Para guru yang menggunakan PSI akan perlu untuk memiliki kekuatan-kekuatan yang tertentu di dalam beberapa bidang-bidang dari basis pengetahuan yang diusulkan yang diperkenalkan di Bab 2.
Menerapkan Instruksi yang Sesuai Secara Pengembangan. Gedung utama menghalangi karena PSI adalah yang dibedakan dari yang lain belajar tugas-tugas yang dikejar oleh para siswa. Dari suatu sudut pandang yang managerial, para siswa harus mampu memahami arah dengan bimbingan guru yang kecil, sehingga guru harus mengetahui tingkatan yang sesuai di mana untuk menulis itu tugas-tugas. Dari satu sudut pandang intruksional, guru harus banyak mengetahui tentang kemampuan siswa di dalam teori dan psikomotor daerah-daerah sehingga ukuran-ukuran kinerja untuk tugas-tugas dapat ditetapkan pada yang dapat dicapai, tetapi bukan yang sederhana, tingkatan-tingkatan.
Belajar Sasaran hasil. Karena PSI bersandar pada urutan dari tugas-tugas pelajaran yang berbasis penguasaan, para guru harus mampu menulis membersihkan dan sasaran hasil pelajaran ringkas sering kali di dalam Mager (1984) bentuk. Belajar sasaran hasil yang harus ditulis di tingkatan tingkah laku di dalam daerah-daerah psikomotor dan teori.
Kemajuan Analisis Tugas dan Isi
Masing-masing modul isi di suatu unit PSI akan berisi suatu urutan terpelajar tugas-tugas melangkah maju dari sederhana ke kompleks. PSI para guru harus mempunyai pengetahuan kuat bagaimana caranya meneliti ketrampilan-ketrampilan ke dalam bagian komponen dan lalu urutan bagian ke dalam suatu kemajuan pelajaran koheren.
Penilaian. Seperti yang ditunjukkan di dalam Gambar 8.2, masing-masing tugas pelajaran PSI berisi satu komponen penilaian, paling sering kali menyatakan sebagai suatu ukuran kinerja. PSI para guru akan perlu untuk mengetahui bagaimana caranya menetapkan ukuran untuk masing-masing tugas dan cara terbaik untuk menilai kemampuan-kemampuan kinerja dalam satu rencana perkembangan yang berkelanjutan. Ketika mungkin untuk menulis penilaian-penilaian asli untuk tugas-tugas PSI, seperti Bermain Menurut Aturan Instrumen Penilaian Kinerja, kebanyakan cenderung penilaian-penilaian untuk bersifat statis atas pengetahuan siswa yang terpisah di dalam kognitif dan psikomotor. guru PSI harus mengetahui bagaimana caranya menulis penilaian-penilaian kinerja ke dalam struktur tugas diri sendiri.
Ketrampilan-Ketrampilan Pengajaran Efektif Berlaku Untuk PSI
Seorang guru akan menerapkan ketrampilan-ketrampilan pengajaran efektif di dalam jalan?cara yang unik selagi menggunakan suatu Personalized System untuk Instruction di dalam pendidikan jasmani.
Merencanakan. PSI memerlukan suatu jumlah yang substansiil tentang perencanaan di tingkatan unit. Rencana-rencana yang managerial, isi terdaftar di bursa, tugas analisis, aktivitas pelajaran, bahan-bahan presentasi tugas, dan ukuran-ukuran kinerja harus semua dirancang dan yang dihasilkan untuk buku catatan siswa sebelum unit itu dapat mulai. Seorang guru PSI akan perlu untuk melihat unit's "gambar besar" dengan jelas di dalam pikiran di dalam proses perencanaan. Sebaliknya, perencanaan pelajaran sehari-hari adalah sederhana di PSI. Karena rencana unit berisi semua rencana untuk masing-masing aktivitas belajar, guru memerlukan hanya untuk menentukan apa yang peralatan adalah yang penting bagi satu pelajaran yang akan datang dan menyusun untuk memiliki peralatan itu tersedia bagi kelas.
Waktu dan Class Management. Manajemen waktu adalah gampang di PSI. Karena para siswa mengetahui persisnya apakah mereka untuk merusak setiap kelas, dan semua informasi tugas di dalam buku catatan mereka, guru tidak mempunyai untuk memonitor atau membuat keputusan-keputusan managerial di dalam kelas. Yang sama mengambil manajemen kelas, ketika para siswa mempunyai semua informasi yang perlu pada pembuangan mereka di dalam buku catatan. Sangat utama, informasi di dalam buku catatan siswa berlari kelas untuk guru, sehingga ketrampilan guru di dalam merancang dan menulis buku catatan siswa adalah kritis di PSI.
Presentasi Tugas dan Structure. Yang paling atau semua presentasi tugas dan informasi struktur disediakan kepada para siswa melalui media intervi dan memberi suara buku catatan siswa itu. Seorang guru PSI perlu untuk mengetahui bagaimana caranya memilih dan/atau menghasilkan bahan-bahan ini sehingga para siswa dapat menggunakan mereka tanpa bertanya kepada guru untuk klarifikasi atau menambahkan informasi. Merancang buku catatan siswa adalah sangat dimudahkan oleh suatu ketrampilan dan pengetahuan guru dengan pengolah kata dan teknologi informasi lain.
Komunikasi. Penulisan adalah gaya komunikasi kunci di PSI. Guru memutuskan apa yang para siswa informasi akan kebutuhan di dalam unit dan menulis bahwa ke dalam buku catatan siswa itu. Oleh karena itu, ketrampilan-ketrampilan penulisan baik di tingkat pengertian siswa diperlukan di PSI.
Informasi Intervi. Karena guru bebas dari hampir semua fungsi-fungsi managerial di PSI, ada lebih banyak waktu di dalam kelas untuk saling berhubungan dengan para siswa di pengembangan ketrampilan, strategi, dan game/match kinerja. Metzler et al. (1989) menemukan bahwa PSI para guru menyerahkan tiga kali jumlah dari umpan balik kepada para siswa dibanding para guru yang menggunakan Direct Instruction. Yang adalah mungkin karena PSI dapat menurunkan manajemen kelas untuk sekitar 1 persen dari kelas waktu the istirahat yang dapat digunakan untuk saling berhubungan dengan para siswa. Maka, PSI para guru harus mempunyai ketrampilan-ketrampilan baik di dalam mengamati kinerja siswa dan menyediakan beraneka macam dari umpan balik sehingga umpan balik tidak jadinya "basi" dan tidak efektip. Peluang yang ditingkatkan untuk interaksi juga meminta keahlian bertanya baik sehingga seorang guru PSI dapat dapat para siswa ke berpikir dengan bebas ketika mereka sedang mempraktekkan dibedakan dari yang lain belajar tugas-tugas. Para siswa akan manfaat lebih dari PSI jika mereka dapat menjangkau suatu titik terpelajar bwv untuk belajar tanpa guru.
Tinjauan ulang dan Closure. Karena para siswa dapat mempraktekkan beraneka tugas pelajaran di dalam pelajaran yang sama, tidaklah mungkin untuk menyediakan suatu tinjauan ulang kelas yang utuh. Sebagai tambahan, operasi tinjauan ulang managerial tidak usah setiap kali karena semua informasi managerial harus terdapat di buku catatan siswa itu. Maka, PSI pelajaran-pelajaran pada umumnya tidak memiliki tinjauan ulang dan penutup yang direncanakan; ketika tujuan kelas para siswa kembalikan peralatan mereka, masuk buku catatan mereka kepada guru, dan cuti.
Persyaratan-persyaratan Pengembangan Siswa
PSI adalah suatu intervi yang unik model dengan beberapa kebutuhan-kebutuhan pengembangan yang berbeda untuk para siswa di dalam pendidikan jasmani.
Membaca. PSI para siswa akan perlu untuk mampu membaca yang managerial dan informasi tugas di dalam buku catatan pribadi mereka. Guru itu dapat menulis informasi itu untuk rerata yang membaca kemampuan di dalam kelas, tetapi less-than-average pembaca akan ditantang. PSI harus tidak digunakan di para siswa yang mempunyai kelemahan membaca kemampuan, dengan mengabaikan tingkatan kelas mereka.
Teknologi. Ada banyak teknologi bahwa dapat digunakan untuk menyajikan PSI informasi tugas dan struktur di samping mencetak media. Siaran ulang tv dari video, CD ROM, dan komputer membantu instruksi semua bisa digunakan untuk bahwa tujuan. Para siswa akan perlu untuk mampu operasikan setiap teknologi seperti itu yang digunakan di suatu unit PSI.
Tanggung jawab Pribadi. Ketika Anda mengetahui sekarang juga, fitur desain kunci dari PSI adalah pelajaran siswa yang individu dengan sangat kecil bimbingan yang langsung oleh guru. PSI para siswa harus cukup dewasa untuk berhasil keputusan-keputusan sekitar bagaimana mereka membelanjakan waktu mereka di dalam kelas. Mereka harus pula mampu mengasumsikan tanggung jawab praktek pemantauan mereka sendiri dan membuktikan penguasaan tugas mereka sendiri ketika self-checks diizinkan.
Meminta bantuan. Meski PSI fitur membedakan dari yang lain praktek, bahwa tidak berarti para siswa tidak memiliki satu untuk memutar untuk karena membantu ketika mereka memerlukan nya. Para siswa yang mendapat "dicucukkan" di suatu tugas atau sudah mendukung kesukaran bagaimanapun juga perlu untuk mengambil inisiatip untuk menggunakan yang ditunjuk mengatakan kepada para siswa apa yang isyarat perhatian adalah dan sedang menantikannya di dalam kelas.
Konteks Yang Dibutuhkan Untuk PSI
PSI bisa digunakan dalam membentuk pendidikan fisik. Hal ini tidak dibatasi oleh factor fasilitas ataupun lingkungan, pokok persyaratan kontex tersebut bahwa tidak ada ruang yang cukup untuk pelajar yang bisa dijadikan praktek perseorangan, tanpa harus menunggu, hal ini juga perlu perlengkapan yang cukup jadi semua pelajar bisa mempraktekan task pembelajarannya. PSI lebih banyak membutuhkan setiap objek or implement dengan contoh yang cukup banyak. Contoh, dalam unit golf PSI, beberapa pelajar bisa saja melakukan lemparan, pukulan cip, pukulan, dan yang lainnya menggunakan alat pemukul bola dengan jarak jauh, seluruhnya dilakukan pada waktu yang sama, hal ini tidak bisa untuk mencukupi tiap jenis2 klub untuk tiap tiap pelajar dikelas . bagaimanpun juga, penting untuk memiliki objek yang cukup. Sebagai struktur individual , bisa saja membolehkan para pelajar, untuk memperluas praktek percobaan.
Peranan Dan Tanggungjawab Guru Dan Pelajar Dalam Psi
Setiap bentuk instruksional akan melakukan beberapa operasi yang dibutuhkan untuk melengkapi fungsi berdasarkan designnya, beberapa operasi ini dilakukan oleh para guru, yang lainnya dibawa oleh satu pelajar atau lebih. Tabel dibawah ini menunjukan operasi yang utama dalam model PSI, dan mengindikasikan siapa yang bertanggungjawab untuk melengkapi model tersebut tiap tiap pelajarannya.
OPERASI ATAU TANGGUNGJAWAB
SIAPA YANG MELAKUKANNYA DALAM PSI
Kelas dimulai
Setiap murid mulai untuk melakukan praktek ketika dia telah tiba, tidak ada pernanan guru dalam memulai prosedur ini
Membawa pertengkapan kekelas
Guru memeriksa, untuk melihat task apa yang akan dipraktekan dikelas, dan membawa perlengkapan yang dibutuhkan
Mengedarkan dan mengembalikan pelengkaapannya
Pelajar mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan, untuk task selanjutnya dan mengembalikannya ketika sudah seleai dipakai
Panggilan (absensi)
Pelajar menulis kehadirannya dibuku catatan, guru memeriksanya setelah pelajaran berkakhir
Persentasi task
Pelajar membacakan informasi persentasi seperti halnya mereka memulai tugas yang baru
Task structural
Pelajar menyusun task baru, berdasarkan petunjuk buku catatannya
Penilaian
Pelajar memeriksa setiap task dibuku tugasnya, beberap tugas dapat di cek sendiri, dengan temanya atau oleh guru
Memonitor kemajuan pembelajaran
Pelajar memutuskan kalu mereka cukup cepat dalam melengkapi task dengan tepat waktu. Guru memonitor kemajuannya dengan memeriksa buku catatannya
Pembelajaran Dan Tanda Pembelajaran Untuk PSI
Para guru yang menggunakan PSI dapat mempelajari tanda untuk para pola tingkah pelajarnya. Guru dan murid berikutnya member tanda pada pemeriksaannya yang bentuk PSI sudah dibentuk dan diimplementasikannya dengan tingkat yang dapat dipercaya dan diterima, hal ini memungkinkan peningkatan yang pembelajaran pelajarnya dapat dicapai sebagai berikutnya
Benchmark guru
Bagaimana memeriksa
Bahan kursus PSI menjelaskan pada pelajar
Memonitor sejumlah dan jenis pertanyaan pertanyaan pelajar yang ditanyakan setelah membaca informasi dalam buku tugasnya
Guru memiliki persentasi yang rendah dlm penyusunan waktu didalam kelas
Menggunakan stopwatch untuk mengukur berapa lama waktu guru berada dikelas
Guru memiliki rangking yang tinggi dari instruksi interaksi perseorangan dalam kelas
Pelajaran Audiotape dan menghitung persyarat, timbale balik dan pertanyaan secara langsung secara individu dikelas
Kriteria penampilan untuk task membentuk tingkat kesulitan
Pelajar secara langsung memperaktekan task (dengan 10 kali pemeriksaan) mencatat sejumlah pemeriksaan yang dianggap sukses setiap bloknya, kalau hampir semua pelajar menguasai satu atau 2 blok, berarti tasknya terlalu mudah, kalau pelajar merasa stuck dalam task berarti tasknya terlalu sulit, sesuaikan task menurut kriterianya
Guru tidak boleh menghabiskan banyak waktu dalam memeriksa
Penghitungan waktu guru dalam menguasai kelas. Bila hal ini berjalan dari petunjuk waktu maka harus memeprhatikan : 1. Memeriksa test dengan partnernya atau perseorangan, 2. Pelajar yang dapat dipercaya dibuat sebagai saksi
Guru harus membuat beberapa task persentasi
Menghitung jumlah persentasi task yag dibuat didalam kelas.kalau hal ini berasal dari instruksi waktu pelajar secara perseorangan, design dan dibuat melalui media maka hal ini berdasarkan test persentasi
Pelajar memahami tulisan
Memeriksa pemahamannya
Test pemahaman yang yang pelajarnya secara langsung mendemonstrasikan kunci elemen dari persentasi task
Mencatat nomor dan pola pertanyaan pelajar
Murid tinggal ditempat ketika task
Secara periodik memonitor dan menghitung jumlah pelajar yang sedang melakukan test didalam kelas
Murid mengadakan aktifitas pembelajaran dari informasi structural task tertulis
Meneliti setiap muris yang mengadakan pembelajaran, catatlah berapa lama setiap orang dari mereka selesai dan bisa melakukannya dengan tepat
Pelajar tidak boleh membuat perkembangan yang tidak tepat (contohnya, menyontek)
Mengulang kemajuan pelajar melalui grafik setiap hari, perhatikan perkembangan yang diharapakan lebih cepat
Pelajar membuat dirinya maju(berkembang)
Memeriksa sejumlah pertanyaan yang ditanyakan guru. Guru yang terlalu percaya pada murid bisa membuat kemajuan pelajar lambat
Kurang atau lebihnya kemajuan pelajar
Pelajar melengkapi praktek blokuntuk memeriksa test apakah terlalu sulit atau mudah
Pelajar bisa membuat kesimpul untuk mengulang kmebali task sebelumnya ketika mengalami kegagalan dalam serangakaian tasknya
Penilaian Pembelajaran Dalam PSI
Menilai pembelajaran pelajar dalam PSI secara otomasis, hal ini bisa terjadi setiap waktu setiap seorang pelajar melengkapi setiap task pembelajaran yang berdasar kepada criteria performance yang dispesifikan, kalau task strukural yang secara langsung pelajar kesuksesannya dalam setiap praktek, kemudian guru bisa dengan mudah mengetahui, berapa banyak setiap murid bisa menguasai setiap task. Hal ini bisa mebuat penilaian membuat guru mendapat informasi yang berguna :
Membiarkan guru mengetahui kalau tasknya terlalu sulit atau mudah, dari hal ini, guru dapat membuat penyesuian, menghapus, menambah atau mengkombinasikan task,
Hal ini bisa digunakan untuk menghitung jumlah rata rata dari pemeriksaan murid yang dibutuhkan untuk setiap task
Hal ini bisa digunakan untuk menentukan pemeriksaan tingkat yang telah dikuasai (terlalu sedikit atau banyak)
Membiarkan guru mengidentifikasi pelajar yang berkembang terlalu lambat atau membutuhkan perhatian extra
Keutamaan penilaian yang berlanjut ini juga bermanfaat bagi pelajar :
Mereka medapatkan hasil dari pengetahuannya dan bisa bercerita, ketika mereka membutuhkan bantuan extra dari para guru
Mereka merancang kalau ada jadwal untuk melengkapi kursus
Sering kali ada kekuatan untuk bisa sukses dan hal ini bisa diprediksikan
Menyeleksi Dan Memodifikasi PSI Untuk Pendidikan Fisik
PSI dapat digunakan dalam pendidkan fisik yang membentuk variasi content yang luas. Hal ini sangat efektif untuk kegiatannya yang bisa masuk kedalam area pengetahuan dan skill yang bisa dipelajari dalam sebuah rangkaian pendefinisian. Hal ini bisa dibentuk untuk unit yang memiliki tingkat yang kuat dalam mempelajari domain psikomotor. Disini saya akan merekomendasikan tipe content mengunakan PSI dalam pendidikan fisik
Olahraga perorangan
Tim olahraga
Mengkreasikan aktifitas
Menari dengan menentukan langkah (berbaris, segi empat)
Konsep fitness personal
Program fitness personal
Tingkat Adaptasi
PSI akan lebih efektif dengan para pelajar yang persayaratan kemampuan yang telah didiskusikan pada bab sebelumnya. Pelajar harus bisa membaca pentunjuknya, membuat pertanggungjawaban keputusan tentang penilaian dan meminta bantuan ketika dibutuhkan.
KOMENTAR & PENUTUP
Komentar
Melihat dari keterangan serta pemaparan mengenai PSI (sistem instruksi personal) yang telah dijelaskan di atas, penulis memiliki berbagai komentar yang hendak dikemukakan. Metode pembelajaran PSI dapat diterapkan pada proses belajar mengajar yang terjadi di Indonesia. Namun demikian, terkadang guru penjas di Indonesia belum memiliki keterampilan atau pengetahuan mengenai peralatan elektronik yang canggih yang harus digunakan dalam PSI. Selain itu masih pula banyak berbenturan dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan baik itu dari pihak sekolah, pemerintah daerrah maupun pusat untuk dapat menerapkan metode PSI ini.
Namun demikian sebetulnya asal ada kemauan guru untuk melakukannya, segala kemungkinan bisa saja dilakukan agar dapat menerapkan metode PSI. Guru jangan sampai terpaku karena tidak adanya alat, dia tidak mau melakukan perubahan. Tetapi seorang guru harus memiliki kreativitas yang tinggi untuk dapat memberikan pembelajaran yang baik dan efektif.
Penutup
Barangkali masalah yang paling besar dalam model PSI yang terjadi, ketika guru berharap mengimplementasikan petunjuk individual tapi mengalami kegagalan unuk mengikuti rencana Keller yang dapat dipercaya, karena PSI sangat unik, hal ini penting banhwa para guru pendidik fisik tidak mengkompromikan design tersebut. Seiedentop (1974) memperingatkan pendidik fisik cara model PSI dapat disetujui bersama untuk (a) alasan bahwa, hal ini cukup melanggar design Keller untuk membuat sesuatu yang berbeda dari PSI (b)hasilnya, dapat mengurangi prestasi pelajar
mengurangi criteria performance tanpa menguasai tingkatan (contoh: 5 kali sukses tapi kurang dari sepuluh kali, lebih dari tujuh kali)
menunda para pelajar mencoba dalam menguasai backlog
mengurangi jumlah task (dan penilaian performance)
mencoba untuk membatasi contekan (penipuan) dengan penilaian performance grup yang terstruktur
PSI telah menjelaskan baru baru ini (Metzler&sebolt, 1994), mempersembahkan beberapa adaptasi yang tepat (Cregger&Metzler, 1992)menganalisa bola voli PSIS dan menentukan bahwa ada beberapa modifikasi yang dipenuhi oleh kunci utama desain PSI. para guru menggunakan versi PSI dan para murid diperbolehkan konsisten dengan proses pembelajaran PSI.dengan cara ini seluruh potensi PSI dapat dipakai untuk pendidikan fisik para pelajar.